Aku bangun sama seperti ketika aku terbangun di rumah mas Hendra tetapi saat ini bedanya aku tak di perlakukan selayaknya pembantu.
Aku pun melaksanakan kewajiban seorang muslim setelah selesai aku menuju dapur untuk membuat sarapan spesial buat paman dan keluarga nya sebagai bentuk rasa sayangku kepada mereka.
Rencananya setelah sarapan aku akan menceritakan semua nya kepada paman agar hati ku tenang dan tak ada lagi yang aku tutupi dari paman sedangkan dengan mas Reno dan istri mereka sudah melihat nya pasti mereka paham dan mengerti akan posisi ku saat ini.
"Wah seperti nya menu spesial pagi ini" ucap paman yang baru saja duduk di meja makan, sedangkan aku masih bolak-balik menata makanan dan tersenyum pada paman.
"Kamu yang nyiapin ini semua Lis? Apa kamu sudah ijin dengan orang rumah kalau kamu menginap di sini?"
"Tenang saja paman, gak akan ada orang yang marah aku menginap di sini sebentar atau selamanya pun gak akan jadi masalah" aku melempar senyum ku kepada paman dan duduk di tempat aku raih tangan paman yang mulai mengeriput.
"Paman mulai sekarang apakah boleh aku tinggal disini?" ucapku menatap netra mata tua nya yang sudah membesarkan ku.
"Ada apa nak? Cerita lah paman akan mendengarkan" ucapnya lembut sambil mengusap tanganku, aku pun menceritakan semua keluh kesah ku sampai saat mas Hendra menalakku di depan rumah nya yang di saksikan banyak tetangga disana.
Aku melihat tangan paman yang terkepal dan rahang yang mengeras sedangkan aku sendiri sudah mulai berkaca-kaca, aku sudah tak bisa membendung lagi air mataku di depan paman yang selalu menyayangiku.
"Sudah lah kamu masih punya keluarga kamu bisa pulang kapan pun kesini dan bisa bercerita apapun kepada paman atau dengan Reno, memang Hendra itu baj*Ngan" paman melangkang mendekat kepada ku dan memelukku dengan sayang, mengelus lembut rambutku.
"Kamu sudah tepat pulang kemari nak, sudah lah biarkan saja suatu saat dia akan menyesal telah meninggalkan mu" ucap nya sambil menghapus air mataku yang terus mengalir.
"Terima kasih paman" ucapku sambil tersenyum.
"Sudah.... Sudah lebih baik kita sarapan dulu ya" paman yang akan melepas pelukanku dan beranjak ke tempat duduk nya terhenti kala mendengar suara mas Reno.
"Waaah pagi-pagi udah peluk-pelukan aja.... Aku gak di ajak ni" ucapnya sambil memasukkan bibir nya kedepan.
Aku dan paman pun saling tatap dan tersenyum melihat tingkah mas Reno yang kadang membuat suasana tegang menjadi mencair seperti sekarang.
"Kamu kan bisa peluk istri kamu ren, gak perlu kamu iri sama Lisa...." ucap paman sambil melangkahkan kaki ketempat duduk nya.
"Oya Lis bagaimana rencana kamu yang akan melayangkan gugatan perceraian sama si Hendra itu?" tanya mas Reno sambil duduk sedangkan istrinya mengambilkan makanan untuk paman dan mas Reno.
"Makasih sayang" ucap nya manis aku hanya mencebikkan mulutku ketika melihat mas Reno yang memamerkan keromantisannya didepan kami.
"Ish bisa biasa aja kan, gak usah mesra-mesra amat" ucapku yang mendapat lirikan tajam sama mas Reno.
"Eh ada yang sewot yank" ucap Reno terkekeh kemudian aku beralih menatap paman dengan mata sendu.
"Paman maaf..." ucapku lirih, paman yang semula tersenyum pun seketika menatapku.
"Mengapa kamu meminta maaf Lis? Memang kamu salah apa? Lelaki seperti Hendra tak pantas kamu pertahankan, bukan kamu juga yang salah sudah lepaskan lah. Cari kebahagiaanmu di luar lupakan laki-laki be*engsek seperti itu"
"Aku minta maaf karena telah mengecewakan paman dan membuat paman malu,mungkin juga nanti akan menimbulkan gosip di sini karena Lisa menjadi janda" ucapku tertunduk lemas, tak di pungkiri bukan kalau di negara ini janda adalah momok yang sangat mengerikan dan akan menjadi cibiran tetangga bahkan gosip empuk untuk mereka yang senang menggunjing yang lainnya.
Paman masih menatapku dengan tatapan kasih sayang sebagai orang tua" kamu tidak perlu memikirkan hal itu nak, yang terpenting bagi orang tua adalah kebahagiaan anak-anak nya".
"Aduuh mas Reno kenapa di meja makan ada bawang sih" ucap mbak Winda memecah kesenduan yang terjadi kami pun melirik ke arah istri mas Reno tersebut sambil mengusap mata nya.
"Mana ada bawang mbak disini" ucapku masih tak terpikirkan kalau mbak Winda tengah mengalihkan topik yang membuat kami semua bersedih.
"Ya sudah sudah kapan kita makannya ini kalau semua bersedih kaya gini?" ucap mas Reno sambil menatap piring yang sudah terdapat beberapa lauk dan sayur.
"Ini kaya nya menu spesial pagi ini ya? Siapa yang buat?" ucap mas Reno kembali.
"Lisa yang buat ren, Oya ren nanti kamu bantu Lisa ya papa gak mau di kesulitan lagi" ucap paman Yudi sambil menyuapkan makanan nya kedalam mulut sedangkan mas Reno sudah tak bisa berkata lagi karena mulutnya sudah penuh dengan makanan hanya acungan jempol.
Setelah itu hanya dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring dimeja makan semua makan dengan tenang tanpa ada pembicaraan lagi dari kami semua.
Beberapa saat kemudian kami pun telah selesai sarapan dan akan melakukan aktifitas masing-masing.
"Lis... Kamu bawa buku nikah kamu gak?" ucap mas Reno ketika kami berjalan keluar dari ruang makanan, aku pun menggeleng karena aku pergi dari rumah itu tanpa membawa apapun.
"Mas kan tau aku tak bawa apapun kecuali dompet tas dan handphone" ucapku menunjukkan handphone di tangan yang sedang aku genggam.
"Ya sudah kapan kamu mau ambil itu syarat untuk mengajukan gugatan perceraian kamu dengan hendra, nanti aku urus" ucap nya sambil berjalan di antara aku dan mbak Winda.
"Mungkin nanti mas, aku masih sangat sakit jika melihat mereka bukannya aku masih sayang gak sama sekali tetapi aku masih berat dan harus menguatkan hati terlebih dahulu" ucapku menatap kedepan.
"Baiklah kalau begitu kapanpun kamu mau ambil kamu kasih tau aja Ama mas ya nanti mas akan temenin kamu kesana" ucap mas Reno sambil mengacak-acak rambutku.
Aku hanya tersenyum mendapati perlakuan nya yang kadang memperlakukanku seperti anak kecil.
"Makasih ya mas" ucapku menatap mas Reno.
"Makasih untuk apa? Kita harus saling bantu kan kita keluarga, kalau bukan aku siapa lagi yang mau membantu mu" lagi dan lagi mas Reno mengacak rambut ku dengan gemas nya.
"Ma...s rambutku acak-acakan lagiii kan" ucapku merajuk.
"Mbak kok mau sih jadi istri mas Reno yang bentukannya kaya gini" ucapku menatap mbak Winda yang sejak tadi hanya tersenyum melihat interaksi kami.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments