“Ini apa yah?”
“Buka saja, kau akan tau apa isinya.”
Dengan penasaran, Putri membuka selembar amplop usang lalu membacanya. Tertulis nama Aditya di dalamnya, dan ada selembar foto anak kecil. Seketika sang ibu penasaran, dan ikut melihat apa yang dilihat anak gadisnya.
“Foto siapa ini yah?” Tanya Putri dengan mengaitkan kedua alis matanya.
“Dia adalah saudara sepupumu nduk, dulu pakde dan budhemu mengadopsi nya. Karena mereka tak bisa memiliki keturunan. Sekarang dia pasti sudah dewsa, dan wajahnya berbeda dari foto masa kecilnya. Kau akan kesulitan mencarinya, karena yang kami tau dia sekarang bekerja di Polres Jakarta Barat.” Jawab ibunya dengan menghembuskan nafas panjang.
“Lalu apa hubungannya denganku yah, bu?”
Sang ayah yang terbaring lemah di atas ranjang susah payah duduk lalu menyenderkan tubuhnya di tembok.
“Mungkin dia bisa membantu mu nduk, ayah mendapatkan kabar kalau sekarang Adit sudah menjadi polisi. Kau akan sedikit terbantu ketika tinggal di kota. Kalau ada orang yang mengganggu mu seperti mbak mu waktu itu, kau bisa mendatangi Adit dan meminta pertolongannya. Meski dia hanya anak angkat pakdemu, Adit akan tetap membantu mu. Jangan sampai kau berurusan dengan orang yang salah. Dan semoga kau tak bertemu dengan mereka!” Tegas sang ayah matanya berkaca-kaca.
“Mereka siapa yah?” Putri bangkit berdiri menghampiri ayahnya.
“Sudah nduk, tak usah dibahas sekarang. Ayah tak ingin mengingatnya, semoga semua kejadian tak ada hubungannya dengan masa lalu itu.” Jawab ayahnya setengah meringis menahan sakit di tubuhnya.
Ibunya meminta Putri ke dapur, untuk mengambil makanan untuk ayahnya. Ketika Putri berjalan ke arah dapur, ia melewati sebuah ruangan yang pintunya setengah terbuka. Nampak sebuah bayangan dari dalamnya. Karena penasaran Putri masuk ke dalam, dan ia sangat terkejut begitu melihat penampakan Ayu. Wajah yang setengah pucat tadi, rambutnya tersibak karena hembusan angin. Nampak seluruh wajahnya terlihat, kepala yang agak miring dengan lidah menjulur keluar. Membuat Putri berteriak kencang, lalu ia berjongkok karena lemas. Kakinya tak dapat menopang tubuhnya, ia sangat ketakutan sampai menangis pun tak mengeluarkan suara.
“Ada apa to nduk?” Ibunya berlari cepat mendatangi nya, lalu memeluk Putri seraya mengusap air mata yang membasahi wajahnya.
“Tadi ada mbak Ayu bu disini, dia berdiri di depan cermin menampakkan wujudnya pada Putri.” Jelasnya sesegukan.
“Kau sering seperti ini Put, apa karena kau belum ikhlas dengan kematian kakakmu?”
“Tentu saja Putri belum ikhlas bu, apalagi mbak Ayu sering datang melalui mimpi. Bahkan hari ini, gak cuma lewat mimpi tapi mbak Ayu menampakkan wujudnya padaku. Jangan-jangan ada yang gak beres dengan kematiannya bu. Pasti mbak Ayu bukan mati karena bunuh diri, tapi ada sesuatu yang gak kita ketahui.”
Ibunya membantu Putri bangkit berdiri, lalu keduanya duduk di depan jendela. Terlihat raut wajah sang ibu berubah cemas. Namun seakan ia mengetahui sesuatu.
“Waktu itu Ayu pernah bercerita pada ibu, jika ada beberapa teman di kostnya yang suka meledeknya. Karena Ayu datang dari desa dan tak seperti temannya yang lain, Ayu sering dikucilkan dan tak pernah di ajak bicara. Namun ada kesalah pahaman yang sempat terjadi. Katanya pacar temannya ada yang suka curi pandang padanya, lalu temannya tau dan mereka sempat bertengkar. Sampai terjadi keributan di tempat kostnya, malahan ibu kostnya sempat menghubungi ibu. Karena Ayu sempat mengurung diri di kamar, dan tak berangkat kerja selama dua hari. Sejak saat itu kelakuan Ayu berubah, dia jadi pendiam dan murung. Setelah pulang kerja dia sering berada di dalam kamar, dan dia sering keluar tengah malam. Hanya itu yang ibu tau, entah apa yang terjadi antara Ayu dan temannya. Tapi ada yang lebih aneh lagi nduk. Ayahmu itu seakan tau jika terjadi sesuatu pada mbakyu mu. Mungkin sebelum Ayu ditemukan tergantung, ayahmu sudah tau kalau terjadi hal buruk padanya. Ayahmu sempat kejang dan batuk sampai memuntahkan seteguk darah. Dia menjerit menyebut nama Ayu, lalu mengatakan kata maaf berulang kali. Katanya semua salah ayahmu, sampai Ayu harus bernasib malang begitu. Ibu jadi gak mengerti, apa maksud ayahmu. Kenapa dia tau jika hal buruk terjadi pada mbakyu mu, sementara dia sendiri hanya terbaring lemah di tempat tidur. Apakah sebenarnya ayahmu tau sesuatu yo nduk? Tapi dia gak mau cerita ke kita?”
“Putri juga gak tau bu. Mungkin langkah awal yang Putri ambil sudah benar. Putri harus bekerja di kota, mungkin saja sepupuku yang seorang polisi itu bisa membantu. Doa kan Putri ya bu, InsyaAllah Putri akan baik-baik saja.”
Terdengar suara ketukan pintu dari luar rumah. Putri buru-buru ke depan dan membuka pintu rumahnya. Mawar datang dengan nafas terengah-engah, ia memegangi dadanya dengan berbicara tak jelas karena ia kesulitan mengatur nafasnya.
“Mas Mawar ambil nafas dulu, jangan langsung ngomong kalau capek. Ada apa buru-buru datang kesini?” Tanya Putri dengan menggaruk kepala yang tak gatal.
Sekilas namanya seperti seorang perempuan, namun Putri memanggilnya dengan sebutan mas. Namanya Mawardi, ia lebih suka dipanggil dengan nama Ardi. Namun karena warga desa lebih sering menyebutnya dengan nama depannya, dari kecil sampai dewasa jadi suatu kebiasaan memanggilnya dengan nama Mawar. Kalau kata warga desa, biar terdengar lebih indah jika memanggilnya. Terkadang Putri masih geli jika memanggil namanya, karena nama Mawar tak sesuai dengan kepribadian lelaki berusia dua puluh lima tahun itu. Bentuk tubuhnya yang tinggi besar, dengan otot-otot yang menghiasi lengan kekarnya. Dia bekerja di kebun membantu ibunya, dan mengelola hasil kebun yang akan dijual di kota.
“Gawat Put, ada hama yang merusak kebun cabai. Sehingga kita gagal panen, karena semuanya jadi rusak. Padahal bulan depan ayahmu harus berobat ke rumah sakit, dan biayanya seharusnya di ambil dari hasil panen cabai.” Jelas Mawar dengan mengacak rambutnya kasar.
“Ssstt... Pelan-pelan aja ngomongnya mas. Jangan sampai ayah mendengarnya, nanti ayah gak akan mau dibawa ke rumah sakit. Kau urus saja semua seperti biasanya, pinjam hasil kebun tetangga dulu. Kalau kita udah bisa panen, baru balikin ke mereka. Setelah ini aku akan berangkat ke kota, kalau bulan depan udah gajian aku akan mengganti hasil kebun tetangga yang kita pinjam. Tapi itu juga kalau hama kembali menyerang kebun kita. Kenapa hanya kebun kita saja ya yang selalu diserang hama, padahal kebun tetangga yang di sebelah gak kenapa-napa?” Kata Putri dengan mengaitkan kedua alis mata.
“Mungkin gak sih ada hubungannya dengan hal gaib Put? Atau ayah dan ibumu punya musuh yang gak suka sama mereka?” Celetuk Mawar berbicara agak berbisik.
Terdengar suara langkah kaki yang mendekat. Putri dan Mawar langsung mengalihkan pembicaraan, mereka tak ingin membuat ayah ataupun ibu Putri hawatir.
“Loh Mawar, udah selesai panen nya?” Ucap ibu Putri dengan menyunggingkan senyuman.
“Belum to bu, ini aku datang sengaja mau mengantarkan Putri ke terminal!” Kata Mawar seraya menyikut lengan Putri, dan ditanggapi Putri dengan anggukkan kepala.
Akhirnya Putri kembali ke dalam kamar ayahnya dan berpamitan. Terlihat ayahnya merogoh sesuatu dari bawah ranjangnya, sesuatu yang tersimpan di dalam kain hitam diberikan untuk Putri. Sang ayah berpesan, jika Putri harus membawa benda yang ada di dalam bungkusan itu kemanapun.
“Dulu ayah lupa memberikan itu pada Ayu, karena ayah kira tak akan terjadi apa-apa padanya. Dan ayah tak mau mengulangi kesalahan yang sama untuk kedua kalinya. Meski ayah menjadi seperti ini, selamanya nasib buruk itu mungkin tak akan berhenti pada kalian berdua saja.” Ucap ayahnya dengan meneteskan air mata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Lentera Jiwa
Pada poin ini ayah nya Putri terlalu naif tidak menceritakan akar permasalahan. Dikira Putri itu Cenayang atau Linuwih. Tipe ortu seperti ini yg tidak mau anak menjadi dewasa dan bertanggung jawab, menutupi masalah tapi menjadi bumerang ke depannya
2023-10-17
0
yuli Wiharjo
Pelan Pelan ya Mas Adit Selesaikan Masalahnya.. Soalnya kamu peran pembantu utama wkwkwk
2023-10-06
1
Biah Kartika
penuh misteri ini si ayah, kenapa gak cerita aja sih dengan anaknya
2023-09-12
1