Banyak hal terjadi saat Samudera pergi dari kota ini, berniat menunggu kekasihnya selesai tugas, tapi justru dinikahi secara dadakan oleh saudara kembar Samudera, awalnya Aina setengah hati tapi sekarang ia merasa ini sudah menjadi jalan hidupnya.
Bunga mawar yang ditanamnya depan rumah sudah tumbuh tinggi, kuncup bunganya pun banyak, seperti cinta Angkasa yang tertanam untuk Aina, tumbuh semakin besar.
Awalnya baik dia sendiri maupun Aina selalu memikirkan hal yang tidak mungkin, pernikahan mereka ini pasti akan berakhir, akhir yang sangat menyakitkan untuk semua orang. Perceraian, ya itulah yang selalu jadi titik akhir dari bayangan Angkasa. Ketika Samudera kembali, ia tak akan mampu menahan Aina.
Sikap dinginnya, hanya sebagai benteng pertahanan dari bayang Aina. Dan Aina yang masih belum bisa lepas dari bayang-bayang Samudera, terkadang menjadi sumber kesakitan tersendiri di hati Angkasa. Tentu saja, seekor singa gagah dengan seekor paus orca di lautan luas, seperti itulah perumpamaan Angkasa dan Samudera bagi Aina.
Angkasa seperti raja rimba, dia adalah laki-laki sempurna, tampan, sukses, seorang Kapten Angkatan Udara yang bahkan bisa menerbangkan jet tempur secara akrobatik, namun sangat dingin dan ceplas-ceplos. Sedangkan Samudera? dia adalah jelmaan orca yang bersahabat, namun juga bisa ganas pada mangsanya, seorang lelaki dengan hati lembut namun memiliki jiwa pemimpin dan kesatria. Dialah seorang Kapten Angkatan Laut.
Perbedaan yang sangat kontras bagi Aina, untuk perempuan manja dan kekanakan sepertinya, sifat dan karakter Samudera adalah yang paling pas. Namun sayang, kini dia malah dinikahi oleh Angkasa. Berat, namun harus dijalani.
Kak Asa, terima kasih sudah terima Aina. Perlahan, pasti akan coba untuk membuka hati. Kak Asa bersikap dingin tapi entah kenapa Aina merasa hangat di dekat Kakak, merasa sangat aman dan terlindungi.
Begitu Aina menuliskan catatan dalam ponselnya malam ini, sambil melihat wajah Angkasa saat tidur di sampingnya, rahang yang tegas milik lelaki itu begitu sempurna melatari wajah dan bibirnya. Sangat indah, cocok dengan kulit sawo matangnya.
Tak jemu-jemu Aina memandang, seakan ia baru menemukan perbedaan yang membedakan Angkasa dengan kekasih masa lalunya, Samudera.
"Kak Asa selalu menumbuhkan kumis tipis di atas bibirnya---" katanya berbisik sambil menyentuh bagian yang ia maksud itu. "Kalau kak Sam tidak."
"Bibir mereka sama, tapi bibir Kak Sam selalu tersenyum dan saat dia tersenyum itu wajahnya sangat teduh," lanjutnya, kini jemarinya berpindah hampir menyentuh bibir Asa. "Tapi kalau Kak Asa----selalu cemberut, bahkan wajahnya selalu terlihat garang dan seram."
Saya bukan Sam, Aina! Saya Angkasa.
Aina menyentak saat bayangan Angkasa marah, muncul dalam ingatannya. Tangannya menjauh ketika memori suara kemarahan Angkasa menggema, Angkasa selalu marah bila Aina mulai menampakkan gelagat yang membandingkan dirinya dan Sam secara langsung maupun tidak.
"Maaf Kak Asa."
Setelah mengucapkan itu, dia mengambil posisi di sebelah Angkasa, menarik selimut dan tidur berdampingan.
Besok paginya, suasana dapur kembali ribut, Aina sibuk di dapur membuat sarapan untuk kesekian kalinya. Wangi bawang putih tercium semerbak membangunkan Angkasa dari tidurnya. Dia bangkit dari tempat tidur dan bergegas ke dapur.
"Na---" Kata Asa berbisik.
"Kak Asa sudah bangun?"
"Hari ini ada jadwal kuliah Na?"
"Tidak, hari ini libur." Kata Aina seraya menoleh ke arah Angkasa. Namun, langsung memalingkan pandangan kala menangkap bayang Dada bidang Angkasa yang telanjang. Berotot dan sangat sempurna untuk dipandangi. "Kak Asa, kenapa tidak pakai baju?"
"Saya mau mandi." Ujar Angkasa selagi meletakkan gelas minumnya di atas meja. "Aina hari ini seperti biasa ya, saya mau makan siang dengan masakan kamu."
Dia mengambil penggorengan dari tangan Aina dan mengambil sedikit nasi untuk mencicipi rasanya. Tingkah tak terduga ini membuat dada Aina makin berdecak hebat, terutama saat pemandangan bibir Angkasa yang mengecap nasi dari telapak tangannya. Mendesak rona bermunculan di pipinya.
"Walaupun masih belajar, masakan kamu sudah enak." Kata Angkasa dengan wajah datar.
"Ka-kak Asa mau makan siang pakai apa?"
"Terserah kamu saja, saya suka semua makanan yang kamu masak."
Sinar matahari mulai masuk menerobos, menyinari wajah Aina di hadapan Angkasa. Sehingga nampaklah bagaimana berdebarnya dia ketika sang suami berkata demikian. Angkasa menatapnya menyipit, kemudian pergi meninggalkannya ke kamar mandi.
Dan saat Santos datang menjemput Angkasa, Aina tiba-tiba meraih punggung tangan Asa dan menciumnya. Entah kenapa, saat menyentuh tangan sang suami, Aina bisa merasakan kehangatan lelaki yang ia cintai saat kecil, setiap uluran tangan yang laki-laki itu berikan, memberikan kehangatan yang melindungi Aina dari anak-anak nakal. Tetapi sayang, orang itu adalah Samudera, menurutnya.
Aina melambaikan tangan saat mobil Angkasa berjalan, Asa membuka kaca jendela mobilnya dan memandang istrinya.
...****************...
"Permisi Kapten, Ibu Aina datang."
Angkasa menyipit saat Santos datang tepat pukul 13.00 siang. Prajurit muda itu berdiri di muka pintu sambil memberi hormat dengan sikap siap.
"Kenapa harus izin lagi? lain kali kamu harus langsung suruh istri saya masuk kalau dia kesini, mengerti?"
"Siap paham Kapten!"
Santos menarik badan dan pergi meninggalkan Angkasa dan Aina di ruangan, berdua dan mendebarkan.
"Kak Asa apaan sih? Santos itu benar, tapi Kakak marah-marah terus! Aina kan juga bukan tentara di sini, tentu saja harus izin dulu, kalau mau menemui Kaptennya."
Aina menarik kursi di depan Angkasa selagi meluapkan kemarahannya. Bagaimana tidak, sosok Angkasa memang terlalu galak walaupun dia atasan, dan ini membuat Aina geram.
"Kamu istri saya. Sudah wajar datang menemui saya. Kamu juga adalah atasan Santos, semua prajurit di sini tahu kamu adalah istri saya. Tentu saja tak perlu menunggu."
"Pokoknya tidak boleh bentak-bentak orang lagi kalau orangnya tidak salah Kak Asa!"
Angkasa mengangguk pasrah sambil menyusun dokumen-dokumen di atas meja kerjanya sebagai tempat makanan. "Iya maaf." katanya tanpa memandang wajah Aina.
Saat dia sudah selesai makan, saatnya Aina pulang, Angkasa mendorong kursinya dan bangkit untuk mengantar Aina ke depan, tapi hari ini karna pekerjaan di Markas tidak menumpuk, dia sendiri yang mau mengantar Aina. Meski sudah bilang jangan, dia tetap memaksa, tapi jujur saja Aina benar-benar sangat senang.
Senyum Aina tak pernah pudar, saat merasakan tangan Angkasa melingkari pinggangnya. Tubuh Angkasa memang tinggi dan sangat berotot, baru kali ini Aina mengagumi fisik suaminya sendiri. Langkah mereka semakin dekat dengan pintu, namun saat Angkasa meraih gagang pintu dan membukanya langkah mereka terhenti.
"Asa..."
Seorang perempuan dewasa memanggil Angkasa, dia berdiri di muka pintu tepat di hadapan mereka. Dia sangat cantik, badannya tinggi, dan sangat anggun dalam balutan gaung violet yang lembut. Tangannya yang putih kurus, siap untuk mengetuk langsung turun setelah pintu terbuka.
Aina terdiam, tapi yang membuatnya lebih terkejut adalah tatapan Angkasa pada perempuan itu. Mata Angkasa yang tajam, menatap perempuan itu dengan hangat, seakan mereka telah lama mengenal, dan perempuan cantik itu tidak asing sama sekali di hidup suaminya.
"Dian? Benaran kamu? Sejak kapan kembali, ada perlu apa?" Angkasa menegurnya balik.
"Kamu kok kaget begitu? Tidak masalah kan, seorang wanita menemui tunangannya?"
Dia mendekati Angkasa, dan langsung menarik tangan kekar lelaki itu sementara Aina hanya terdiam melihat mereka.
Tunangan, apa maksudnya? bukankah saat menikahiku Kak Asa adalah laki laki single. Pikir Aina.
Perasaannya jadi tidak karuan, tak bisa dipungkiri dia benar-benar tidak rela melihat perempuan itu bertingkah mesra pada suaminya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
benarkah dian tunangan asa?
2024-02-03
0
Sri Rahayu
siapa lg ini uletkeket Dian yg ngaku tunangan Angkasa....bukan kah Angkasa bilang blm pernah jatuh cinta 😱😱😱😇😇😇🙃🙃🙃
2023-09-28
2
baby eunhyuk / Xoblisss
laras ngilang muncullah dian 🤡
2023-09-21
1