Pov Elsa
"Aku baik-baik saja. Hanya gula darah ku kayaknya turun. Maafkan aku membuat kalian khawatir!" aku sejak tadi melirik ke arah Mas Heru yang terus memperhatikan Kami bertiga di dalam ruangan ini.
Aku tidak mengerti apa yang dia pikirkan saat bertemu lagi denganku dengan wajah yang berbeda dan identitas yang berbeda. "Terima kasih, karena mas sudah membantuku untuk di bawa ke tempat perawatan. Oh ya, kenalkan namaku Amanda dan mereka adalah kakak-kakakku. Kak Gani dan Kak Abian. Kak, laki-laki inilah yang sudah menolongku," aku berusaha untuk bersikap tenang dan memberi senyum terbaikku agar Mas Heru tidak curiga.
Gani dan Dokter Abian menyalami Mas Heru dan mengucapkan terima kasih atas pertolongannya.
"Tidak apa-apa, sebagai sesama manusia kita harus saling membantu. Baiklah saya permisi dulu. Saya takut kalau istri saya sudah selesai dengan pemeriksaannya. Pasti dia kebingungan nanti dan mencari saya," ucap Mas Heru terlihat gugup.
Entah kenapa hatiku begitu sakit ketika mendengar suamiku, laki-laki yang pernah aku cintai, menyebut dan mengatakan istriku terhadap wanita lain. Padahal selama bertahun-tahun lamanya panggilan itu tersemat hanya untukku. Rasanya sakit sekali.
'Ya Tuhan apakah itu artinya kalau aku masih mencintai dia?' batinku dengan nafas memburu.
Aku benar-benar merindukannya tetapi aku tahu bahwa saat ini aku sudah bukan istrinya lagi. Penghianat seperti Mas Heru harus di beri pelajaran yang berharga agar bisa menghargai seseorang yang mencintainya dengan tulus.
"Baiklah, terima kasih sekali lagi. Salam pada istri Anda," ucapku dengan suara gemetar dan berusaha untuk menetralkan hatiku yang sejak tadi bergemuruh. Gani tampaknya mengerti apa yang sedang kurasakan saat ini, sehingga dia terus berusaha memberikan kekuatan kepadaku dengan menggenggam tanganku.
Aku tidak mengerti karena sejak tadi dokter Abian terus melihatku dengan tatapan tidak senang. Aku tidak tahu hubungan Dokter Abian dengan Amanda sebelum ini. Aku sendiri benar-benar kebingungan untuk menyikapi semua hal aneh yang ada di kediaman wanita bernama Amanda.
Sebenarnya kehidupan seperti apakah yang dijalani oleh Amanda bersama para lelaki di rumah itu? Sehingga memiliki kehidupan yang begitu rumit dan sekarang memberikan efek pusing kepadaku dengan tingkah dan sikap mereka yang aneh menurutku.
"Baiklah, semoga cepat sembuh!" Mas Heru langsung keluar setelah berpamitan kepada kami.
Aku bisa bernafas lega setelah Mas Heru pergi untuk meninggalkan ruangan ini.
"Apakah laki-laki tadi adalah orang yang kau kenal di kehidupan kamu sebelumnya?" tanya Dokter Abian padaku dengan suara dingin dan datar
Aku hanya mengangguk dan berusaha untuk mengontrol diriku sendiri agar tidak terlalu menunjukkan rasa terpukul dan cemburuku.
"Katakan padaku apa status laki-laki itu di dalam kehidupanmu sebelum kau menjadi Amanda. Aku hanya ingin menyiapkan hatiku ketika melihatmu melakukan sesuatu dengan wajahnya yang aku cintai!" Gani terlihat biasa saja mendengar pengakuan dari dokter Abian.
"Dia suamiku yang telah berkhianat dengan wanita lain yang menjadi anak dari sopir ayahku. Aku menjadi seperti ini karena wanita itu yang sudah membuangku ke jurang. Sebelum itu dia juga sudah membuatku Koma selama berbulan-bulan di rumah sakit dan akhirnya meresmikan hubungan gelap mereka tanpa aku ketahui," aku menceritakan kisah hidupku dengan berderai air mata.
Gani dan Dokter Abian terlihat prihatin padaku. Mereka menatapku dengan tatapan aneh sekali. Ada apa sebenarnya dengan mereka semua? Kenapa harus terlibat hubungan yang begitu rumit begitu?
"Sebaiknya Kau lupakan laki-laki itu dan mulailah hidup baru sebagai Armada. Tuhan sudah berbaik hati dengan memberikan kesempatan kedua untukmu hidup bersama anakmu. Jangan pernah berpikir sekalipun untuk kembali kepada laki-laki itu walaupun dengan alasan balas dendam sekalipun. Paham?" tanya Dokter Abian yang sepertinya sedang mengultimatum diriku agar tidak mendekati Mas Heru yang tadi pergi dengan begitu tergesa.
"Ayo kita pulang karena aku sudah tidak apa-apa. Tadi aku hanya berpura-pura pingsan di depan Mas Heru hanya untuk menarik perhatiannya dan bisa berkenalan dengan dia dengan wajah dan identitas sebagai Amanda!" ucapku pelan dan bersiap-siap untuk meninggalkan ruangan itu.
Akan tetapi Dokter Abian melangkah ke arahku dan melarangku untuk meninggalkan rumah sakit.
"Sudah terlanjur memesan kamar, kau tinggal di sini satu hari untuk memulihkan kesehatan. Apa kau tidak ingin melihat anakmu di ruangan bayi?" tanya Dokter Abian sambil terus menatapku.
Entah kenapa ada selasar aneh yang kurasakan menusuk jantungku. Ketika melihat sorot mata dokter Adian yang penuh dengan kerinduan dan luka.
Hatiku amat sakit saat mendengar Mas Heru memanggil Andien sebagai istriku. Jujur saja sejak tadi fokus itu agak terganggu dan tidak terlalu memperhatikan dua laki-laki tampan yang ada di hadapanku yang entah sedang sibuk memikirkan apa karena aku lebih sibuk dengan hatiku sendiri.
"Tapi nanti Ibumu jadi khawatir kalau aku menginap di rumah sakit. Aku juga tidak mau kalau dia curiga tentangku." sanggahku.
Akan tetapi Gani malah mengambil ponselnya dan menghubungi ibunya untuk memberitahukan perihal diri ini yang akan menginap di rumah sakit sesuai keinginan dokter Abian.
"Mah, Amanda tiba-tiba saja merasakan sakit di kepala. Jadi Abian meminta kepadaNya untuk beristirahat sebentar di rumah sakit untuk memeriksa tubuhnya secara menyeluruh." ucap Gani.
Gani mendekatiku ketika dia sudah selesai berbicara dengan ibunya. "Ayo kita ke ruang bayi dan melihat anakmu disana. Aku yakin kalau kau pasti merindukannya karena sudah hampir seminggu kamu ga ketemu dia." aku akhirnya hanya bisa menuruti semua pengaturan yang diberikan oleh dua pemuda itu yang aku tahu pasti adalah demi kebaikanku juga.
Sungguh hatiku benar-benar terhiris dan juga merasa pilu. Kenapa orang yang baik terhadapku justru orang asing yang baru aku temui belum sebulan? Bukan suami atau keluargaku sendiri.
Kemanakah kedua orang tuaku selama ini? Kenapa mereka tidak mencari keberadaanku? Apakah mereka sudah tidak menginginkan kehadiranku lagi? Begitu banyak tanda tanya di dalam hatiku saat ini.
Ya Tuhan tampan sekali! Aku menangis terus ketika melihat Bayiku yang diperbolehkan untuk aku gendong. Ini adalah kali pertama aku menyentuh dan bertemu dengan putraku secara langsung. Hatiku bahagia dan senang.
Penantian panjang dan perjuanganku untuk mendapatkannya, akhirnya terbayar lunas dengan melihat dia yang sekarang semakin sehat dan kuat. Aku mengingat bahwa aku dan Mas Heru dulu begitu berusaha keras untuk bisa mendapatkannya.
"Dia anak kamu?" aku terkejut ketika mendengar suara seseorang yang aku kenali menyapa kami semua yang ada di sini yang sejak tadi lebih fokus kepada anak yang sedang kugendong dengan hati-hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Apriyanti
lanjut thor
2023-09-26
0
Uba Muhammad Al-varo
semoga semua kejahatan Andien cepat terbongkar dan Heru menyesal atas semua kejadian yang dialami ,ayo kedua orangtuanya Elsa sadar,bisa membongkar semua kejahatan Andien.
2023-09-26
1