Sejak kabar Samudera menghilang, Angkasa masih menahan berita itu dari keluarga maupun kekasih adiknya, Aina. Asa masih meyakini bahwa Sam, masih hidup. Dia meneguhkan keyakinan itu dalam hatinya.
Satu minggu setelah itu, Angkasa mendapat kabar kalau ayah kandung Aina kembali masuk rumah sakit karena serangan jantung, dan harus pergi detik itu juga ke rumah sakit untuk mewakili Samudera. Situasi genting demikian, seakan membuat Angkasa tercekik terutama saat ayah Aina, menginginkan kekasih dari Samudera itu menikah saat itu juga.
"Aina tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini, selain Papa. Kalau Papa meninggal, siapa yang akan menikahkan Aina?"
"Papa, jangan bicara begitu. Papa cuma sakit biasa, dokter tadi sudah periksa." Aina, menangis di punggung tangan ayahnya yang mulai pucat. "Papa tidak boleh tinggalkan Aina---"
"Papa, mau lihat Aina menikah. Biar Papa yang menikahkan Aina sekarang. Tolong nak, Papa tidak akan tenang kalau tinggalkan Aina sendirian. Aina harus menikah sekarang."
"Ya sudah Papa jangan pergi sekarang! Soalnya Kak Sam masih tugas, jauh! tidak tahu kapan pulang."
Aina, memang gadis muda yang keras kepala. Tapi semua orang pun akan paham, bagaimana kuatnya dia. Ibunya meninggal saat melahirkannya, hidup sebagai anak gadis semata wayang dengan ayah yang sudah renta. Hanyalah Samudera, cinta pertama sekaligus terakhir tempatnya mendapatkan kelengkapan dari kasih sayang.
Angkasa menganggap keadaan ini tak ada sangkut paut dengannya, tetapi ia tak mampu mengesampingkan Samudera dan kenyataan bahwa; 'Aina adalah wanita terakhir yang dicintai adik kembarnya'.
Dengan segala tekanan yang datang, Angkasa tahu, siapa pun mampu ia taklukan dengan jiwa dan pikirannya yang tak kenal lelah mengembara, kecuali kondisi saat ini telah menekan perasaannya, rasa melankolia yang mengudara dalam pusaran dua sayap: Wasiat Samudera dan Keinginan ayah Aina yang sedang sekarat.
Sambil menghela napas berat dan mengepalkan tangannya kuat, Angkasa akhirnya bersuara dari belakang; "Saya akan menikahi Aina, sekarang!" Sahutnya.
"Hah? Kamu ngomong apa sih?" Ujar Aina selagi melotot pada Angkasa di belakang.
"Saya akan menikahi dia." Asa mengulangi, tetapi bukan menjawab Aina, melainkan pada ayah gadis itu.
"Kamu kembaran Sam---" Ryan, ayah Aina menaikkan tangannya seolah ingin menggapai Angkasa. Kemudian mengalihkan pandangan pada Aina kembali, "Na, Papa minta maaf. Aina menikah sekarang dengan kembarannya Sam ya?! Papa mau nikahkan Aina sebelum Papa pergi---"
Aina mengerjapkan mata. Tatapannya terpusat pada Papa Ryan seolah ayahnya itu sudah tidak waras, meskipun ia tahu yang sebenarnya. Ayahnya, sudah sekarat sekarang.
"Tapi Kak Sam---" Aina berkata pelan, dadanya mulai merasa sesak dengan banyaknya aturan dan kehendak ayahnya yang harus dipatuhi.
Akhirnya, kelang 1 jam kemudian. Semua persiapan nikah dadakan telah rampung, setelah Aina akhirnya mengangguk paksa untuk itu.
"Saya terima nikah dan kawinnya, Aina Maura dengan mas kawin tersebut, tunai!"
Angkasa menjawab jabatan tangan penghulu dengan lantang, di hadapan ayah Aina, mereka resmi menikah.
Cinta dianggap oleh banyak orang sebagai salah satu persoalan paling kuno di dunia. Lebih dari itu semua, ia adalah lambang dari kemujuran manusia; rasanya tidak ada kebahagiaan dan keberuntungan di masa muda melebihi kebahagiaan seorang pencinta. Demikianlah, akhirnya tanggung jawab tentang Aina berpindah ke pundak Angkasa.
Angkasa memang tak selembut Samudera. Itulah yang paling tidak terlihat, setelah mereka hidup bersama pasca kepergian ayah Aina, dan Angkasa membawa Aina ke rumah dinasnya.
"Kak Asa dan Aina memang sudah menikah, tapi Aina mohon---" Aina membuka obrolan canggung di kamar.
Asa menatapnya tajam dengan ekspresi datar. "Jangan pernah berpikir saya mencintai kamu, apalagi mau menyentuh kamu. Saya menikahi kamu itu hanya karena wasiat Samudera, adik kembar saya. Juga keinginan mendiang ayahmu."
"Wasiat? maksud Kak Asa apa?"
"Entahlah. Aku mau mandi," ujar Angkasa yang langsung menghindar begitu ada kesempatan.
Tanpa canggung sedikitpun, Angkasa langsung menanggalkan kausnya dengan cekatan sebelum berangkat ke kamar mandi. Mengeluarkan pandangan sensual pada bagian tubuhnya yang sempurna, berotot dengan kulit kecoklatan. Memang badan seorang tentara.
Seketika itu pula, Aina menyemburkan minumannya. "Kak Asa!"
Sial! Aina menggerutu dalam hati sambil menutupi mulut dan hidungnya, setelah tersedak susu. Bisa-bisanya punya badan sebagus itu!
"Kenapa?"
Dengan wajah berantakan, Aina kembali mengatur napas. Bagaimanapun, ia tidak benar-benar pernah tahu dampak menikahi seorang Angkasa. Ia belum pernah tertarik spontan pada laki-laki lain, apalagi cuma karena otot. Tidak sedalam rasa kagumnya pada Sam.
"Maksudnya apa buka-buka pakaian begitu? Aina masih punya pendirian ya Kak. Kak Asa tidak boleh sembarangan buka-bukaan seperti itu lagi!"
"Oh," Angkasa menjawabnya singkat. "Kamu akan terbiasa juga nanti," lanjutnya sambil tersenyum puas.
Tiba-tiba Aina tertegun saat kata-kata Angkasa membuatnya berpikir jauh. Ia tidak pernah berpikir sedewasa ini, tapi Angkasa nampaknya memberi pelajaran awal yang cukup bagus untuknya dalam dunia pernikahan.
Sinting, gumam Aina dalam hati. Kesadarannya masih belum kembali, masih tersembunyi baik dibalik ekspresi cengo nya sekarang.
"Boleh juga." Sahut Angkasa, sehingga kemudian Aina menepuk pipinya agar sadar dari khayalan.
"Boleh apa?"
"Lupakan, pekerjaanku masih banyak. Aku mau mandi sekarang."
"Nanti dulu." Aina meraih salah satu lengan Angkasa, membuat jemarinya merasakan sensasi maut begitu menggenggam lengan besar berotot itu, seakan ia tengah bernostalgia. Seperti tak asing, seperti pernah menyentuhnya. "Aina punya satu permintaan lagi sebelum Kak Asa mandi,"
Angkasa menyisir rambutnya dengan jemari, membuat rambutnya mekar berantakan, namun aura tampannya semakin berkibar. Dia menatap Aina dingin, "Permintaan apa?"
"Tolong jangan buka baju sembarangan," jawabnya memelas sambil memalingkan muka. "Saat kita berduaan."
"Kenapa? Merasa mengkhianati Sam sekarang?"
Sementara itu Aina yang merasa kesal karena Angkasa menyinggung soal Sam, langsung mengepalkan tangannya kuat ke dada Angkasa. "Jangan pernah bawa-bawa soal Kak Sam! Kita sudah terlanjur menikah."
"Kalau begitu perkataanku tidak salah."
"Kak Asa!" Aina memekik dengan mata memerah, sejak menikah di belakang Sam, ia memang tak bisa memungkiri apa yang dikatakan Angkasa. Suaminya itu benar adanya.
Ketegangan itulah yang menarik perasaan Angkasa. Wasiat Sam, benar-benar menyiksanya. Namun ia tetap berharap keputusannya ini bukanlah sebuah kesalahan fatal. Dia tahu, bukan hanya dia yang bersedih, semua ini terjadi karena rasa cinta Sam pada Aina, dan rasa sayang Angkasa pada kembarannya.
"Singkirkan tanganmu Aina, lalu cium aku sekarang." Tuntut Angkasa, dengan wajah dingin. "Kalau memang tidak merasa mengkhianati Sam, dan menganggap pernikahan ini, maka cium aku sekarang!"
Aina menenggak ludahnya sendiri dengan kasar. Mengapa harapan di hari ulang tahunnya waktu itu, malah jadi kacau balau. Mengapa dia malah menikahi laki-laki dingin tanpa sensasi perasaan seperti Angkasa?
Sementara Aina Menunduk, Angkasa tetap berdiri tegap seperti tiang listrik. Meski tengah mendesak Aina, Angkasa masih terus berharap pada semesta; Sam, kembalilah. Aku tahu kamu masih hidup. Katanya dalam hati.
Dan dengan segala persoalan yang datang, Angkasa hidup dengan memikul tanggung jawab sebagai seorang suami dadakan untuk kekasih dari adik kembarnya, seorang gadis yang berbanding terbalik dengan karakternya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
dan asa menikahi aina
2024-01-26
1
copai
Hhhmmm...
2023-11-20
1
Eva Karmita
Angkasa raya Aina akan jadi cinta pertama dan terakhir mu 🥰😘
2023-09-06
1