Pov Elsa
Hatiku benar-benar sakit sekali ketika melihat mereka berdua berciuman seperti dunia hanya milik mereka berdua. Entah apa yang terjadi kepada Mas Heru yang sekarang terlihat begitu agresif dan terlihat begitu menurut kepada Andien.
Padahal selama bersamaku Dia adalah seorang laki-laki yang tegas dan selalu memiliki prinsip. Hal itu pulalah yang selama ini membuatku begitu jatuh cinta kepadanya.
"Sudahlah lupakan mereka. Sekarang lebih baik kita segera berangkat ke rumah sakit. Aku takut kalau akan terjadi hal buruk terhadapmu. Elsa kau harus menjadi wanita yang kuat demi anakmu yang sedang menunggumu di rumah sakit." aku tersenyum getir mendengar apa yang dikatakan oleh Gani yang mengingatkan diri ini tentang anakku.
Ya! Gani benar bahwa aku tidak boleh lemah dan aku harus menjadi wanita yang kuat dan membalaskan semua hal buruk yang dilakukan oleh Andien dan penghianatan Mas Heru terhadapku.
"Kamu jangan khawatir Gani. Aku akan tetap dengan pendirianku untuk segera membalas dendam pada mereka berdua yang sudah menghancurkan hidupku hingga seperti ini." Aku sudah bertekad dan tidak akan mundur satu langkah pun.
Ketika kami sudah berada di dalam mobil dalam perjalanan ke rumah sakit, kami berdua lebih banyak diam karena sedang sibuk dengan pikiran kami masing-masing. Aku sampai saat ini masih belum bertemu dengan anakku. Dokter bilang belum di bolehkan ketemu dan harus menunggu dulu sampai keadaan anakku sudah stabil.
Begitu sampai di rumah sakit Gani langsung meminta kepada dokter agar mengizinkanku untuk bisa melihat anakku. Walaupun dari kejauhan. Diri ini benar-benar sangat rindu dan penasaran dengan sosok anak yang aku lahirkan buah cintaku dengan Mas Heru yang telah berkhianat.
Aku sampai menangis haru ketika melihat bayi mungil itu dari kejauhan. Dia tak bersalah kepada siapapun tetapi harus mengalami nasib begitu buruk karena keserakahan Andien atas segalanya.
'Sabarlah menunggu Nak! Mama pasti akan segera membalaskan semuanya pada orang jahat yang sudah begitu tega memisahkan kita berdua dari ayah kamu. Mas, apakah ketika kau menghianatiku tidak mengingat bagaimana perjuangan kita berdua untuk memiliki seorang anak? Kenapa ketika anak kita hanya tinggal menunggu waktu untuk dilahirkan ke dunia ini, kau malahan memberikan luka yang begitu besar untukku. Kenapa, Mas?' monologku sedih sekali.
Gani terus merangkul bahuku dan berusaha memberikan kekuatan untukku. Saat aku berniat untuk meninggalkan ruangan bayi aku melihat Mas Heru dan Andien yang tengah berjalan ke arahku.
Seketika diriku terkejut karena takut kalau sampai mereka curiga tentang siapa diriku yang sesungguhnya. Walaupun wajah ini sudah berubah tapi aku merasa tidak yakin kalau Mas Heru tidak mengingat ataupun mengenalku.
"Amanda, ayo kita menemui doktermuh dan konsultasi tentang kesehatan kamu." ajak Gani.
Aku pun kemudian melangkah kan kakiku. Walaupun aku terlihat begitu tenang, tetapi di dalam hatiku saat ini bergemuruh rasa yang amat menyiksa.
'Ya Tuhan semoga mereka tidak mengenaliku.' aku pun berusaha untuk sekuat tenaga tenang dan tidak melakukan respon apapun ketika melintas di hadapan Mas Heru yang terus saja melihat ke arahku dengan tatapan elangnya.
Dahulu ketika aku pertama kali bertemu dengannya di kampusku, tatapan seperti itulah yang telah membuatku terpesona dan akhirnya memilih dia untuk menjadi masa depanku.
Sekarang siapa yang menyangka? Setelah bertahun lamanya kami menjalani pernikahan, bahwa kami akan bertemu lagi dengan identitasku dan wajahku yang berbeda. Tetapi entah kenapa perasaanku saat ini ketika melihat Mas Heru begitu berbeda. Tidak menggebu dan menggila seperti dahulu.
