"Santos, terima kasih sudah merawat saya semalam, nanti saya usahakan waktu libur untukmu bulan depan."
"Eh, salah Kapten, merawat bagaimana ya yang dimaksudkan Kapten? saya semalam cuma antar Kapten sampai depan, soalnya Kapten sendiri yang mau masuk rumah sendirian." Jawab Santos, prajurit angkatan udara dari kursi kemudi.
"Hah? maksudmu Aina yang menyelimuti saya? jadi semalam bukan kamu yang merawat saya waktu asam lambung saya kambuh?" Ucap Angkasa, mata gelapnya terpusat pada Santos.
"Bukan Kapten, mungkin Ibu Aina yang merawat anda. Saya pulang setelah mengantar anda sampai rumah. Jadi saya tidak tahu apa-apa setelah itu."
Angkasa mengerutkan dahi saat mengingatnya.
"Semalam saat aku pulang," ucap Angkasa, suaranya bagaikan sedang bermimpi saat ingatan-ingatan tersebut bermunculan, mendesak keingintahuannya.
"Tidak." Angkasa menggeleng pelan dan menggosok mata, seakan-akan tindakan tersebut sanggup menghapus bayangan-bayangan itu selamanya. "Mana mungkin gadis itu mau merawat ku, aku bukan Sam."
"Sebenarnya kemarin malam Ibu Aina menghubungi saya, menanyakan Kapten. Dia menelpon berkali-kali karena masalah itu jadi saya langsung jawab anda masih di ruang kerja. Saya langsung antar Kapten pulang saat anda tersungkur dari kursi."
Pikiran Asa langsung pecah dan ia menelan ludah dengan susah payah saat Santos memberikan penjelasan.
"Pagi kemarin juga sama, Ibu tanya apa makanan sederhana yang Kapten sukai. Jadi saya coba ingat-ingat, setahu saya nasi goreng bawang putih."
Seketika Asa terdiam, jawaban Santos membuatnya tak bergeming sedikit pun. Bodoh kamu benar-benar bodoh Angkasa, hardiknya dalam hati. Kemarin dia susah payah, membuatkan kamu makanan tetapi kamu malah mengusirnya, bahkan memberikan makanan itu untuk Nico yang tengil. Dia masak sambil berasap di dapur, hanya untuk kamu Angkasa, bahkan pagi ini dia kelihatan lelah dan matanya berkantung, karna ulah kamu juga, karna kamu bodoh. Dia merawat kamu semalaman, dia menunggu kamu pulang semalaman. Dasar Angkasa, baru kali ini kamu terlihat seperti sampah, tidak berguna sama sekali.
"Maaf Aina, sekali lagi, saya menyakiti kamu." bisiknya penuh sesal.
Angkasa tahu, Aina hanyalah gadis biasa yang belum bisa mandiri untuk dirinya sendiri. Dan itu sama sekali tidak menarik perhatiannya, tapi entah mengapa Aina seperti telah memberikan pengecualian di hidup Asa.
Soal perasaannya pada dua saudara kembar itu bagaimana? masih jadi pertanyaan.
Selagi Angkasa berangkat kerja, Aina pun demikian. Ia berangkat ke Universitas tepat satu setengah jam setelah suaminya pergi meninggalkan rumah.
"Menikah dengan saudara kembar Kak Sam sulit sekali ya Na?"
Kepala Aina berdenyut dan pandangannya mengabur, warna-warni bercampur jadi satu. Suara orang-orang memenuhi udara di sekitar kantin kampus, menggelegar, dan melengking. Termasuk suara Novia yang bertanya di sampingnya.
"Entahlah Nov, Kak Asa sangat keras. Beda dengan Kak Sam." Jawab Aina sambil bertopang dagu. "Aku tahu Nov, awalnya memang aku yang salah karena buat Kak Asa tersinggung. Tapi ini juga salahnya sendiri karena melanggar perjanjian. Padahal aku sudah berjuang sejauh ini untuk berdamai dengannya, tapi Kak Asa masih tetap kekeh bahas tentang Kak Sam. Sangat sulit untuknya memaafkan aku. Coba kalau Kak Sam---kalau aku berbuat salah pasti dia---"
"Na," wanita yang lebih tua satu tahun dari Aina itu berusaha menenangkan, suaranya pelan, hati-hati agar tak melukai. "Kamu ingin Kak Asa tidak membahas Kak Sam, tapi kamu sendiri malah melakukan hal yang salah. Lihat sekarang?! kamu masih membandingkan Kak Asa dan kembarannya. Begini Na, tidak semua yang kembar itu sama, pasti selalu ada pembeda yang menjadikan ciri diri mereka sendiri."
Aina mencoba berpikir selagi menyimak penjelasan sahabat dekatnya di kampus, Novia.
"Kamu bahas Kak Sam terus membuat Kak Asa jadi tidak percaya diri. Padahal dia sudah menikahi kamu. Sebenarnya beban yang ditanggung Kak Asa itu jauh lebih berat Na, dia menikahi kekasih kembarannya sendiri, bahkan di saat adiknya pergi bertugas. Kamu tidak tahu, di luar sana mungkin sudah berapa banyak wanita yang mengejar dia, atau mungkin dia sudah memiliki kekasih. Tapi untuk kamu dan Papa mu, dia bersedia. Coba kamu bayangkan jadi Kak Asa---"
"Makanya aku coba untuk dekat dengan Kak Asa, Nov! Aku belajar menerima Kak Asa."
"Berarti usahamu harus lebih kuat, semangat Na! Suatu saat Kak Asa pasti akan luluh. Karena itu, kamu pun harus perlahan merelakan Kak Sam, dan berhenti menganggap mereka berdua itu akan memiliki karakter yang sama."
Ada sesuatu salah dalam hati Aina sekarang. Aina mencoba mengangkat tangan dan mengusap kening, tapi sepertinya lengannya tak mau bekerja sama. Mengapa ia menjadi lemas seketika, apalagi bila membayangkan kata-kata Novia. Berhenti menganggap mereka berdua itu sama.
Bagaimana tidak bisa ku anggap sama, soalnya tiap lihat wajah Kak Asa, dan di suatu waktu tertentu, aku seperti melihat Kak Sam sepuluh tahun yang lalu. Pikirnya.
"Jadikan pernikahanmu dengan Kak Asa penuh cinta dan rukun." Lanjut Novia. Dan pembicaraan terbatas itu rupanya terdengar oleh sahabat mereka yang lain, Laras.
"Apa? Pernikahan dengan Kak Asa?" Kata Laras bergabung, ada sedikit sakit dalam nada bicaranya. "Kak Asa menikah dengan siapa Nov?"
Laras memutar arah dan menarik kursi di depan Aina dan Novia, kemudian mendudukinya. "Aku kerja di toko kue Ibu Kania, Ibunya Kak Asa. Tapi kok aku tidak mendengar kabar pernikahan apa-apa?" Lanjutnya, masih tetap dengan tema yang sama. "Hayo, kalian bisa cerita begini karena apa? Kak Asa orangnya tidak bisa difitnah begini. Dia sensitif. Aku tahu sekali soal itu!"
Bagaimana ia bisa merasa sangat gelisah, saat mendengar pembicaraan Aina dan Novia? Oh, ya, Laras mengangguk, tersenyum selagi menduga bahwa kedua sahabatnya ini tengah mendoakan hubungannya dengan Angkasa.
Novia memandang Aina gugup, matanya menatap sendu seakan mengisyaratkan bagaimana cara mengatakan pernikahan Aina dan Angkasa pada sahabat mereka sendiri, Laras. Sementara Aina sengaja mendiamkan berita pernikahannya, karena tahu Laras mencintai Angkasa, bahkan dari dulu sekali.
"Ras," kata Novia. Tatapannya tak lepas pada Aina.
"Ya Nov? Ayo ceritakan, kalian bahas hal apa soal Kak Asa? Aku paling semangat kalau soal itu." Kata Laras, mengangkat kepalanya dengan tekad luar biasa. Matanya yang lentik membuka sempurna, dan bibir mungilnya pakai lipstik merah menyungging membentuk garis keyakinan yang memancarkan kebanggaan miliknya.
Laras masih memandang Aina, dan tentu saja Aina tetap menggelengkan kepala. Tapi hati Novia berdebar hebat, seakan menjadi penengah hebat di atas bom waktu. Mengapa situasi sulit malah menghampiri kedua sahabatnya? tapi tak ada gunanya bila terus disembunyikan. Melawan kenyataan dengan kebohongan terus menerus hanya membuat kekecewaan untuk semua orang.
Laras akan terus berharap pada Kak Asa kalau tidak tahu kebenarannya. Pikir Novia. Tapi kalau ku beritahu, tidak mungkin tidak kalau dua orang sahabatnya itu akan bertengkar hebat.
"Ras, sebenarnya Kak Asa itu----"
...****************...
Assalamu'alaikum ini Author 🙋
Mohon maaf semuanya, akhir-akhir ini malah up satu bab, atau bahkan ga up sama sekali. Bukan kesengajaan atau perihal review. Qadarullah ada sedikit urusan di rumah sakit, mohon do'anya zeyeng sekalian semoga semuanya kembali membaik seperti semula. Author sayang kalian banyak-banyak 😭🤧❤🤳
TTD,
PACAR KAK ASA YANG ASLI!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
laras & aina bersahabat?
2024-01-29
0
Eva Karmita
syafakillah otor ....semoga cepat pulih biar bisa beraktivitas lagi Aamiin 🤲🙏
2023-09-11
1
baby eunhyuk / Xoblisss
semoga cepat sembuh Thor, 🤗. Aina mana sahabatan lg sama laras argghhh kesell 😌 laras t orang nya memaksakan kehendak
2023-09-11
1