"Nona, hei.. "
Nico benar-benar menepati kata-katanya, dia pergi mengejar Aina, perempuan yang ia ketahui mengantar makanan untuk Angkasa. Dia memekik, sembari mempercepat langkahnya untuk istri Angkasa itu.
"Panggil saya Pak?" tanya Aina setelah menoleh dan melihat Nico yang terengah-engah mengejarnya.
"Nona, ah maaf siapa namamu? Maaf begini, aku juga mau minta izin, aku benar benar lapar, katanya Angkasa sedang diet jadi dia memberikan aku makanan ini. Tapi aku merasa tidak sopan jika langsung memakannya, apakah kamu tidak keberatan?" kata Nico sambil menggaruk-garuk belakang kepalanya yang tidak gatal.
Aina sempat diam sejenak, tak bisa dipungkiri ada sedikit perasaan sesak ketika lelaki asing ini mengatakan demikian. Bekal yang ia buat penuh drama pagi ini, ternyata diberikan secara percuma kepada orang lain oleh Angkasa.
Tapi sekali lagi, ia mencoba untuk memahami, ini adalah kehendak yang ditunjukkannya pada Angkasa. Buah dari apa yang telah dia katakan.
"Oh tidak masalah sama sekali Pak, silahkan makan, jangan terlalu formal," Ujar Aina, kemudian mengulurkan tangan pada Nico. "Nama saya Aina Maura, bapak bisa panggil saya Aina saja."
Nico mengernyit sambil menggumam dalam hati. Aina Maura? Aina? Sepertinya tidak asing, bukannya pacar Kak Sam?! Tapi kenapa malah jadi istri bos? Apa yang terjadi?
"Nicolo Andreas, kamu bisa panggil saya Nico, tanpa bapak, oke? saya masih muda lho, beda sama suami kamu hehe." Ucap Nico kemudian dan langsung membalas jabatan tangan Aina.
"Tapi rasanya tidak sopan kalau saya makan sendiri, Aina, mau kah temani saya makan? hitung hitung salam perkenalan kita, namamu tidak asing di telingaku, karena itu aku ingin dekat dengan keluarga Bos Asa. Yah tidak usah kamu jawab, kita langsung pergi saja."
Aina terkejut, Nico benar-benar sembrono saat ditariknya tangan Aina berjalan mencari restoran terdekat dari Markas Pangkalan Udara.
"Nico, maaf tolong lepaskan, tidak baik dilihat orang, terutama Kak Asa. Aku tidak mau dia salah paham." Aina segera menarik tangannya dari genggaman Nico, bahkan tak sampai setengah perjalanan.
"Astaga!" Pekik Nico sambil menepuk jidat. "Maaf maaf aku sungguh tidak bermaksud, kamu jangan tersinggung ya, aku tidak berpikir sejauh itu, sungguh maaf."
"Tidak, tidak kamu tidak salah kok, aku hanya tidak mau dilihat orang, saat kita seperti tadi. Nanti orang berpikir aneh-aneh. Maaf ya?!" jawab Aina sambil menggoyang-goyangkan telapak tangannya di depan Nico.
Mereka pun kembali berjalan dan sampai di sebuah restoran kecil, Nico begitu sopan, dia menarik kursi untuk Aina duduki, persis seperti Samudera yang begitu lembut. Aina tersenyum. Kemudian Nico yang begitu tidak sabar memesan minuman dan makanan untuk Aina, namun dia tentu saja lebih semangat untuk mencicipi masakan Aina. Jarang-jarang makan bekal buatan perempuan selain ibunya sendiri.
Dibukanya rantang makan dari Aina, harumnya pun menyebar di hidung Nico, sangat menggiurkan. Suap demi suap nasi masuk ke dalam mulut Nico, aaahhh, dia benar benar menikmatinya.
Bos kamu beruntung tidak makan, aku yakin akan menyetok permen karet setelah ini. Nasinya hangus bos! Katanya dalam hati.
...****************...
Sudah malam tapi kemana Angkasa, dia belum pulang, sementara Aina masih menunggunya sejak pulang kuliah tadi sore.
Salahkah jika aku khawatir, meski dia masih marah padaku, tapi aku tetap istrinya saat ini. Gumam Aina dalam hati.
Sudah pukul 22.00 malam, berbagai pertanyaan mulai bermunculan dipikiran gadis 20 tahun itu; apakah memang dia biasa pulang malam begini?atau terjadi sesuatu padanya di jalan? dia tidak pulang bersama Santos malam ini, membuat Aina jadi tambah khawatir. Apakah dia sudah makan tadi? Bagaimana kalau dia kelaparan? hal-hal seperti ini tentu wajar kan sebagai seorang istri khawatir?
Aina sangat mengantuk, namun Angkasa masih belum menunjukkan batang hidungnya. Hingga memutuskan untuk tidur di sofa menunggu sang suami, meskipun mereka tidak tidur bersama malam ini layak nya suami dan istri, karna sejak malam itu Angkasa meminta demikian.
Terkadang dalam lamunannya, Aina berpikir apakah menyerah saja dengan pernikahan ini, hidup tanpa cinta dan baru beberapa hari Angkasa berubah, semua jadi terasa sangat panjang, Asa bahkan tidak mau menyentuh makanan yang Aina buat, menjadi seorang lelaki dingin, dan entah mengapa Aina menjadi takut, apakah Asa membencinya?
"Dia tertidur? cantik sekali seperti pertama kali aku melihatnya." Ucap Angkasa saat melihat Aina tertidur di sofa. Dia berjalan terhuyung-huyung, setengah sadar sampai jatuh menindih Aina.
"Ah Kak, Kak Asa kenapa?" Aina bangun dan langsung turun dari sofa, menyamakan posisinya dengan Angkasa, dibantunya Angkasa berdiri namun tubuh sang suami yang jauh lebih besar membuat Aina kesulitan mengangkatnya. Hingga akhirnya mereka kembali terjatuh ke lantai dan Aina jatuh menindih tubuh Angkasa.
Dengan mata sayu, dan pandangan buram Angkasa melihat wajah Aina di dekatnya kembali terbawa arus, diraihnya kepala Aina dan didorong ke depan, membuat wajah mereka semakin dekat, tanpa basa-basi dan tanpa terduga Angkasa mencium bibir manis istrinya, menikmati tiap sentuhan intim bibirnya sangat lama.
Ciuman itu sama seperti saat Angkasa melakukannya pertama kali kepada sang istri, namun kali ini Aina tidak menolak.
Mereka semakin terbawa suasana, perasaan mulai mengalir satu sama lain lewat sentuhan itu, namun tiba-tiba Angkasa menyentak, melepaskannya, dia mendorong nina seraya membangkitkan tubuhnya.
"Tolong, menjauh lah... saya takut saya jatuh cinta dengan kamu, saya takut tidak bisa mengendalikan perasaan saya, saya tidak mau menyakiti siapa pun terutama kamu saya benar benar cinta kamu."
Aina yang mendengar kalimat itu dan melihat air mata bagas untuk pertama kalinya, sangat terkejut, entah mengapa perasaannya begitu sakit ketika melihat air mata dan kata-kata itu lolos dari bibir laki-laki yang bahkan belum ia cintai.
Apa? apa maksudnya, kenapa Kak Asa bicara begitu? kata-kata yang di keluarkan dari mulutnya bisa membuat nya menangis, itulah tanda kata itu berasal dari hatinya yang terdalam. Aina menggumam.
Untuk siapa Kak? Apakah Kak Asa sebenarnya sudah mencintai perempuan lain? Kenapa aku takut saat dia mengatakan cinta karna saat ini Kak Asa seperti setengah sadar. Dalam hidupnya tentu ada wanita lain, apakah karna aku, mereka tidak bisa bersatu? apakah aku benar benar menyiksa Kak Asa selama ini?
Begitu banyak pertanyaan yang timbul dari satu kalimat milik Angkasa, sementara kalimat itu kini sungguh menyiksa pikiran Aina. Lagi pula apa yang terjadi sampai suaminya tak sadarkan diri begini. Alkohol? bukan! Angkasa seorang tentara, bukan pemabuk.
"Kak Asa, Aina minta maaf."
Angkasa kembali terguling, sementara Aina tak mampu mengangkatnya ke sofa, sehingga dia tidurkan Asa di lantai dekat sofa yang beralas karpet bulu super lembut.
Ia bergegas ke dapur dan mengambil segelas air hangat untuk Angkasa saat laki-laki itu kembali mengigau, mengeluh sakit dan menekan ujung perutnya. "Lambung saya sakit---"
"Pasti Kakak tidak makan seharian," balas Aina berbisik.
Aina yang manja merawatnya sepanjang malam, di lapnya lembut wajah Angkasa supaya dia tidak terbangun, laki-laki itu begitu tenang saat tidur, meskipun wajahnya terlihat sedih malam ini. Selimut yang diambil dari kamar ditindihkan Aina ke tubuh sang suami supaya dia tidak kedinginan.
"Kak Asa, Aina minta maaf. Selamat tidur ya." Aina mengecup kening Angkasa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
sudah ada cinta
2024-01-27
1
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
bagas? angkasa
2024-01-27
1
Irma Herawati
😂😂selamt menikmati hidangannya..
2023-10-05
1