Bab 19

Begitu aku di talak oleh mas Hendra yang tak mau mendengarkan alasanku terlebih dahulu aku pun langsung meninggalkan rumah mertua ku itu dengan mas Reno dan tatapan para tetangga yang ada di kanan kiri.

Sedangkan mas Hendra yang telah mengeluarkan ucapan talak nya kepada ku baru mengetahui kalau mas Reno itu sepupu ku barulah dia lemas dan memanggil namaku ketika aku mengajak mas Reno dan istri untuk kembali kerumah paman, ya aku akan tinggal di sana tanpa membawa apapun dulu untuk menenangkan hati dan pikiranku.

Aku biarkan teriakan mas Hendra dan tatapan penuh tanya dari tetanggaku semua, aku berlalu dari sana bersama mas Reno dan juga istri kembali lagi ke rumah pamanku.

Di dalam mobil tak ada satu patah katapun yang kami ucapkan kami semua terdiam dalam fikiran masing-masing hingga tiba dirumah paman.

Ternyata paman sedang tak ada di rumah dan hanya bi Hany yang menyambut kedatanganku serta keluarga mas Reno.

Bi Hany adalah art yang sudah lama bekerja di sini sejak ibu mas Reno masih ada hingga sekarang dan suami bi Hany pun masih bekerja di sini sebagai supir sedangkan anak pertama mereka bekerja di luar kota.

"Non Lisa? Mari masuk non" ucap bi Hany dengan senyum khas nya yang tak hilang sejak dulu.

"Makasih bi, bi apa kamar ku bisa aku tempati?" tanya ku sambil melangkah masuk kedalam rumah paman yang sudah lama aku tidak kesini.

"Bisa non, setiap hari bibi bersihkan kok jadi kapan pun non mau menempati nya sudah bersih" ucap bi Hany melangkah di belakangku.

Sebenarnya aku tak enak hati menanyakan kamar yang sejak dulu aku tempati dan sudah sejak aku menikah dengan mas Hendra aku tak kemari, sekarang malah aku bertanya tentang kamar itu.

"Mari non bibi sekalian antar" ucap nya ketika beberapa detik kami hanya terdiam.

"Oh ya bi yuk" aku pun berjalan bersama bi Hany menuju kamar yang sudah lama aku tak tempati.

Bi Hany pun membuka pintu kamar untuk ku dan mempersilahkan aku untuk masuk.

"Silahkan non, mungkin non mau istirahat dulu" ucap bi Hany karena aku masih menatap kamar yang dari kecil aku tempati tak berubah sama sekali.

"Bi...." ucapku lirih memanggil bi Hany yang akan beranjak meninggalkan ku.

"Ya non? Ada yang bisa bibi bantu?" tanya nya menghentikan langkahku.

"Boleh non bibi siap mendengarkan cerita non" Akhirnya bi Hany pun masuk ke kamarku menemani aku yang sedang bersedih aku pun tak mungkin menutupi perceraian ku bersama mas Hendra bukan karena lambat laun mereka pun akan mengetahuinya entah dari aku sendiri atau dari orang lain.

"Sebenar nya aku dan mas Hendra sudah berpisah bi hari ini" ucapku terjeda karena air mata ku entah mengapa meluncur membasahi pipi begitu saja.

"Astaghfirullah kok bisa non? Memang apa alasan suami non berpisah?"

"Dia mengira mas Reno adalah selingkuhanku bi, tanpa mendengarkan penjelasan ku terlebih dahulu" bi Hany hanya menggelengkan kepala nya merespon ucapanku barusan.

"Jangan bercanda non? Masa den Reno di kira selingkuhan non? Memang suami non enggak tau kalau den Reno itu sepupu non?" Tanya bi Hany beruntun.

"Buat apa aku bercanda masalah kaya gini bi"

Bi Hany menutup mulutnya dengan tangan merasa tak percaya apa yang aku ucapkan hingga mengalir lah semua ceritaku dari sebelum kejadian sampai rencana apa yang akan aku lakukan untuk mas Hendra dan aku kedepannya.

Bi Hany hanya diam dan menyeka air mata nya yang meleleh di pipi tua bi Hany, setelah aku selesai bercerita bi Hany langsung berhampur memelukku dengan erat dan mengusap punggungku dengan lembut.

"Ya Allah non kenapa gak dari dulu non bercerita kepada tuan? Tuan pasti akan bantu non lepas dari keluarga benalu seperti itu" ucap nya sambil terisak masih memelukku.

"Aku gak mau membuat paman kepikiran, menambah bebannya dan membuat paman sakit bi, tapi semua sudah terjadi mas Hendra malah menceraikan aku tanpa sebab yang jelas" tanpa aku duga bi Hany melepaskan pelukannya dan menatapku dengan mata sayu dan penuh sayang.

"Orang tua mana yang mau anak perempuannya di sakiti non? Orang tua mana yang mau anak nya tak di sayang? Bibi saja tak akan mau dan sakit hati jika anak bibi di sakiti seperti ini" ucap nya menatapku penuh rasa sayang sebagai anak.

"Bibi saja yang hanya pembantu dan mendengarkan cerita non ini merasakan sakit hati dan tak terima atas apa yang non alami dan mereka lakukan kepada non" tatapan bi Hany berubah menjadi tajam dan marah.

"Karena itu lah bi aku gak mau paman kecewa setelah tau aku di cerai oleh mas hendra, pasti paman kepikiran terus" aku menundukan kepala ku dan menghapus air mata ku yang sejak tadi mengalir deras, bi Hany mengangkat dagu ku dan menggelengkan kepala nya mungkin dia tak setuju dengan pemikiranku kali ini.

"Non.... Orang tua tak akan terima jika anak nya di sakiti, tapi akan lebih tak terima lagi jika anak nya hanya diam dan menerima semua nya tanpa mau mengadu kepada orang tuanya, tuan akan merasa lebih di hargai jika non bercerita apa yang non alami selama ini bahkan perceraian non jika non masih menganggap tuan adalah orang tua non sendiri, percaya lah non Tuan tak akan pernah kecewa terhadap non" ucap bi Hany menenangkan hati ku.

"Bukankah keluarga saling bahu membahu dalam suka dan duka? Saling menguatkan satu sama lain?" ucap bi Hany kembali sambil tersenyum ke arahku.

Ya bi Hany benar aku harus mulai terbuka kepada paman agar membuat hatiku pun tenang, ucapan bi Hany membuatku tertampar karena sampai saat ini aku masih tak bercerita apapun kepada paman.

Bi Hany tak henti-henti nya memberiku nasehat agar aku selalu kuat dan lebih tegar dalam menghadapi masalah ini, serta mengingatkanku bahwa aku masih memiliki keluarga yang siap membantuku dalam suka dan duka ku tanpa pamrih mereka akan suka hati membelaku dan menguatkan ku.

Setelah panjang lebar aku bercerita dengan bi Hany kini hati dan pikiranku sudah mulai tenang dan akan bercerita kepada paman besok nya karena hari sudah mulai malam bi Hany pun pamit agar aku bisa beristirahat dengan tenang.

"Sudah malam non, lebih baik non istirahat biar besok lebih segar dan lebih tenang" ucap bi Hany sambil mengusap rambutku dengan sayang.

"Makasih bi.... Aku gak tau lagi harus berkata apa kepada bibi" bi Hany hanya tersenyum dan melangkah pergi dari kamar ku meninggalkan aku sendiri di kamar yang dulu aku tempati.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!