012 : Mengusut Kematian Praya

Pikiran buruk terus menghantuiku sepanjang perjalanan menuju tempat para penjahat dijebloskan penjara. Aku menerka-nerka, kesalahan apa yang telah sahabatku perbuat sehingga dibawa ke sana. Namun, kecemasanku berubah menjadi tanda tanya saat melihat ada ibu kos Praya di sana dan dua orang lainnya–seorang wanita dan pemuda. Wanita itu marah-marah pada Abi yang hanya diam menerima semua makian. Si pemuda yang kutebak adalah anaknya tampak tidak peduli, ia seolah mendukung perbuatan ibunya. Sedangkan ibu kos Praya berusaha melerai dengan menjauhkan Abi. 

"Mohon tenang, Ibu! Di sini kantor polisi," tegur salah satu polisi, menarik tangan si wanita yang berusaha menjambak rambut Abi.

"Dia orang terakhir yang dihubungi Praya, udah pasti dia pelakunya! Laki-laki ini yang menyembunyikan keponakan saya!" tuding si wanita dengan emosi yang meluap-luap.

"Dari mana Ibu tahu kalau saya orang terakhir yang dihubungi Praya? Apa Ibu diam-diam membuka ponsel keponakan Ibu tanpa sepengetahuannya?" Abi menyeringai melihat wanita di depannya gelagapan–begitu juga dengan si pemuda.

"E-enak saja kamu asal menuduh orang!" sembur wanita itu tidak terima.

"Bukannya itu juga yang sedang Ibu lakukan pada saya? Menuduh orang tanpa bukti," sahut Abi kalem. Meski diucapkan dengan intonasi biasa, ucapannya sanggup membuat amarah si wanita naik ke level berikutnya.

"Apa?!" Wanita itu tampak geram. Wajahnya memerah. Matanya menatap Abi nyalang seolah ingin mencabik-cabik tubuh laki-laki itu.

"Ibu bisa dihukum kalau terus membuat keributan," peringat sang polisi tajam. Si wanita langsung bungkam.

Sosok Praya yang sedari tadi tidak melepaskan tatapan dari wanita yang merupakan tantenya kini mencuri perhatianku. Sorot matanya menyiratkan amarah dan dendam yang begitu besar.

Setelah keadaan mulai tenang, kami semua dimintai keterangan oleh polisi. Dari situ aku tahu kalau wanita itu bernama Nawang dan putranya bernama Tirta. Mereka berdua memberi kesaksian bahwa sudah selama satu minggu lebih Praya tidak kembali ke kediaman mereka.

"Saya tidak tahu menahu soal keberadaan Praya. Saya pikir anak itu sedang ada urusan sampai tidak ingat pulang ke rumah seperti biasanya. Tidak tahunya dia menghilang," papar Nawang penuh dusta.

"BOHONG!" 

Aku berjengit mendengar teriakan Praya, apalagi wajahnya berubah menyeramkan. Bola matanya putih semua. Seluruh kulit wajahnya yang tadinya pucat jadi hitam. Garis pembuluh darah di sekitar pipinya tercetak jelas saat ia membuka mulut. Aku bergidik ngeri karenanya.

"JANGAN PERCAYA, SEMUA ITU BOHONG!"

Sayangnya, tidak ada yang mendengarnya selain aku. Polisi itu lalu menanyakan hal serupa pada ibu kos Praya.

"Seperti yang saya jelaskan sebelumnya, Pak. Saya baru tahu kalau anak ini berbohong setelah saya menanyakan soal keberadaan Praya pada sepupunya. Kebetulan saya punya nomornya," Aku ibu kos Praya jujur. "Setelah itu saya datang ke sini untuk melapor kalau Praya hilang."

"Tuh, kan! Dia sampai berani berbohong demi menyembunyikan Praya!" Nawang bangkit dari duduknya, menunjuk-nunjuk wajah Abi yang masih saja bersikap tenang. "Entah apa motifnya."

Nawang duduk kembali setelah ditegur oleh polisi dengan suara pistol yang ditarik. Atensi sang polisi kemudian tertuju pada Abi.

"Biar saya yang jelaskan, Pak. Saya teman dekatnya Abi." Aku menyergah cepat sebelum polisi itu sempat buka suara. Memutuskan untuk bicara setelah menimang sesaat.

"Baik, silahkan."

"Abi memberitahu saya kalau dia sudah berbohong soal Praya pada ibu kosnya. Dia terpaksa melakukan itu karena situasi mendesak." Aku menunjukkan ruang obrolanku dengan Abi di ponsel pada polisi tersebut. Pria berperut buncit itu manggut-manggut membaca pesan yang tertera dan mengembalikan lagi benda pipih padaku.

"Alasan kenapa saya memilih berbohong saat itu karena ada situasi yang cukup membingungkan. Praya mengirimi pesan pada saya kalau dia akan bunuh diri di jembatan. Jadi, saya dan teman saya ini menyusul ke lokasi untuk mencegah Praya."

