Aina menarik pintu ruang kerja Angkasa agar kembali tertutup, dan itu membuat Asa tercekat. Rasa takut menyergapnya kembali dengan gelombang besar dan panas yang mengancam untuk menenggelamkan. Haruskah ia beritahu kenyataan tentang Samudera pada Aina?
Tapi Angkasa tak bisa mengatakan itu.
Bukan tentang dirinya, melainkan tentang kesanggupan Aina menerima takdir. Melihat air mata gadis itu atas kepergian Samudera, pasti akan sangat menyiksa.
Sementara Dian datang mendekat pada Angkasa, dan membisikkan kata-kata yang mengambang di benak laki-laki itu.
Angkasa bergeser sedikit ke arah meja, berusaha menarik tubuhnya yang luar biasa berat agar menjauh dari wanita yang pernah menjadi tunangannya itu, kemudian dengan serak bertanya sebelum Aina sampai, "Kenapa? Jangan terlalu dekat."
"Aku cuma mau memastikan, itu saja." Mata biru lensa Dian sekonyong-konyong berkilau dengan sinar fanatisme. "Kamu baik-baik saja kan Sa? Kedatangan istrimu seperti buat kamu tertekan."
Oh tapi sayang Angkasa tak memperdulikan itu, karena yang pasti saat ini adalah Aina sudah ada di antara mereka berdua, tepat berdiri di hadapannya. Tenggorokan Angkasa menyempit, pikirannya masih berfungsi berusaha melarikan diri dari situasi tersebut, namun rasa takut memuncak dan menegaskan kenyataannya.
"Na, saya bisa jelaskan soal ini. Tapi kita bahas nanti, jangan di sini." Angkasa berusaha melerai dan kata-kata itu seakan bergoyang.
Aina tak memperdulikan itu, dia mengepal tangan dengan genggaman kuat. Dan setelah ia memandangi wajah Angkasa, ia berhenti sejenak kemudian menoleh dan memandang Dian, yang berada di sebelah suaminya.
"Mbak Dian kerja di sini ya? Maaf kalau salah, soalnya Aina perhatikan Mbak selalu ada di kantor ini terus. Lebih tepatnya di ruangan suami saya terus."
Kata Aina dengan nada dingin, ia tahu bahwa ini adalah permulaan dari mantan tunangan Angkasa, dengan hati gusar ia masih harus mengusir perempuan yang sudah hilang akal itu pergi, baru kemudian membahas soal Samudera.
Dian tampak semakin serius mengajak Aina perang, mendeklarasikan keinginannya untuk merebut Angkasa. Tapi itu tidak serta merta membuatnya ketakutan, ini adalah kewajiban untuknya mempertahankan posisi sang suami.
"Aina bukan itu, ini kamu jangan salah paham dulu." Sahut Angkasa.
"Salah paham bagaimana ya Kak Asa? Kakak bicara apa? oh, maaf Aina salah paham ya. Maaf ya Mbak Dian Aina tidak bermaksud." Kata Aina menyempitkan pandangannya. Ini bukan situasi yang buruk, hanya perasaannya sangat rentan terutama setelah mendengar sesuatu tentang Sam.
"Oh, tentu saja, tidak masalah, aku yang harusnya minta maaf Na. Mungkin kamu tidak nyaman aku di sini, tapi aku dan Nico sama kok, kami sahabat nya Angkasa, jadi kalau aku main kesini tidak masalah kan? atau hanya Nico saja yang boleh?" balas Dian menohok kepada istri Angkasa dengan nada sedikit meremehkan.
"Memang tidak salah Mbak, tapi kalau soal sahabat, Nico jarang main ke sini, dia hanya datang kalo lagi ada jam kosong, dan tidak ada pekerjaan." Aina mendongak penuh percaya diri, sambil sesekali menoleh pada Angkasa untuk melihat reaksinya.
"Tapi Mbak Dian sepertinya tiap hari di sini. atau mbak... sebenarnya memang tidak ada pekerjaan?Oh maaf mba, bukan maksud menyinggung hanya saja Aina risih Mbak. Kak Asa itu sudah menikah, tapi Mbak datang berdua-duaan dengan suami Aina. Lagi pula ini di Markas, Mbak tidak pikirkan bagaimana jika terjadi salah paham di lingkungan kerja Kak Asa. Hargai kita ya Mbak Dian, Aina rasa Mbak terlalu elegan untuk tidak mengerti hal sederhana seperti itu."
"Tidak kok, tidak masalah, Aina begini----"
Tak ada waktu dan tak ada kesempatan lagi, Aina sudah tak tahan dan telah geram dengan situasi ini. Dia, masih harus membahas hal lain pada Angkasa. Dan Dian sudah semestinya menjauh dari persoalan rumah tangga mereka.
"Mbak kalau tidak ada keperluan tolong pulang sekarang ya?!" Katanya menyela.
Dian tertegun, dan langsung memberengut saat perempuan muda istri Angkasa itu melawannya. Rasanya sangat kesal dan sungguh dipermalukan. Dia pergi keluar dan hilang dari balik pintu tanpa sepatah kata.
Setelah kepergian Dian itu, Aina merapikan posisi tegaknya menghadap Angkasa. Pandangan matanya tak pelak berubah, tetap dengan pandangan tajam dan mengintimidasi.
"Sekarang katakan Kak Asa, apa yang terjadi sebenarnya pada Kak Sam?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
betul banget aina. good job
2024-02-04
1
baby eunhyuk / Xoblisss
bagus Aina, kalau suami kamu ga bisa tegas sama oelakor, kamu aja yang hempas si Dian. kesel banget aku, tp puas lihat keberanian kamu na hebat
2023-09-23
1
Haku
ditunggu Bett deh torrr untuk epsd slnjtnyaa nihhh
2023-09-23
0