Suara jam weker begitu nyaring terdengar, hingga Putri terbangun dari tidurnya. Ia mengernyitkan dahi seraya melihat ke sekitar. Ia kebingungan dengan menggaruk kepala yang tak gatal.
"Kenapa aku berada disini? Apakah semalam aku hanya bermimpi? Tapi rasanya yang ku lihat seperti nyata. Ba-bagaimana dengan kondisi ayah saat ini?" Batinnya dalam hati resah.
Jam dinding menunjukkan pukul enam lebih sepuluh menit. Ia mematikan jam weker, lalu meraih ponsel di atas nakas. Ia menekan tombol di ponsel, untuk menghubungi orang tua nya di kampung.
Suara lembut wanita yang sangat dihormati dan disayanginya terdengar dari seberang telepon sana. Sang ibu langsung menanyakan kabar anaknya yang baru tiga hari merantau di kota. Putri dapat merasakan kesedihan dan kehawatiran ibunya, membuat dirinya semakin mencemaskan ayahnya.
"Bagaimana kabarmu disana nduk? Dari kemarin ibu sama ayah nunggu telepon darimu. Kami kira kau sibuk dengan pekerjaan mu, ada apa sepagi ini menelepon nduk?"
"Kabar Putri baik bu, dari kemarin juga udah dapat tempat tinggal. Jam delapan Putri berangkat kerja. Bagaimana kabar ayah, ibu? Semalam Putri mimpi buruk, tapi kayak nyata banget bu. Untung saja itu hanya mimpi, kalau gak, Putri pasti bakal berpikiran buruk tentang ayah."
"Mikir buruk gimana nduk? Sebenarnya ayahmu memang sedang tidak begitu baik. Selepas magrib kemarin, ayah tiba-tiba menjerit-jerit dan melukai kakinya sendiri. Ayah bawa silet pencukur rambut, dan disayatkan di betisnya. Kaki ayahmu terluka parah, sebagian dagingnya mengelupas. Ibu gak tau ayah kenapa Put, siang nanti ibu akan membawa ayah ke rumah sakit diantarkan Mawar. Kau tak usah mencemaskan ayahmu, ibu bisa mengurusnya sendiri. Kau jaga kesehatan dan makan teratur ya nduk. Kalau butuh apa-apa jangan sungkan minta ke ibu." Terdengar isak tangis sang ibu, membuat Putri meneteskan air mata.
"Apa ibu yakin bisa mengurus ayah sendiri? Sebenarnya semalam Putri mimpi, kalau ayah dilukai oleh sesosok makhluk berjubah hitam. Sosok menyeramkan itu bawa pecut yang dipecutkan ke kaki ayah sampai darah mengalir di lantai. Makanya pagi ini Putri langsung telepon ibu. Rasanya mimpi itu kayak nyata, karena semalam Putri nyoba cubit tangan pakai kuku panjang dan rasanya sakit beneran bu!" Jelas Putri seraya melihat lengan kanannya, yang ada bekas lecet karena kuku. Sontak saja Putri terkejut dengan mulut yang menganga.
"Apa an ini? Kenapa lengan ku benar-benar ada bekas cubitan? Apakah aku benar-benar bermimpi atau melihat kenyataan?" Batin Putri di dalam hatinya bimbang.
"Nduk... Putri... Ada apa nduk?" Tanya sang ibu panik tak mendengar suara anaknya di telepon.
"Hmm... I-iyaa bu... Maaf bu, Putri harus siap-siap buat berangkat kerja. Nanti siang pas jam istirahat Putri telepon lagi ya bu. Sampaikan salam untuk ayah, Putri sayang sama ayah dan ibu." Jawab Putri sebelum mengakhiri panggilan telepon nya.
Ia mengambil plester di kaci meja, menutup luka di lengannya. Putri membuka tirai jendela, ia memandang ke arah luar dengan mengingat kejadian semalam. Jika memang itu adalah mimpi, apakah ia benar-benar mencubit lengannya sendiri. Putri mengacak rambutnya dengan kasar, lalu meraih handuk yang menggantung di tembok.
Suasana pagi hari di kost itu cenderung ramai. Banyak yang mengantri di kamar mandi. Kara yang baru saja selesai mandi, memberi kode dengan gestur tubuh supaya Putri langsung masuk ke kamar mandi tempatnya tadi. Namun barisan yang ada diluar sana menatap Putri dengan sinis.
"Gak apa-apa kok mbak, saya ngantri aja sesuai urutan." Sahut Putri agak membungkukkan badannya.
"Mereka ini berangkat agak siangan, jadi mending mereka ngalah dan ngasih lu pakai kamar mandi duluan. Kalau gak lu bisa kesiangan di hari pertama kerja. Bukannya lu kerja di pabrik garment yang sama kayak gue? Kemarin gue gak masuk kerja karena melayat ke rumah mendiang Mira. Jadi lebih baik lu ikuti kata gue, dan buruan masuk ke dalam. Nanti lu bisa berangkat bareng gue!" Cetus Kara seraya mengeringkan rambutnya mengenakan handuk.
Wanita yang dikenal ketus dan tukang cari masalah itu mendadak bersikap baik pada Putri. Membuatnya heran dan tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Semua orang yang sedang mengantri diluar kamar mandi mempersilahkan Putri untuk masuk lebih dulu. Meski agak sungkan, Putri menerima tawaran itu dengan senang hati. Air segar mengguyur tubuhnya, membuat Putri sedikit melepaskan penatnya. Karena semalam ia tak sempat membersihkan badannya. Samar-samar terdengar bisikan-bisikan yang tak jelas berasal darimana. Bisikan yang mengingatkan nya untuk menjalankan ibadah tepat waktu seperti sebelum ia datang kesana.
Deegh...
"Suara siapa itu? Tapi kalau dipikirkan kembali, aku memang sudah lalai menjalankan ibadah. Sejak datang kesini aku sering menunda shalat, sampai aku ketiduran dan mimpi buruk seperti semalam." Batin Putri di dalam hatinya seraya mengguyur kepalanya dengan segayung air.
Ia berjalan kembali ke kamar, dari kejauhan nampak mbak Ijah sedang menyapu lorong. Wanita itu menyunggingkan senyum dengan raut wajah datar.
"Apa semalam mbak Putri masuk ke dalam ruangan itu?" Ucap mbak Ijah menunjuk ke arah pintu dengan ornamen pewayangan.
Putri menelan ludah kasar dengan mengaitkan kedua alis matanya. "En-enggak kok mbak! Saya semalam tidur di kamar!" Bantah Putri dengan menundukkan kepala.
Mbak Ijah tersenyum miring seraya melangkah mendekati Putri. Ia meraih lengan Putri, dan bertanya mengenai plester yang menempel di lengannya.
"Lalu luka karena apa ini mbak? Bisa jelaskan pada saya?" Lagi-lagi mbak Ijah memojokkan nya dengan pertanyaan yang membingungkan. Jangankan untuk menjelaskannya pada orang lain, dirinya sendiri saja tak tau apa yang sebenarnya terjadi semalam.
"Sa-saya juga gak tau mbak, pagi ini pas bangun tau-tau lengan saya lecet. Makanya saya kasih plester aja." Putri agak gelagapan dengan menggaruk kepala yang tak gatal.
Mbak Ijah mendekatkan wajahnya, membisikkan sesuatu di telinga Putri. "Saya tau kenapa, mbak Putri mau saya kasih tau?" Ucap mbak Ijah tanpa ekspresi di wajahnya.
Putri menelan ludah kasar, ia mundur satu langkah dengan membulatkan kedua mata. "Maksudnya mbak Ijah apa? Apa yang mbak Ijah tau mengenai saya?" Kata Putri, mampak bulu halusnya meremang.
"Saya gak bilang begitu mbak Putri... Tapi saya hanya tau apa yang terjadi semalam. Mbak Putri bingung kan kenapa saya bisa tau? Jadi gini, ketika manusia dalam keadaan tertidur. Maka roh nya akan keluar dari badan. Nah jiwa mbak Putri pergi ke tempat yang gak seharusnya dikunjungi. Terkadang kebenaran itu tersembunyi dengan rapat, dan manusia sulit membedakan yang benar atau salah. Lalu apa saja yang mbak Putri lihat semalam? Mungkin saya bisa membantu untuk menjelaskannya." Jelas mbak Ijah, kali ini agak menyunggingkan senyum.
Dari kejauhan nampak sosok Ayu berdiri mengambang dengan menggelengkan kepala. Wajah pucat dengan lidah yang menjulur keluar itu membuat Putri bergidik lalu menundukkan kepala. Putri membuat alasan, jika ia harus buru-buru berangkat ke pabrik. Dan ia tak bisa berbicara lebih lama lagi dengan wanita paruh baya itu. Nampaknya mbak Ijah tak begitu percaya dengan perkataan Putri. Seakan ia tau, jika ada sosok lain yang meminta Putri untuk bungkam dan tak mengatakan apapun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Noer Maulidha
mbak ijah pengikut melati.kyknya ayu di jadiin tumbal krn ayahnya membelot
2023-10-30
1
yuli Wiharjo
mbak ijah ni baik ataw gemana toh
2023-10-06
0
Titik Yulianti
mungkin setelah putri makan makanan yg d beri jampi" itu,mknya putri lngsng tertidur dan melihat apa yg sebenarnya terjadi di balik pintu gmbar pewayangan itu.bahwa sesosok ayah yg d syngi putri sebnrnya berskutu dg iblis.tp putri belum sadar,apa yg d lihat sebenrnya itu kenyataan.d kira cmn mimpi.
2023-09-19
0