Aku ikut mengangguk, turut membenarkan.

"Tapi setelah kami sampai di sana, tidak ada Praya. Hanya ada ini." Abi mengeluarkan ponsel yang layarnya retak dari saku celana. Secepat kilat Tirta merebut ponsel Praya yang mati dari tangan Abi.

"Pasti hapenya udah disadap, Pak! Biar saya cek." Tirta dengan lihai berpura-pura memeriksa ponsel, padahal ia hanya ingin mengeluarkan kartu memori untuk menghilangkan bukti percakapannya dengan Praya yang tersimpan di sana. Aku tahu trik itu dari video random yang pernah kutonton di youtube. Menilisik dari ekspresi wajahnya, sepertinya pemuda itu tidak menemukan apa yang ia cari dan memilih menyerahkan ponsel pada polisi.

Sejurus kemudian Abi menyerahkan memory card seraya melirik Tirta penuh kemenangan dan dibalas pemuda itu dengan tatapan yang kalau diterjemahkan menjadi; sialan lo! Keduanya saling mengeluarkan aura permusuhan.

Setelah memeriksa isi memory card, Tirta terbukti melakukan pemerkosaan dan hendak ditindak lanjuti. Namun untuk saat ini, pemuda itu dikurung di sel sementara waktu. Ada masalah lain yang harus diutamakan, yaitu hilangnya seorang murid SMA. 

Baru saja seorang wanita yang mengaku sebagai IRT datang melaporkan bahwa putri majikannya yang bernama Nala tidak kembali setelah kabur dari rumah satu bulan yang lalu. Usut punya usut, rupanya gadis berumur 18 tahun itu memilih kabur karena tidak tahan melihat orang tuanya bertengkar hebat dan memutuskan bercerai.

"Bagaimana dengan orang tuanya?" tanya polisi sambil mencatat informasi yang disampaikan oleh IRT bernama Inah. Diam-diam aku menguping percakapan mereka.

"Tuan dan nyonya berada di luar negri. Satu di Kanada, satunya lagi di Australia. Sepertinya mereka akan terbang ke Indonesia malam ini dan baru tiba besok siang."

"Apakah ibu punya foto anak itu?"

Bi Inah menaruh pas foto berukuran 3x4 di atas meja yang ia ambil dari dompetnya. "Cuma ini."

"Saya akan menindak lanjuti kasus ini. Sekarang, silahkan Ibu pulang."

"Saya harap Nona Nala segera ditemukan. Kalau begitu saya permisi dulu, Pak." Wanita berpakaian khas pelayan itu membungkuk hormat sebelum meninggalkan ruangan.

Selepas kepergian Bi Inah, polisi tadi menghampiri aku dan Abi. Ibu kos Praya sudah pulang lebih dulu karena masih ada urusan. Sedangkan wanita jahanam yang menjadi tante Praya juga sudah diusir karena membuat keributan untuk kesekian kalinya setelah anaknya dinyatakan bersalah dan ditahan di dalam sel.

"Kalian juga sebaiknya pulang. Kasus Praya saya anggap sudah selesai. Dia bunuh diri karena depresi. Saya sudah meminta tim sar untuk mencari jasadnya."

"Praya tidak bunuh diri, Pak. Saya bisa memastikan–"

"Sam." Abi menyentuh lenganku.

"Kamu juga penasaran, kan? Jadi, jangan menghalangiku, Bi." Aku menoleh lagi pada pria perut buncit berseragam polisi. "Apa saya boleh melihat rekaman cctv di sekitar jalan xxx? Ada yang ingin saya pastikan soal kematian Praya."

Polisi itu menghela pasrah. "Baiklah."

Polisi itu menyuruh salah satu rekannya yang duduk di depan komputer untuk mengecek rekaman cctv seperti yang aku minta.

"Yang itu, Pak," tunjukku pada layar pojok kanan atas. Setelah di-klik, layar itu menjadi besar. "Lihat rekaman pada hari kamis pukul sepuluh pagi." 

Rekan polisi itu melakukan sesuai arahanku. Di layar monitor, ada satu taksi yang melaju ke arah jembatan. Selang sepuluh menit kemudian, sebuah mobil hitam melintas. Sang polisi meminta rekannya untuk menjeda rekaman dan memperbesar gambar guna melihat plat nomor. Akan tetapi, yang nampak hanya kodenya. Setelah itu, rekaman kembali diputar hingga lima belas menit ke depan. Dalam rentang waktu itu, tidak ada satu pun kendaraan yang lewat sampai mobil hitam tadi kembali muncul dan melaju cepat hingga  tak terlihat lagi. Rekaman pun berakhir.

Polisi itu memicingkan mata. "Apa ini yang ingin kamu pastikan, wahai pemuda? Tapi, bagaimana kamu tahu?"

***

 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!