Mbak Ijah membiarkan Putri kembali ke kamarnya. Ia memejamkan kedua mata, dan melihat sosok Ayu ada di belakang tubuhnya. Sosok itu sering menampakkan wujudnya di dekat Putri. Karena itulah mbak Ijah jadi sering memperhatikan gadis itu. Entah sebenarnya ia tau mengenai jati diri Putri atau tidak, karena ia tak pernah mengatakan apapun pada Melati. Sedangkan Melati sendiri juga tak banyak tau mengenai jati diri orang-orang yang menempati kost nya.
Putri memilih baju yang akan ia kenakan. Nampak beberapa barang milik kakaknya yang berhasil ia ambil tanpa sepengetahuan mbak Ijah.
"Mbak Ayu... Apa yang sebenarnya terjadi padamu. Kenapa sekarang kau lebih sering menampakkan wujudmu, daripada hanya hadir di mimpi ku?" Gumam Putri dengan memandang kalung yang biasa Ayu kenakan.
Suara ketukan pintu mengejutkannya. Putri bergegas menyimpan kalung yang ada di genggaman tangannya. Ia buru-buru mengancingkan kemejanya seraya berjalan ke depan pintu. Dan begitu pintu terbuka, Putri tercekat hingga tak bisa berkata-kata. Nampak Kara sudah berdiri di depan kamarnya. Ia mengajak Putri untuk berangkat bersamanya.
"Lu belum siap juga? Udah gak usah lelet, buruan pakai sepatu! Nih gue ada roti, bisa dimakan sambil jalan ke pabrik!" Seru Kara seraya memberikan sebungkus roti cokelat.
Putri tak dapat berkata apapun, ia membeku melihat perubahan sikap wanita yang awalnya selalu ketus padanya. Dengan cepat Putri mengenakan sepatu lalu mengambil tas ranselnya. Tak lupa ia mengunci pintu kamarnya, dan bersiap berangkat bersama Kara. Tak banyak yang mereka bicarakan di sepanjang perjalanan. Kara hanya sibuk memakan roti miliknya, dengan sesekali menjelaskan situasi kerja.
"Maaf ya mbak... Bukannya aku lancang. Kenapa kau tiba-tiba berubah baik padaku? Padahal sebelumnya kau seakan tak menyukai ku. Jangan marah ya mbak, aku hanya penasaran aja." Ucap Putri dengan menundukkan kepala, dan tangannya memilin ujung kemejanya.
Kara tersenyum lepas, ia menatap Putri dengan mengaitkan kedua alis mata. "Gue dapat teguran dari bu Melati, gue harus bersikap baik ke lu. Kalau gak, gue bisa di depak dari kost! Lu gak tau aja, hidup keluarga gue sangat susah. Semua kebutuhan orang rumah jadi tanggung jawab gue. Awal datang ke kota, sahabat-sahabat gue yang selalu bantu semuanya. Bu Melati juga banyak membantu, dia ngasih gue kost disana dengan setengah harga. Tapi ini rahasia kita ya, lu jangan bilang ke siapa-siapa!" Cetus Kara dengan suara tegas.
"Jadi mbak Kara terpaksa bersikap baik ke aku karena teguran bu Melati?" Imbuh Putri nampak berpikir.
"Jujur aja sih iya, karena buat gue itu lu kayak bawa pengaruh buruk di kost. Belum ada sehari lu datang, udah bikin salah satu sahabat gue meninggal. Karena Mira juga banyak berjasa dalam hidup gue, mungkin gue nyari kambing hitam buat nyalahin lu. Sorry ya kalau gue bicara blak-blakan. Gue gak suka basa-basi orangnya. Dan satu lagi, sebenarnya gue gak suka membully orang. Yang gue lakuin ke lu hanya sebatas melampiaskan rasa kehilangan gue aja. Udah kan nanya nya, sekarang kita udah sampai pabrik. Karena lu masih baru, mending lu nunggu di pos security dulu. Biar HRD yang arahin lu mau ditempatin dimana. Gue duluan ya, moga betah kerja disini!" Seru Kara sebelum meninggalkan Putri di depan pos security.
Putri menggaruk kepala yang tak gatal. Ia merasa telah salah menilai Kara. Mungkin awalnya ia memang terlihat buruk, tapi sepertinya dia bersikap begitu untuk melindungi sahabatnya yang telah berjasa dalam hidupnya. Tapi Putri juga tak bisa membenarkan sikap Kara, jadi ia tak bisa berpendapat apapun.
"Ada perlu apa ya?" Seorang security dengan badan agak gempal mendatanginya. Putri menjelaskan keperluannya, lalu ia diminta menunggu di lobby kantor.
Seorang wanita muda dengan kemeja biru dan celana bahan datang, lalu membawanya ke sebuah gedung penyimpanan barang. Ia dikenalkan dengan supervisor divisi tempatnya nanti bekerja. Ia menjadi tenaga harian lepas dengan masa percobaan tiga bulan. Pekerjaan Putri disana menjadi buruh pabrik dibagian packing barang. Sebuah pabrik yang memproduksi sejumlah pakaian bermerek yang akan dikirim ke luar negeri. Hari pertama bekerja tak banyak kendala, Putri dengan cekatan melakukan semua pekerjaannya.
Terdengar suara sirine yang menandakan jam istirahat siang. Semua buruh menghentikan aktivitas mereka. Putri menoleh ke segala arah berharap melihat Kara di antara banyaknya orang. Ia belum mengenal banyak orang, hanya ada seorang wanita seusianya yang baru dua minggu bekerja disana. Ia mengajak Putri untuk makan siang bersama, karena menurutnya mereka sama-sama anak baru. Namanya Arum, dia berasal dari daerah Jawa Tengah juga. Karena seumuran, keduanya jadi mudah akrab. Menu makan siang gratis yang disediakan pabrik dengan menu seadanya, cukup membuat perut mereka kenyang. Dari banyaknya orang yang makan di area kantin, Putri melihat seorang wanita yang selalu memegangi bandul kalungnya. Ia jadi teringat cerita Febi mengenai Kara and the gank.
"Jadi wanita itu yang bernama Anita. Orang yang membuat mbak Ayu dicap buruk oleh orang-orang." Batin Putri di dalam hatinya dengan mengepalkan kedua tangan.
Whuuuussd...
Hawa dingin menyeruak dari arah belakang badannya. Putri mengusap tengkuknya, karena bulu-bulu halus yang meremang. Baru saja ia akan menoleh ke belakang, ada sosok wanita dengan leher berdarah-darah melotot persis di depan wajahnya.
"PERGI DARI KOTA INI!" Pekiknya kencang, membuat gendang telinga Putri berdengung.
Putri menutupi wajahnya dengan jantung yang berdetak tak karuan. Sosok Mira muncul lagi, dan memintanya untuk meninggalkan kota. Namun disetiap kemunculannya, selalu ada pesan yang seakan ingin ia sampaikan.
Plaaak!
Kara menepuk pundak Putri dari belakang. Ia bertanya dengan gestur tubuh, karena ia tau jika Putri berperilaku aneh lagi. Ia membisikkan sesuatu ditelinga, supaya Putri bersikal normal ketika berada di area kerja. Karena itu akan mempengaruhi penilaian HRD untuk memberikan kontrak kerja pada dirinya.
"Sini gue kenalin sama sahabat-sahabat yang gue bicarain tadi!" Ajak Kara seraya menarik tangan Putri.
Ia menjabat tangan beberapa orang yang duduk bersama Kara. Namun hanya dua orang saja yang diakui sebagai sahabat nya.
"Ini Sandra, yang ini Anita. Dulu Anita ngekost juga di tempat bu Melati. Kalau Sandra sih asli dari Jakarta, jadi dia tinggal di rumahnya sendiri." Ucap Kara memperkenalkan Putri dan Arum.
"Kalian berdua ngekost bareng Kara juga?" Tanya Sandra pada Putri dan juga Arum.
"Eng-enggak kok mbak. Kami baru kenal di pabrik, salam kenal ya semuanya." Jawab Arum seraya menjabat tangan para seniornya.
Terlihat Anita menatap Putri tanpa berkedip. Ia bangkit dari duduknya, berdiri tepat di hadapan Putri. "Jadi lu anak baru yang diceritain Kara! Kenapa lu mau aja tinggal di kamar bekas orang yang mati bunuh diri. Emangnya lu gak takut kalau di gentayangin?" Ucap Anita dengan kebiasaannya memegangi bandul kalungnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
@✹⃝⃝⃝s̊Sᵇʸf⃟akeoff🖤 k⃟K⃠
apa sih yg ada di bandul kalung.ny smpek di pegangin mulu..
2023-09-27
0
liani purnapasary
lanjut thor
2023-09-21
0
Else Widiawati
kenapa mira nyuruh putri pergi??
2023-09-19
1