Angkasa melepaskan pelukannya namun masih tetap memegang erat tubuh Aina yang masih gemetaran, dia cium rambut istrinya, harum sekali, penuh semerbak wangi kembang. Dia pakai sabun apa? Pakai parfum apa benar benar wangi, Angkasa terus menggumam, sementara istrinya pun sama halnya, ketakutan namun sempat merintih kesakitan saat lengan Angkasa memegang bahunya kuat sekali.
"Kak Asa---" Aina merintih sambil menggeliat, namun kata-katanya malah membuat hati Angkasa berdecak, sungguh Tuhan benarkah pendengaran Asa saat itu? Aina merintih memanggil namanya. Bukan saudara kembarnya.
"Saya di sini Na." Jawabnya tenang.
"Aina takut dikurung, tempat ini gelap, Aina sesak."
Hancur hati Angkasa saat Aina berkata demikian, satu persatu ingatan muncul tentang bagaimana saat ia pertama kali bertemu Aina dulu, Kamu memiliki trauma ya, tenang saja saya di sini, Na. Tidak akan ada yang menyakiti kamu. Bisiknya sambil memeluk Aina.
Rasanya sangat tidak tahan kalau melihat ekspresi istrinya yang begitu, dan entah apa yang Angkasa pikirkan, ia berpindah haluan dan mencium bibir merah sang istri, meski sayang Aina masih belum terbiasa, bibirnya yang kecil benar-benar sangat kaku, bisa jadi karena perasaan dan keadaannya sekarang.
"Saya di sini Aina, saya akan berikan kamu perlindungan lebih dari apa yang kamu inginkan." Lanjut Angkasa.
Dan ketika Angkasa kembali mendekatkan wajahnya untuk kembali melakukan sentuhan intim yang menenangkan itu, namun belum bibir itu mendarat sempurna, dia langsung menghentikan aksinya saat Aina kembali memeluknya dan berkata;
"Kak Asa jangan kurung Aina di lemari, Aina takut gelap." Dia berbisik di telinga Asa, dan tanpa sadar tertidur di bahu suaminya.
"Kamu pasti sangat lelah ya, maaf ya. Tidak akan ada lagi yang bisa melakukan itu padamu. Saya janji Na."
Angkasa mendapatkan kaki Aina dan menggendongnya kembali ke kamar, dan untuk pertama kalinya, setelah sekian purnama pasca keributan waktu itu, akhirnya Angkasa memutuskan untuk tidur bersama Aina.
Dipeluknya kembali di bawah selimut yang sama, dan di atas ranjang Angkasa kembali mengutarakan janji untuk sang istri.
Aku sudah memutuskan, Sam. Aina maaf ya, boleh kah aku menganggap kamu sebagai milikku? Boleh kah aku menjaga kamu? Bisakah kita menjadi keluarga, walau hanya sebentar?
Aku janji Aina, aku tidak akan mengkhianati janji awal kita, aku tidak akan menghalangi kamu untuk dekat dengan siapa pun bahkan jika itu Samudera, aku tidak akan mengganggu kamu saat bersama Sam kembali, bahkan aku tidak akan menahan kamu jika kamu memilih untuk bersamanya, aku janji Na.
Maafkan aku Aina, aku sudah mencoba untuk sepenuhnya menjauhi kamu, sepenuhnya untuk tidak mencoba jatuh cinta dengan kamu, tapi sepertinya aku tidak bisa dan tidak akan pernah bisa. Menyakiti mu saja, hati ku sakit.
Jadi ku mohon Aina, walau tak ada sedikitpun ruang di hatimu untukku tapi boleh kah aku menjaga kamu, melindungi kamu, memiliki kamu sampai saat itu tiba? saat Sam kembali lagi bersama kita semua.
...****************...
"Kok berat sekali?"
Aina terbangun karna sudah pagi, matanya mengerjap melawan sinar matahari yang menusuk. Ia harus bangun, sebab masih ada rutinitas yang harus selalu ia sempatkan, belajar untuk menjadi seorang istri. Tapi, Oh dia merasa aneh, seperti ada sesuatu yang menimpa pinggangnya, Besar dan berat sekali.
"Kak Asa?" pekiknya membelalak. "Aku tidak mungkin salah lihat kan? Kak Asa tidur dengan ku semalam, dia memeluk ku dan sampai sekarang tangannya ada di pinggang ini."
Sekali lagi Aina menoleh, memastikan bahwa penglihatannya ini benar, dan jelas saja benar. Laki-laki di sampingnya itu, memang Angkasa.
"Kak Asa, Terima kasih." bisiknya setelah ingatan semalam tersusun. "Aina izin turunkan tangannya ya."
Menikmati wajah Angkasa sungguh menyenangkan. Laki-laki itu masih tidur dengan kaus dalam seragam tentaranya. Dia bahkan sampai lupa dengan tujuannya, buat sarapan, aku langsung bangun dan turun ke bawah, membuat kan sarapan.
Namun di tahan oleh Angkasa, "Mau kemana?" ujar Asa sambil menggosok-gosok kedua matanya.
"Aina mau buat sarapan Kak."
"Istirahat saja, aku akan beli sarapan."
"Tidak! Aina masih mau belajar masak." Balas Aina.
Melihat kegigihan istrinya, Angkasa hanya bisa pasrah dan mengangguk pelan.
Sekitar 30 menit berlalu, saat mendatangi dapur Angkasa mencium kembali bau hangus, namun selagi itu adalah bagian dari usaha Aina maka bagi Angkasa bau bawang putih itu harum sekali. dia langsung mendekat menghampirinya, dan benar saja asap kembali mengepul.
Bahkan di dapur pun Aina keliatan sangat berisik dan gelagapan, badannya kecil, dan kelihatan lucu sekali saat dia menjauh dari kompor pakai daster sebatas lutut, malah keliatan sangat menggemaskan. Angkasa tidak menyukai tipe yang begini, dia menyukai perempuan dewasa dan berkarisma, tapi bagaimana bisa Aina begitu berbeda namun sangat menarik perhatiannya.
Tergerak hati Angkasa untuk melihat Aina lebih dekat, tapi langkahnya terhenti, karna dia menoleh ke arahnya, Aina menatapnya, membuat Angkasa benar-benar jadi malu, aku langsung mengalihkan pandangan. mukaku jadi merah.
"Ehm itu, saya ke sini karna mencium masakan kamu wangi, bukan karna apa apa, sungguh."
"Kak Asa kenapa? Mau sarapan ya? tunggu bentar ya Kak, masakan nya belum matang, atau Kakak mau minum teh dulu?"
"Saya mau peluk kamu,"
Demi Tuhan apa yang telah dikatakan Angkasa barusan. Dia mengatakan mau peluk Aina, beruntung mukanya masih menghadap kesamping, dia tidak menatap Aina yang ada di depannya, pipi nya tambah merah, tidak ada ekspresi apa-apa di wajah nya.
"Soal itu, iya boleh." Aina menjawabnya dengan malu, dan langsung berbalik membelakangi Angkasa, kepalaku tertunduk, Uh dia jadi ikut tidak berani menatap.
Meski sempat hening, deru langkah panjang Angkasa terdengar di telinga Aina. Dan pelukan Angkasa sungguh membuat Aina terkejut saat lelaki itu melingkarkan tangannya di pinggang Aina, tapi yang lebih membuatnya merinding karna Angkasa menyembunyikan wajahnya di punggung sang istri.
Angin apa yang menghampiri Kak Asa? kemarin kemarin dia cuek padaku, bahkan terlihat membenci ku, tapi hari ini dia benar benar terlihat sangat manja. Aina menggumam sambil mengaduk wajan.
Debar jantung Angkasa berdentum keras, seiring dengan hardikannya di dalam hati. Ada perasaan malu yang mendalam, tapi juga senang karena bisa bermesraan dengan seorang perempuan. Seperti inilah saat cinta melanda, dan Angkasa belum pernah merasakan bencana ini pada wanita lain sebelumnya.
"Aku malu---" gumam Angkasa dalam hati.
Dia benar-benar memeluk Aina, merasa sangat malu, bahkan tidak mau bila Aina melihat wajahnya memerah.
"Dia sangat pendek, aku jadi susah menyamakan tinggi badanku dengannya supaya muka ini bisa menyender di punggungnya." lanjutnya di dalam hati. "Tapi justru tubuhnya lah yang membuat tubuhku tidak bisa di kontrol sama sekali."
Sam, aku akan menepati janjiku padamu. Akan ku jaga Aina sampai mati.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
aina punya trauma
2024-01-30
0
Lilik Rudiati
sudah tak jempolin ya kak ama vote juga sehat selalu ya kak
2023-10-20
2
Sri Rahayu
tu kan....Angkasa uda mulai bucin ma Aina....semoga Aina menyusul biar kalian sama2 bucinnnn 🤣🤣🤣🤪🤪🤪💞💞💞
2023-09-28
1