Mataku pun terbuka ketika aku melihat sebuah kayu yang kuambil di lantai berubah menjadi tangan Abi. Astaga, ternyata itu hanya mimpi.
"Ngapain lo pegang-pegang tangan gue anjir!" Abi menyentak tanganku kasar. Wajahnya tampak syok.
"Mimpi apaan sih, lo sampai ngos-ngosan gitu?"
"Nih, tisu." Abi menyodorkan kotak tisu di atas nakas padaku. "Buat ngelap keringat lo."
Aku menarik beberapa helai tisu guna mengelap keringat yang membasahi dahi hingga ke leherku lalu menaruhnya lagi ke tempat semula.
"Bunda mana, Bi?" Alisku berkedut ketika mataku tidak menemukan sosok yang aku cari.
"Ngurus adminitrasi. Hari ini lo udah boleh pulang kalo lo lupa." Abi memasukkan ponselnya ke saku hodie hitamnya. "Gue udah pesenin taksi buat ngejemput kita."
Aku memijit keningku, baru sadar kalau hari sudah pagi. Mimpi buruk membuat pikiranku kacau. Di sisi lain, aku merasa lega kalau kejadian yang aku alami semalam hanya mimpi belaka–pun dengan hantu kecil yang kulihat kemarin. Artinya, aku tidak memiliki indera keenam seperti yang aku khawatirkan. Syukurlah.
Selang lima menit kemudian, bunda muncul di ambang pintu.
"Ah, kamu udah bangun, Sam? Ayo, bantu Bunda beresin barangmu. Taksinya udah dateng."
Bunda dengan cekatan memindahkan pakaianku di lemari ke dalam koper. Abi turut melakukan hal yang sama sementara aku mengemas pakaianku yang kotor dan membuang bungkus roti serta kulit apel ke dalam tong sampah di dekat meja.
"Makasih, Bi. Kamu udah mau repot-repot membantu Sam," ucap Bunda tulus, lalu menarik pegangan koper.
"Sama-sama, Tan. Sesama teman kan harus saling membantu. Iya nggak, Sam?" Abi melirik minta persetujuanku. Ia mendelik, mengisyaratkanku untuk tidak mengatakan bahwa ia sudah memintaku untuk meminjamkan ps5 milikku seminggu penuh sebagai ganti atas waktunya yang terbuang selama aku koma. Padahal membeli kawasaki ninja seharga puluhan juta saja dia mampu. Memang dasarnya tidak mau modal, pamrih pula.
Akhirnya, aku bisa meninggalkan rumah sakit yang memberikanku mimpi buruk ini.
•
Hari ini, bunda memutuskan untuk menginap di kosanku. Kebetulan kos-kosan yang kutempati bukan hanya berupa kamar, melainkan lebih mirip kontrakan. Setiap kamar memiliki ruang tamu dan kamar mandi. Jadi, kalau ada teman atau saudara yang menginap tidak perlu berdesak-desakan di dalam kamar. Untuk dapur umum ada di bagian belakang.
Tepat setelah aku dan bunda selesai makan, lampu tiba-tiba mati. Aku baru tahu kalau ada pemadaman listrik saat membaca pesan di grup anak kosan yang rupanya dikirim dari dua jam lalu. Aku baru membacanya sebab sejak tadi ponselku di-charger. Beruntung listrik mati ketika ponselku sudah penuh.
"Punya lilin nggak?" tanya Bunda sambil menyalakan senter di ponselnya.
"Udah habis. Lupa beli, hehe," jawabku jujur. Di sini memang sering terjadi pemadaman listrik, itu sebabnya aku selalu menyediakan lilin untuk berjaga-jaga. Namun, gara-gara mengalami kecelakaan sampai koma, aku jadi tidak kepikiran hal lain. Lupa kalau stok lilin sudah habis.
"Ya udah, beli gih."
Melihatku tidak kunjung beranjak, bunda menegur. "Jangan bilang kamu nggak berani."
"Berani, kok!" Aku lantas berdiri, mengambil jaket yang tersampir di belakang pintu dan meraih dompet di atas kasur.
"Ngapain berdiri di situ? Keburu lampunya nyala lagi, ah."
Dengan enggan, aku melangkah keluar kosan hanya bertemankan senter dari ponselku. Sekelilingku gelap. Beruntung warung yang hendak kutuju cukup dekat dengan kosan, hanya berjarak satu rumah dan gedung TK yang dipisah oleh lahan kosong.
Aku memasang tudung hodie untuk menghalau udara dingin yang menerpa belakang kepalaku. Melangkah dengan cepat karena aku tidak suka berada di kegelapan sendirian. Usai mendapatkan apa yang kuinginkan, aku bergegas pulang.
Angin tiba-tiba berhembus kencang menerbangkan hodieku. Ponselku sampai terlepas dari tangan. Aku merendahkan tubuh untuk memungut ponselku. Saat itulah lampu menyala. Dalam hati aku mengucap syukur. Namun, suara ayunan yang didorong kemudian menarik perhatianku. Aku sontak memutar tubuh. Mataku memicing melihat seseorang duduk di ayunan membelakangiku.
Siapa dia? Apa yang dilakukannya malam-malam begini di taman kanak-kanak yang sudah lama ditinggalkan seorang diri?
Penasaran, aku memutuskan untuk menghampirinya dengan langkah takut-takut. Padahal otakku sudah menyuruh untuk pergi, tapi kakiku malah bergerak mendekatinya. Langkahku ikut terhenti ketika ayunan berhenti bergerak. Aku menunggu dengan hati was-was, takut kalau sosok itu menoleh yang nampak adalah wajah menyeramkan. Akan tetapi, rupanya dugaanku salah. Sebab, sosok yang ternyata adalah seorang gadis memiliki paras yang menawan. Aku sampai ternganga saking takjubnya. Wajah orientalnya dipadukan dengan bibir ranum dan hidung mungil. Rambut panjangnya yang digerai ke depan semakin menambah kesan anggun pada dirinya. Aku berani bertaruh, dia adalah wanita tercantik kedua setelah bunda yang pernah kutemui. Sepertinya tuhan begitu menyayanginya sehingga menciptakannya sedemikian rupa.
"H-hai." Mendadak semua kata-kata yang tersusun di benakku buyar saat kami bersitatap. Aku jatuh dalam pesona mata almond-nya yang indah.
"Heureux de vous revoir,"¹ gumamnya.
***
Note :
Senang bertemu denganmu lagi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
sisakata
sumpah cerita kakk keren bangett
2023-10-23
0
Arisya R
Udah masuk favorit. Up terus ya kak.. 🥰
2023-09-12
0