Pada saat di kuliahku dulu, Mas Heru adalah sosok yang begitu familiar di kalangan para wanita. Karena ketampanannya yang selalu menjadi buah bibir para mahasiswi. Dulu aku begitu bersyukur dan bahagia karena di antara banyaknya wanita yang menggilai Mas Heru lebih memilih dariku.
Aku bahkan sampai rela berkorban begitu banyak untuk membuat Mas Heru semakin jatuh cinta padaku. Aku bahkan sampai menguliahkan semua adik-adiknya dan memberikan kehidupan yang begitu layak untuk keluarga mereka yang dulu bisa dikatakan tergolong miskin dan selalu kekurangan.
Tetapi setelah semua pengorbananku ternyata hanya menghasilkan penghianatan dan rasa sakit hati yang tak berujung. Hatiku rasanya sakit sekali. Entah harus bagaimana aku menyikapi semua ini. Rasanya amat menyesakkan hatiku.
"Kau tunggulah di sini aku akan menembus obat dulu," aku tersentak mendengar perkataan Gani.
"Baiklah," ketika aku hendak duduk di bangku, aku melihat Mas Heru yang terus saja melihat ke arahku secara diam-diam.
Entah kenapa tiba-tiba saja aku memikirkan sebuah ide untuk memuluskan rencana balas dendamku. Aku akui wajah Amanda memang sangat cantik dengan tubuh sexy yang menggoda.
Tidak heran kalau dokter Abian dan om Rudi terlihat menggila Amanda. Aku kelihatannya bisa menggunakan semua kelebihan yang dimiliki oleh Amanda untuk menghancurkan perasaan Andien ketika melihat laki-laki yang dia cintai dirampas oleh wanita lain. Ya!! Aku akan membuat wanita itu menangis darah dan tidak akan sanggup untuk bangkit lagi.
Tetapi aku tidak boleh sembrono dengan mendekati Mas Heru begitu saja. Aku harus mencari cara untuk membuat Mas Heru tertarik dan mendekatiku.
Aku kemudian berpura-pura untuk pergi ke toilet yang letaknya tidak jauh dari mas Heru duduk saat ini dan aku pun menjatuhkan diriku di hadapannya dengan berpura-pura pingsan.
Tampaknya Andien sedang berkonsultasi kepada dokter kandungan dan tidak mengajak Mas Heru ke dalam ruangan itu. Aku menggunakan kesempatan itu untuk mulai masuk ke dalam kehidupannya.
Melihatku yang tiba-tiba saja pingsan di hadapannya, Mas Heru terlihat begitu panik dan langsung memanggil suster untuk membawaku ke ruangan perawatan. Aku sedikit banyak mengenal karakter dan sifat Mas Heru yang tidak tega melihat orang lain menderita di hadapannya.
Sekarang Mas Heru sedang berbicara dengan dokter yang tadi memeriksa diriku.
"Ya ampun Amanda. Bukankah aku sudah minta kamu untuk beristirahat total di rumah? Kenapa masih berkeliaran di sini? Untung saja ada orang baik yang mau menolongmu dan membuatmu masuk ke ruangan ini," ucap dokterku yang tadi memeriksa kesehatanku.
Ketika aku hendak menjawab perkataannya tiba-tiba saja dokter Abian masuk ke dalam ruanganku dan langsung memelukku. "Amanda, kau baik-baik saja kan? Ya Allah! Tadi suster bilang kalau kau jatuh pingsan di lorong. Mana Gani? Bukankah tadi kau datang ke rumah sakit bersama dia? Kenapa kau sekarang bersama orang lain?" begitu banyak pertanyaan yang ditujunjukan oleh Dokter Abian padaku membuatku kesulitan untuk menjawabnya.
"Mas Gani sedang menebus obat. Tadi aku berniat untuk pergi ke toilet, tapi tiba-tiba saja kepalaku pusing sekali." ucapku dengan suara pelan.
Entah apa yang saat ini sedang dipikirkan oleh Mas Heru karena sejak tadi dia terus menatapku tanpa berkedip dan perasaanku saat ini benar-benar kacau, karena kembali satu ruangan dengan mantan suamiku yang telah berkhianat dengan Andien.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments