Sejak subuh aku sudah di sibukkan dengan berbagai macam kegiatan dari mulai berbelanja, membuat bumbu, memotong sayuran dan lain sebagainya karena di rumah ini tak ada yang membantuku.
Ibu mertua ku bilang dia akan membantu tetapi setelah dia berada di dapur bukannya membantu, aku merasa ibu hanya bisa merepotkan ku saja.
"Ibu akan membantu mu untuk masak besok" ucap nya ketika tiba di dapur dan duduk di depan meja makan.
Aku hanya tersenyum dan melanjutkan kegiatanku aku jelas senang ketika ucapan itu keluar dari mulut ibu mertuaku itu karena aku akan mendapatkan tambahan tenaga.
"Lis... Tolong ambilkan pisau itu" ucap ibu mertua ku setelah duduk, aku yang sedang menumis bumbu agar besok tidak basi pun menoleh dan mengiyakan, segera aku ambilkan pisau yang ibu minta dan kembali ke depan kompor,Tetapi tak berselang lama ibu mertuaku bersuara lagi.
"Lis ambilkan talenan"
"Lis ambilkan garam"
"Lis ambilkan cabai"
"Lis..."
"Lis...."
Hah aku sampai lelah mendengar ucapan ibu kalau kaya gini bukannya membantu malah merepotkan dan membuat pekerjaan semakin lama, aku menarik nafas panjang agar emosi ku tak meledak.
Akhirnya beres juga untuk besok masak, sekarang waktu nya aku membereskan rumah ini setelah acara masak-memasak barusan.
"Lis kamu bereskan semua nya jangan sampai ada yang terlewatkan ya, bisa malu nanti sama Tante Ratna jika rumah ini sampai besok masih berantakan. sedangkan adik ibu itu akan datang pagi" ucapnya sambil berlalu dari dapur.
Coba kalau dari tadi ibu tidak membuatku kerepotan pasti masak-masak tadi sudah beres sejak tadi. Ku tatap semua sudut rumah dan menghela nafas panjangku dan membuang nya perlahan.
Rasa nya badanku ini sudah lelah dan ingin beristirahat setelah semua nya selesai, mendinginkan tubuhku dengan air yang dingin dikamar mandi. Ya itu lah hal yang paling istimewa saat ini bagiku yang sejak pagi buta tak tersentuh air kecuali sholat.
***
Pagi ini semua keluarga berkumpul mas Hendra, Rudi dan anak nya ada di rumah karena hari ini adalah tanggal merah.
Tadi nya aku ingin bermalas-malasan di kamar saja karena kemarin kan seharian full aku sudah menyiapkan berbagai macam bumbu dan keperluan masak untuk hari ini tetapi apalah daya suara lengkingan yang sangat khas terdengar dari luar kamarku.
Ya siapa lagi kalau bukan ibu mertua ku yang berteriak memintaku untuk keluar kamar.
"Lis.... Lisa.... Punya mantu kok males banget jam segini belum bangun!" ucap nya lantang sambil sesekali menggedor pintu kamarku.
door....door...door...
Bukan mengetuk pakai tangan lagi tapi ini sudah pakai kepalan tangan mungkin karena suara nya yang seperti orang menagih hutang.
"ya sebentar Bu..." Aku pun berjalan menghampiri pintu dan membukanya.
"kenapa Bu?" ucapku sebenarnya agak malas tetapi mau bagaimana lagi.
"Kamu ini bagaimana sih ini sudah pagi bukannya bangun, mandi lalu beberes dan masak buat sarapan malah masih tidur, jangan malas kalau jadi istri. Sebenarnya istri macam apa sih yang Hendra nikahi pemalas sekali" ibu mertua ku mengomel padahal hari masih pagi tapi ucapannya membuat emosi langsung naik.
Baru kali ini aku bangun agak siang karena aku pikir hari ini libur dan semua orang juga libur apa lagi kemaren aku sudah menyiapkan untuk masakan hari ini.
"Ee...h malah bengong cepat ke dapur lalu masak daging bumbu nya sudah ada di lemari pendingin jangan lama" ibu mertua ku berbalik ketika aku tak mengikutinya.
Aku pun melangkah menuju dapur dan menyiapkan bahan untuk masakan hari ini, sebagian telah matang karena memang aku mempersiapkan masakan untuk sarapan suami dan keluarga mertua ku terlebih dahulu sedangkan yang masih di masak untuk menyambut keluarga ibu mertua ku, Setelah selesai aku tata semua di meja makan dan siap menunggu orang-orang yang ada di rumah ini.
"Hem.... Wangi sekali sarapan kali ini ,mbak" kata Rudi yang baru saja keluar kamar nya bersamaan dengan ayu.
"wah iya yah sarapan kali ini kaya nya beda sama sarapan sebelumnya" ucap nya menimpali sang ayah lalu gegas duduk di tempat duduk yang biasa mereka tempati, sedangkan aku hanya tersenyum mendengar ocehan dua orang yang baru saja datang tersebut.
"Ibu mana mbak? Gak keliatan biasa nya udah duduk dulu di meja makan" ucap Rudi mungkin karena tadi ucapannya tak aku jawab sehingga Rudi kini bertanya tentang ibu nya.
"Tadi ibu pergi keluar mungkin mau membeli sayuran Di" ucapku sambil bolak-balik membawa makanan dari dapur, tak lama Tari pun keluar dan duduk di samping Rudi
"Mah, tolong dong buatkan aku kopi" Ucap Rudi ketika Tari akan mendaratkan tubuhnya ke kursi.
"Mas minta mbak Lisa aja tuh sekalian kan dia sedang bolak-balik dapur, aku kan mau duduk mas" ucapnya malas.
"Kasian dong mbak Lisa dari tadi gak berhenti loh buat masak dan menyiapkan semua ini buat keluarga, sedangkan kamu kan baru saja keluar Tar" ucap Rudi sambil mengusap punggung tari.
"Ish mas.... Mbak Lisa bikinin mas Rudi kopi dong aku mau makan sudah lapar" suara Tari agak meninggi dan tak ada kata tolong yang dia ucapkan.
Aku yang memang sedang bolak-balik dapur ruang makan pun menghentikan langkahku dan memandang tari yang sedang mengambil nasi beserta lauk-pauk nya.
"Gak usah mbak, gak usah biar Rudi aja yang buat sendiri" akhirnya Rudi pun berdiri dari duduknya helaan nafas berat Rudi pun cukup terdengar oleh telingaku.
"Sudah mbak bikinkan saja Di biar sekalian mbak bikinkan untuk mas Hendra juga" ucapku sebenarnya kesal juga ketika melihat tingkah Tari yang seperti nyonya di rumah ini padahal kedudukan aku dan Tari sendiri itu sama, ya sama-sama menantu.
"Sudah mbak gak usah, lagian aku sengaja meminta Tari untuk membuatkan aku kopi agar dia juga terlihat bekerja. Bukan mbak aja yang lelah tapi ya... Seperti yang mbak lihat" ucap nya sambil melirik ke arah tari yang tak memperdulikan Rudi yang kini telah membuat kopinya sendiri di dapur.
Tiba-tiba mas Hendra datang dan melihat aku dan Rudi sedang berbincang di dapur.
"Sedang apa kamu Di disitu sama mbak kamu?" ucap mas Hendra yang membuat aku kaget.
"Mas.... Bikin aku kaget saja, itu dimeja makan udah aku siapkan sarapannya mas, mas mau aku buatkan teh atau kopi?" tanya ku tak menghiraukan Rudi.
"Owh ini mas aku sedang membuat kopi" kata Rudi sambil berlalu melewati aku dan mas Hendra.
"aku mau teh saja dek, aku ke meja makan dulu" ucap nya setelah itu mas Hendra pun berbalik menuju meja makan yang sudah ada tari, Rudi dan ayu sedangkan ibu dan bapak belum juga kelihatan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments