BAB 10 - Genggaman Hangat dari Pria Dingin

"Ehm, sudah pagi. Sakit sekali, aku sampai tertidur di lantai," Angkasa bangkit dari tidurnya, dia agak bingung, sejak kapan seragam dan bootsnya dilepas? sejak kapan dia pakai selimut?

"Apa ini Santos yang merawat ku semalam? setelah mengantarku mungkin dia langsung melakukan ini," lanjutnya. Kemudian berkata di dalam hati; kenapa dia tidak mengantar ku pada Aina? Oh ya, perempuan itu kan cuma peduli dengan Samudera.

Angkasa bangun dan pergi ke dapur, dia sangat lapar karna kemarin seharian tidak makan. Namun yang ia dapati hanyalah kecewa karena tidak ada makanan sama sekali di meja makan, kemudian dia beralih ke kulkas, namun yang menjadi objek fokusnya sekarang malah bukan makanan atau sekedar bahan makanan mentah, melainkan pada kertas yang tertempel di pintu lemari es.

cara membuat nasi goreng bawang putih.

Dia terus memandangi kertas resep itu, sejak kapan ada orang yang menaruh resep masakan kesukaannya itu di kulkas, mungkinkah Aina yang sengaja belajar? ini memang menu yang dia buatkan kemarin pagi.

"Gadis itu yang membuat nya? apa masakan yang dia bawakan kemarin adalah ini?"

"Loh, Kak Asa!" Suara tinggi nyaring datang menyapa Angkasa dari belakangnya. "Kakak sudah bangun? Maaf ya Kak, Aina tidak sempat buatkan sarapan, Aina telat bangun Kak, Aina buatkan Kakak kopi sekarang ya."

Suara itu memecah lamunan Asa, dia berdiri du muka pintu dapur, untuk pertama kalinya mata jelitanya tiba-tiba berkantung, dia terlihat agak lelah. Angkasa mengerutkan dahi dan memandang istrinya dengan menyipit, ingin sekali rasanya ia meminta dibuatkan nasi goreng oleh Aina seperti kemarin, tapi melihat keadaan istrinya sekarang, jadi tidak tega menyuruhnya membuat makanan, Angkasa berpikir harus memberikan sang istri waktu istirahat.

Mungkin tugas kuliahnya sedang banyak. Pikirnya

"Tidak apa, tidak perlu, saya mau mandi sekarang, saya sudah telat ke markas." Kata Angkasa, dan langsung pergi meninggalkan Aina. Namun ada yang menghentikan langkahnya, masih ada hal yang lupa ia sampaikan pada Aina.

"Oh ya, kamu tidak usah lagi datang ke kantor saya, saya bisa suruh OB atau anak-anak di markas beli makan untukku di restoran seberang."

Namun Aina tidak menjawab, bahkan tidak memandangnya sama sekali. Apa dia marah? Tak ada maksud lain dari Angkasa, dia hanya mau istrinya istirahat hari ini, dia kelihatan sangat lelah, sementara Angkasa tidak mau membebani dia. Tetapi nampaknya sikap Angkasa itu telah ditanggapi lain oleh sang istri, biasanya Aina akan terus berbicara bahkan berani mengaturnya tapi sekarang jangankan menjawab, menatapnya saja tidak. Ah, sudahlah, ia harus mandi sekarang.

...****************...

"Tidak apa apa Aina, tidak apa apa. Ini tidak menyakitkan sama sekali kok. Kak Asa masih kesal karena ulah kamu, mungkin kemarin Kak Asa malu, Aina datang ke markas." Aina menggumam, setelah Angkasa meninggalkannya.

Dia sudah tersenyum tapi kenapa, kenapa air matanya malah mengalir, ini semua salah kamu Aina kenapa kamu bangun kesiangan, semua salah kamu karna berharap dia mau menerima permintaan maaf kamu, Kak Asa pasti malu saat aku ke kantornya kemarin. Pikirnya frustasi.

Dihapusnya air matanya, dan kembali menghidupkan layar ponsel, menonton vidio untuk belajar membuat masakan, Aina tidak akan menyerah itu yang selalu ia tanamkan. Sejak Angkasa marah dan menjauh, entah mengapa seperti ada kepingan yang menghilang dari milik Aina.

Dia tidak mencintai Angkasa, tapi ketika Angkasa memutuskan menjaga jarak, malah merasa tidak rela.

Tanpa disadari Aina, Angkasa berdiri, meletakkan gelas minuman di meja makan, dan berjalan melintasi pintu dapur menghampiri Aina. Langkah pria itu panjang, dan gerakannya sangat tenang, prajurit angkatan udara kemungkinan belajar dari seorang kapten sepertinya. Angkasa memancarkan aura bahaya. Aura tersebut berdenyut di sekelilingnya bagaikan sinyal peringatan, namun, Aina tidak merasa takut. Tidak terhadap suaminya sendiri.

Angkasa berhenti di depan Aina dan mengulurkan tangan. Sempat ragu-ragu sebelum akhirnya menyentuh jidat sang istri. Aina tahu alasannya. Ia tahu suaminya berusaha menghindari hubungan mental di antara mereka. Ia dapat merasakan keengganan Angkasa memperdalam kontak dengannya. Namun saat ini, sikap Angkasa menghantam kegelisahan Aina.

"Kamu tidak demam, jangan lupa minum vitamin di kotak obat. Saya sudah siapkan."

Aina membelalak saat Angkasa berkata demikian, menyentuh keningnya dengan lembut, walau kenyataannya suaminya itu masih sengaja berusaha menghindarinya, membuat Aina resah.

"Aina memang tidak sakit Kak Asa," kata Aina, suara rendahnya yang baik gemuruh menari-nari di ujung saraf Angkasa bagaikan jalinan kawat yang hidup. "Tapi terima kasih Kakak mau lihat Aina lagi."

"Kamu yakin?"

Sebelah alis Aina terangkat dan sudut mulut ranumnya berkedut sekilas. "Ya. Aina yakin tidak apa-apa. Kak Asa tadi bilang sudah terlambat, kalau begitu berangkatlah sekarang. Aina sehat loh."

"Kamu bisa ke kampus sendirian?"

Aina mengangguk. "Biasanya juga begitu. Aina selalu berangkat sendirian, tapi kadang-kadang diantar papa dulu."

"Tapi saya tidak akan mengantar kamu."

"Aina tidak minta diantar Kak Asa kok," ujar Aina dan tanpa sadar melipat lengannya guna menyingkirkan bekas cipratan minyak goreng saat masak tadi. "Aina tadi suruh Kak Asa berangkat, biar tidak telat."

Setelah mendengar jawaban istrinya, Angkasa merasakan sesuatu, apakah Aina berusaha menyembunyikan sesuatu darinya. Dan melihat gerak-gerik itu, Angkasa telah menyadari itu. Tapi bagaimana dia harus menanggapinya.

"Kemarilah," kata Angkasa, kali ini meraih tangan Aina dan menariknya ke sofa panjang di ruang tengah. "Tanganmu terluka."

Jari-jari Aina gemetar dalam genggaman Angkasa selagi ingatan-ingatan tentang genggaman yang tidak terasa asing membanjiri kepalanya. Rasanya sangat mirip dengan genggaman Kak Sam saat aku kecil dulu, tangannya sangat hangat ketika menolongku saat itu. Mungkin karena Kak Asa kembarannya Kak Sam, jadi semuanya terasa sama. Bahkan sangat persis. Kata Aina dalam hati selagi mengikuti langkah Angkasa ke sofa.

Aina menggenggam tangan Angkasa erat-erat, menarik napas dalam dan memejamkan mata ketika suaminya itu mulai menempelkan krim untuk luka bakarnya.

"Kalau tidak bisa masak, tidak usah dipaksakan."

Mata Aina terbuka seketika. "Kak Asa segitunya tidak mau makan masakan Aina?"

"Tidak. Hubungan kita tidak sedekat itu sampai kamu harus berbuat begitu. Tidak untukku," ujar Angkasa lembut, meski kata itu sungguh menyakiti hatinya sendiri. "Saya bukan Sam, jadi kamu tak perlu memaksakan diri untuk menyenangkan saya."

"Kak Asa," Aina berkata pelan. Ia tidak suka tiap Angkasa membandingkan diri dengan Samudera, walaupun kenyataannya, dialah sendiri yang melakukan itu secara tak langsung.

"Sudah selesai," kata Asa kemudian sambil membereskan kotak obat. "Aku harus berangkat ke markas sekarang."

Aina mengangguk, "Terima kasih Kak Asa, hati-hati."

Terpopuler

Comments

@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

sepertinya waktu kecil dulu memang tangan asa bukan sam

2024-01-28

0

Irma Herawati

Irma Herawati

itu bkn Sam tp Angkasa, yg kamu cinta Angkasa kecil bkn Sam Aina😬

2023-10-05

1

baby eunhyuk / Xoblisss

baby eunhyuk / Xoblisss

lihat kak Asa jadi ingat bapaknya dulu hehe, kak asa itu peduli tapi ketutup sama karakter dingin dan cueknya

2023-09-11

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 01 - Pintu Cerita
2 BAB 02 - Wasiat Terakhir Sam
3 BAB 03 - Dinikahi Tentara Dingin
4 BAB 04 - Serupa Tapi Tak Sama
5 BAB 05 - Hasrat Wanita Gila
6 BAB 06 - Bukan Lelaki Pilihan
7 BAB 07 - Tingkah Yang Disempurnakan
8 BAB 08 - Pembalasan Suami
9 BAB 09 - Titik Mulai
10 BAB 10 - Genggaman Hangat dari Pria Dingin
11 BAB 11 - Antara Cinta dan Teman
12 BAB 12 - Aku Benci Kamu!
13 BAB 13 - Yang Mungkin Terjadi
14 BAB 14 - Tanda Cinta
15 BAB 15 - Perempuan Istimewa
16 BAB 16 - Biarkan Aku Berjuang, Ya!
17 BAB 17 - Kamu Milikku
18 BAB 18 - Kawan Atau Lawan?
19 BAB 19 - Pembohong
20 BAB 20 - Di Antara Dua Sisi
21 BAB 21 - Janji Yang Menyakiti
22 BAB 22 - Ketulusan Cinta
23 BAB 23 - Langkah Dalam Masa Lalu
24 BAB 24 - Tamparan Keras
25 BAB 25 - Keuntungan Masing-masing
26 BAB 26 - Rasa Yang Tak Asing
27 BAB 27 - Kamu Ingat Siapa Saya?
28 BAB 28 - Mulai Dari Awal
29 BAB 29 - Rahasia Saudara Kembar
30 BAB 30 - Yang Pantas Hanyalah Kamu
31 BAB 31 - Saya Temui Kamu, Kedua Kalinya
32 BAB 32 - Ancaman Tak Terduga
33 BAB 33 - Masa Lalu Terulang Lagi?
34 BAB 34 - Menjemput Istri ku
35 BAB 35 - Bukan Yang Dicinta
36 BAB 36 - Perempuan Jahat
37 BAB 37 - Keinginan Mendalam
38 BAB 38 - Sang Penyelamat
39 BAB 39 - Bukti Cinta Lelaki
40 BAB 40 - Ketika Ada Rasa Cinta
41 BAB 41 - Satu Wanita, Dua Pria
42 BAB 42 - Hidup Dalam Kepura-puraan
43 BAB 43 - Milik Saya Sekarang dan Selamanya
44 Ruang Bicara
45 BAB 45 - Karena Kamu, Saya Mau
46 Lelaki Idaman - Bintang Samudera
Episodes

Updated 46 Episodes

1
BAB 01 - Pintu Cerita
2
BAB 02 - Wasiat Terakhir Sam
3
BAB 03 - Dinikahi Tentara Dingin
4
BAB 04 - Serupa Tapi Tak Sama
5
BAB 05 - Hasrat Wanita Gila
6
BAB 06 - Bukan Lelaki Pilihan
7
BAB 07 - Tingkah Yang Disempurnakan
8
BAB 08 - Pembalasan Suami
9
BAB 09 - Titik Mulai
10
BAB 10 - Genggaman Hangat dari Pria Dingin
11
BAB 11 - Antara Cinta dan Teman
12
BAB 12 - Aku Benci Kamu!
13
BAB 13 - Yang Mungkin Terjadi
14
BAB 14 - Tanda Cinta
15
BAB 15 - Perempuan Istimewa
16
BAB 16 - Biarkan Aku Berjuang, Ya!
17
BAB 17 - Kamu Milikku
18
BAB 18 - Kawan Atau Lawan?
19
BAB 19 - Pembohong
20
BAB 20 - Di Antara Dua Sisi
21
BAB 21 - Janji Yang Menyakiti
22
BAB 22 - Ketulusan Cinta
23
BAB 23 - Langkah Dalam Masa Lalu
24
BAB 24 - Tamparan Keras
25
BAB 25 - Keuntungan Masing-masing
26
BAB 26 - Rasa Yang Tak Asing
27
BAB 27 - Kamu Ingat Siapa Saya?
28
BAB 28 - Mulai Dari Awal
29
BAB 29 - Rahasia Saudara Kembar
30
BAB 30 - Yang Pantas Hanyalah Kamu
31
BAB 31 - Saya Temui Kamu, Kedua Kalinya
32
BAB 32 - Ancaman Tak Terduga
33
BAB 33 - Masa Lalu Terulang Lagi?
34
BAB 34 - Menjemput Istri ku
35
BAB 35 - Bukan Yang Dicinta
36
BAB 36 - Perempuan Jahat
37
BAB 37 - Keinginan Mendalam
38
BAB 38 - Sang Penyelamat
39
BAB 39 - Bukti Cinta Lelaki
40
BAB 40 - Ketika Ada Rasa Cinta
41
BAB 41 - Satu Wanita, Dua Pria
42
BAB 42 - Hidup Dalam Kepura-puraan
43
BAB 43 - Milik Saya Sekarang dan Selamanya
44
Ruang Bicara
45
BAB 45 - Karena Kamu, Saya Mau
46
Lelaki Idaman - Bintang Samudera

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!