"Benar. Dimana gulungan kertas itu ya? Aku menaruhnya dimana? " kata Rivera segera bangun dari ranjangnya dan pergi mencari gulungan kertas yang ia dapatkan dari misi.
Dia membuka laci meja yang berada tak jauh dari ranjang tidurnya itu. Dia buka satu-satu laci meja tersebut sampai saat nya dia melihat ada gulungan kertas di laci meja ketiga.
Rivera pun dengan segera mengambil gulungan kertas itu dan duduk kembali di ranjangnya. Dia membuka gulungan kertas itu dan melihat isi yang tertulis disana.
" ? "
Rivera menyerngitkan kening lalu berkata "Aktifkan sistem"
*Ding
[.........]
"Aku tidak ingin berdebat, Kiryu. Tolong jelaskan apa yang dimaksut dengan peta ini?"
[..............]
"Jawab sekarang atau tidak kau akan ku matikan selama-lama nya" ancam Rivera.
[T-tidak nona. Kenapa jahat sekali kepada Kiryu]
"Hah...!! Jelaskan, peta apa ini?" tanya Rivera kembali.
[Itu peta daerah Romant. Disana tertera sangat jelas selak-beluk penting yang akan menguntungkan.]
Rivera melihat peta itu dengan sangat teliti. Dia melihat ada sebuah gambar yang menunjukkan sebuah peti pada bagian daerah hutan iblis. Dan tak jauh dari gambar peti itu, terdapat juga sebuah gambar air pancur.
"Hmmm.... " Rivera mengangguk seolah-olah dia sudah mengerti hanya dalam satu kali lihat.
Dia terus mengamati peta tersebut. Dan tak lama, dia bisa melihat ada sebuah gambar permata yang di namakan berlian pada bagian bukit di belakang benteng Romant.
Berlian adalah permata langka di kerajaan Obelion. Permata ini sering dijadikan sebagai hiasan di kalangan para bangsawan. Dan nilai jual nya pun terlampung tinggi.
Hal itu pun sudah di pahami oleh Rivera, dan kemudian dia mulai menggulung peta kembali. Dia menyimpan peta itu dan menaruhnya di tempat penyimpanan ruang dan waktu.
"Apa yang di lakukan orang-orang di Romant ini sehingga tidak menyadari ada benda bernilai di dekat bukit. Padahal bukit kan daerah yang aman dari monster" monolog Rivera memilih pergi keluar untuk mencari Dorothy.
Dia keluar dari kamarnya dan berjalan-jalan menuju lantai satu. Dia bermaksut untuk mencari Dorothy agar ada yang menemani untuk pergi keluar kediaman. Rivera ingin sekali pergi jalan-jalan ke daerah Romant sembari melihat-lihat keadaan disana.
Namun, setelah cukup lama mencari, Rivera tak kunjung menemukan Dorothy. Dia sudah bertanya pada para pelayan dan bahkan Thomas, namun mereka menjawab tidak mengetahui keberadaan Dorothy.
Rivera yang sudah lama mencari pun memilih untuk menggunakan kemampuan pendeteksi keberadaan. Dia bisa merasakan jiwa kehidupan Dorothy sedang berada di dekat tempat pelatihan yang berdekatan dengan gudang.
Setelah mengetahui keberadaan sang Nanny, Rivera dengan segera pergi menuju ke tempat pelatihan tersebut.
Rivera sudah sampai di tempat pelatihan. Dia bisa melihat jika Dorothy sedang duduk di kursi sambil melihat Abel berlatih pedang. Rivera pun langsung merasa keheranan dengan kelakuan sang Nanny.
"Sebenarnya Dorothy ini pelayan siapa ya?" Herannya.
Dia pun dengan segera pergi menghampiri mereka berdua. Sambil memperhatikan Abel, Rivera berusaha untuk mengamati setiap pergerakan yang telah di lakukan oleh Abel.
Dari kuda-kudanya, cara nya mengayunkan pedang dan bahkan posisi nya melangkah dan maju. Rivera sama sekali tidak menemukan kecacatan pada pergerakan Abel. Namun, Rivera merasa jika ayunan pedang Abel terasa tidak memiliki sebuah power. Dia juga merasa jika ayunan pedang Abel bahkan tidak akan bisa memecahkan sebuah batu.
"P-putri, anda di sini..." kata Dorothy sedikit terkejut lalu berdiri.
"Duduklah, putri." lanjutnya mempersilahkan Rivera untuk duduk.
Rivera pun menduduki kursi itu sambil terus mengamati pergerakan Abel.
"Putri, apakah putri tidak ingin berlatih pedang seperti Tuan Muda Abel?" tanya Dorothy.
Rivera menoleh "Tidak perlu" jawabnya.
"Ah, b-benarkah?"
Rivera menatap Dorothy "Apa Nanny berharap agar aku berlatih pedang?" tanya Rivera.
"T-tidak putri. Ah.. se-sebenarnya Nanny hanya merasa sayang karena putri memiliki bakat pedang yang sangat bagus. Apa lagi pada saat putri menebas goblin-goblin yang sedang menyerang kita. Putri terlihat seperti seorang petarung hebat!! " jelas Dorothy begitu bersemangat.
"Benarkah, apa Nanny berpikir seperti itu?"
"Benar, Putri!! "
"Haha, baiklah-baiklah. Aku percaya pada Nanny"
Dorothy tersipu malu sambil menunduk menahan saltingnya.
"Nanny sangat bahagia. Semenjak putri tinggal di sini, putri tidak pernah lagi membentak Nanny apa lagi memukul Nanny. Putri bahkan sangat baik kepada Nanny dan membiarkan Nanny makan satu meja dengan putri. Nanny sangat terharu dan sangat-sangat bahagia. Putri juga banyak tersenyum dan melalui hari-hari yang tenang di sini" gumam Dorothy masih tersenyum.
" !!! "
Rivera langsung mematung mendengar perkataan Dorothy.
Dia menoleh Dorothy dengan sorot mata kebingungan.
"Aku pernah memukul Nanny? " tanya Rivera kaget.
"Ya? "
" !!! "
"T-tidak, maafkan Nanny, Tuan Putri. Jangan hiraukan perkataan Nanny, Nanny hanya salah bicara" jelas Dorothy dengan ekspresi panik.
"*Apa yang aku katakan!!! Aku terlalu bahagia sampai suara hati ku keluar begitu saja. Dorothy bodoh*!! " benak Dorothy merutuki dirinya sendiri.
Rivera menatap Dorothy dengan cukup lama. Sampai akhirnya dia memilih untuk diam tanpa banyak bertanya lagi.
"*Bukan tugas ku untuk meminta maaf, karena bukan aku yang telah memberi luka. Tugas ku saat ini adalah berpura-pura tidak tahu dan memulainya dari 0*" pikir Rivera dengan perasaannya yang sangat kaku itu.
"Nanny, apakah Nanny ingin menemani ku pergi jalan-jalan keluar? Aku sangat bosan berada di kediaman sepanjang waktu" tawar Rivera.
"Putri ingin jalan-jalan keluar? Hmmm... Nanny akan meminta izin kepada Tuan Count" ujar Dorothy hendak bergegas.
"Tidak usah. Aku sudah meminta izin pada tuan Count pada saat sarapan" kata Rivera menghentikan langkah Dorothy.
"B-baiklah nona. Kalau begitu Nanny akan mengambil jubah dulu ke dalam"
Dorothy pun bergegas untuk mengambil jubah kedalam, di karenakan cuaca yang dingin karena musim dingin akan segera datang.
Sembari menunggu, Rivera melanjutkan aktivitas nya untuk mengamati Abel. Namun dia tidak bisa melihat Abel di lapangan pelatihan.
"*Kenapa bocah ini, apa dia ingin mengajak ku bermain petak umpet*?" benak Rivera setelah merasakan jika Abel sedang berada di belakangnya.
"Dimana dia? Bukannya tadi dia berada di depan ku?" kata Rivera sedikit mengeraskan suaranya.
"Ah... sudahlah. Lebih baik aku pergi menyusul Nanny saja" lanjutnya berpura-pura melangkah beberapa tapak.
"Tuan putri..." panggil Abel.
Rivera pun menoleh dan membuat ekspresi terkejut.
"Tuan Muda Endirson, mengapa anda mengejutkan saya!! " kata Rivera.
Seperti biasa, Abel dengan ekspresi datar dan juga sikap kaku nya itu pun mendekat ke arah Rivera. Dia yang memiliki tubuh yang sedikit lebih tinggi dari Rivera pun menatap Rivera dengan sedikit menunduk.
"Saya akan menemani Tuan Putri pergi keluar" kata Abel.
"Ya...?"
^^^To be Continued~^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments