"Sampai malam ini, Kak Asa mendiamkan aku," keluh Aina di kamar, berulang kali ia bolak-balik teras dapur-teras dapur, menunggu Angkasa.
Setelah kejadian kemarin malam, tadi pagi Asa langsung pergi keluar dan belum kembali sampai malam ini, bahkan setelah Aina pulang kuliah tadi sore. Semarah itu kah Angkasa dengan ucapan Aina kemarin?
Kemudian dia menarik kursi depan meja rias kamar, dan mendudukinya. Sudah dari tadi dia menghubungi Angkasa, tapi belum jua ada jawaban.
"Na! Aina!"
Aina melihat ke arah pintu kamar dan merasa seolah ia sedang berhalusinasi. Suara Angkasa tiba-tiba menggema, seakan tengah memanggilnya dengan suara rintihan. Tapi suara itu kembali datang, berulang kali dan sangat nyata.
"Kak Asa?!" balas Aina dengan pekikan. Lalu segera bangkit keluar kamar, menuju ke pintu depan.
Langkahnya terhenti kemudian, waktu membukakan pintu dan Angkasa berdiri tak sempurna sambil membawa kunci mobil. Seorang pria tampan, hampir botak berdiri di sisi Angkasa sambil menggandeng lengannya.
"Kak," ujar Aina dengan lantang.
"Kapten tidak enak badan. Langsung dibawa istirahat saja, tidak enak lama-lama di luar takut dilihat tetangga dengan kondisi beliau yang begini." Ujar Santos, prajurit yang sangat akrab dengan Angkasa.
Aina mengangguk, tetapi tidak dapat berkata-kata karena matanya hanya terpaku melihat lelaki yang bagai pinang dibelah dua dengan mantan kekasihnya, Samudera. Angkasa, menatapnya menyipit seakan tengah menahan kesakitan yang teramat menyiksa sehingga Aina dengan cepat meraih lengan Angkasa dari Santos kemudian membawanya ke dalam.
"Terima kasih." Sahut Aina dengan murung dan kaku pada Santos, sebelum akhirnya Santos pamit dan pergi.
Angkasa menelan ludah, merasakan tenggorokannya tersekat. Panas, yang ia rasakan sekarang. Dengan susah payah, sambil memegangi dinding, Angkasa berjalan terhuyung-huyung menjaga keseimbangan tubuhnya.
"Sial, berani sekali dia menipuku, memberiku obat murahan seperti ini!" Asa murka sambil memukul tembok.
"Kak kenapa? Siapa yang menipu Kak Asa?" Aina, semakin kuat menggenggam badan Angkasa sampai kamar.
"Sudahlah lepaskan, kamu tidak akan aman, menjauh lah." Angkasa membentak sambil melepaskan tangan Aina dari tubuhnya.
"Kak Asa tenang! tidak ada orang jahat di sini, Kak Asa dan Aina aman." Tegas Aina dengan suara melengking seperti biasa, seraya memegang kembali tubuh suaminya itu.
"Panasnya... Sial! Angkasa kembali mengumpat, napasnya pengap seakan tengah menanggung beban sakit yang sangat menyiksa. Seakan udara malam dan mesin pendingin tak berarti sama sekali, Asa panas dan bergairah.
Sementara Aina hanya bingung melihat lelaki yang berada di sisinya sekarang, sakit macam apa yang dialami Angkasa? belum pernah sebelumnya ia melihat orang yang sakit seperti itu.
Bukan tanpa alasan, Angkasa mungkin bisa melawan orang yang terang-terangan jahat. Prajurit bisa melawan penjajah, tapi dalam banyak kasus tentara bisa kacau balau melawan musuh dalam selimut. Seperti yang dialami Angkasa, sebelum akhirnya pulang dengan keadaan yang sekarang.
Saat itu, sekitar malam tadi pukul tujuh, lepas pulang dari Markas. Angkasa datang ke toko kue ibunya, memenuhi permintaan Laras yang membawa pesan dari ibunya sendiri.
Laras sudah menyiapkan sebuah rencana jahat untuk mendapatkan Angkasa.
"Kak, maaf ya kalau Laras pakai cara begini. Laras butuh kepastian, Laras capek hidup dengan terus bergantung dari toko kue ibu Kania. Laras mau hidup terjamin, bersama Kak Asa. Mendapatkan keluarga yang sempurna seperti keluarga Kak Asa. Laras mau merasakan itu, tapi Kak Asa terlalu cuek! padahal Laras sudah berusaha mengejar Kak Asa dari dulu." Laras bergumam di dapur, sambil menyiapkan teh dan sampel kue yang akan dinilai Angkasa.
"Meskipun dengan cara begini, apa pun akan Laras coba, asalkan bisa hidup secara resmi di keluarga Kak Asa dan Ibu Kania." Ucap Laras dengan senyum licik.
Hampir seluruh dosis obat dituangkan ke dalam teh yang akan diminum Angkasa. Laras, gadis jalanan yang dibantu Kania 10 tahun yang lalu kini telah tumbuh dewasa menjadi gadis cantik yang pandai membuat dan menjual kue di toko Kania, Ibunda Angkasa, hidup penuh kekurangan dan tanpa kasih sayang orang tua membuat Laras terobsesi pada kehangatan keluarga besar Angkasa.
Dan setelah menyiapkan itu, Laras datang ke meja tamu di toko menuju tempat di mana Angkasa duduk menyilang tangan di depan dada.
Mereka berbincang banyak tentang penilaian Angkasa soal kue yang disuguhkan Laras sampai akhirnya perempuan itu memberi isyarat agar ia segera minum setelah puas memberi penilaian. Tanpa menaruh kecurigaan dan tanpa penolakan, Angkasa memang cukup haus karna perjalanan dari Markas cukup jauh dari lokasi toko kue ibunya.
Dan seperti yang diperkirakan oleh Laras sebelumnya, setelah minum Asa mulai merasa ada yang aneh, tubuhnya merasa semakin panas, perasaan yang sungguh membuatnya tidak nyaman. Dia, memutuskan untuk pergi ke toilet membasuh muka.
Ekspresi Laras langsung berubah, ketika Angkasa menjauh dari dekatnya. Kemudian menyunggingkan senyum, penuh kemenangan.
"Maaf Kak Asa, setelah ini mari kita nikmati, malam panjang yang akan membawaku menuju gerbang sebagai nona muda keluarga Ananta. Aku akan melegalkan statusku di keluarga kalian." Laras menggumam dalam hati, sambil mengeluarkan lagi botol obat yang diberikannya untuk Angkasa tadi. Dia tersenyum lebar, seakan ini adalah kemenangan bagi dirinya.
"Obat ini sungguh hebat, bahkan laki-laki seperti Kak Asa tidak bisa menahannya. Walaupun harus berkorban, rasanya tidak rugi. Kita lihat, bagaimana kehebohan besok saat orang-orang dan Ibu Kania tahu, anak lelakinya meniduri anak gadis pelayan di toko kue." Lanjutnya semakin yakin, namun kali ini ia bersuara. Dan frekuensi suara itu terbilang besar, mampu di dengar.
Namun tanpa ia sadari sepasang mata tajam ternyata sedari tadi memperhatikan dirinya, Angkasa mendengar semua itu dan murka dibuatnya. Angkasa berbelok, mengambil jalan di pintu belakang, menghindari gadis jahat yang mencoba bermain taktik di belakangnya.
"Sial... Sial... aku ditipu, tidak akan ku lepaskan kamu, lihat saja, tidak tahu diri," Angkasa mengumpat, seolah hanya keluhan itu lah yang membuatnya bisa bangkit sekarang.
...****************...
"Kak Asa coba katakan pelan-pelan, kenapa bisa jadi begini? Aina telepon dari tadi, tidak dijawab sama sekali. Pulang-pulang malah diantar orang lain, kondisi aneh begini." kata nina terkejut baru menyadari setelah ia memperhatikan wajah pria itu.
"Jangan pedulikan aku Aina, pergilah!" Perintah Angkasa dengan tegas. Namun tetap tidak diidahkan oleh istri kecilnya.
"Aina tahu Kak Asa masih marah dengan Aina, tapi sekarang biar Aina bantu Kak Asa istirahat."
Kamu bakal menyesal karena membantu saya, Na. Pikir Angkasa.
"Sebentar Kak, Aina buka pintu kamarnya dulu." Katanya terbata, menahan beban tubuh Angkasa yang dua kali lipat badannya sendiri.
Angkasa tak menjawab, napasnya semakin tersengal dan jantungnya berdetak sangat kencang dan cepat. Dan secara tidak sengaja Angkasa malah menjatuhkan mukanya tepat di leher Aina, terlihat seperti dalam gaya mencium yang sensasional, Aina bisa merasakan napas suaminya yang panas, merinding bulu roma aina, tapi tak bisa menjauhkan Angkasa.
...****************...
KUIS ‼️
APA YANG TERJADI? HARI INI DAN NANTI DI HIDUP ANGKASA?
A. LARAS MASAK KUE DENGAN OBAT TAMBAHAN, DAN AINA JADI SASARAN ANGKASA?
B. ANGKASA TIDUR NYENYAK, DAN BERTERIMA KASIH PADA SEMUA ORANG.
C. LARAS MENJEBAK ANGKASA, DAN AINA YANG DIMARAHI.
D. JAWABAN LAIN.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
laras menjebak angkasa, aina korbannya.
2024-01-27
1
Sri Rahayu
tuntasin kepanasan mu pd istri Angkasa...itu halal utk kalian kan uda sah menikah, semoga dgn kejadian ini kedepan nya kalian menjadi pasangan yg bahagia selalu 😘😘😘
2023-09-28
1
Eva Karmita
syukurlah jebakan Laras ngak berhasil ...
2023-09-06
0