eps 18

Kembali Mesra

"Gue gak akan biarin pacar gue deket sama siapapun, termasuk lo walaupun kalian berdua saudara."

Ucapan Calvin masih terngiang ditelinga Leon, membuat bulu halus ditubuhnya merinding. Konyol memang, kenapa ia harus marah sih? Padahal ia juga takkan mungkin merebut Ellyn darinya, memang dasar Calvin saja yang terlalu possesive terhadap saudaranya itu.

Leon yang tak ingin mengingatnya pun beralih pada film dramanya saja, itu lebih baik daripada harus memikirkan ancaman dari Penghuni makhluk astral es batu seperti Calvin.

***

Calvin mengetuk pintu kamar Ellyn sekali, lalu melenggak masuk kedalam kamar gadis itu tanpa menunggu sang empu mengizinkannya. Senyum tipis terpatri diwajah Calvin melihat kamar kekasihnya berhiaskan warna biru perpaduan dengan corak warna lilac, membuat kesan nyaman serta tidak terlalu feminim seperti halnya Ellyn.

Suara gemericik air dari dalam kamar mandi menyita perhatiannya, menandakan jika Ellyn tengah berada disana. Calvin kemudian merebahkan tubuhnya dengan kaki yang terjuntai diatas lantai, sembari menunggu gadisnya itu menyelesaikan ritual mandi serta menikmati iringan alunan suara nyanyian yang berasal dari Ellyn.

CEKLEK

Cukup lama gadis itu berada didalam sana hingga pada akhirnya suara dari pintu kamar mandi terbuka, menampilkan tubuh Ellyn yang hanya terbalut baju handuk berwarna putih. Gadis itu terus berjalan dengan bersenandung, sedikit berjoget kecil ke arah ruang Walk in Closet berniat untuk berganti pakaian.

Gadis cantik itu sama sekali tak merasa jika ada seseorang yang tengah mengamatinya, sampai saat Calvin mengikuti Ellyn dari belakang, kemudian bersandar pada sisi pintu yang terbuka setengah, ia tetap diam dan menatap Ellyn dengan intens.

Sampai pada saat Ellyn tengah bercermin, ia begitu shock mendapati ada sosok lelaki yang sedang menatap kearahnya, sambil melipat kedua tangannya di atas dada. Oh God! Sejak kapan cowok dingin itu berada dikamar gue? Apa baru saja atau saat aku keluar dari kamar mandi? Pikirnya.

"Ka-kamu sejak kapan ada disini?" Ellyn terlihat kaget, tergugup dan sedikit membenahkan letak handuknya.

Memilih tak menjawab, Calvin melangkah masuk kedalam menghampiri Ellyn yang mencoba mundur menghindari lelaki dihadapannya. Ia bergidik ngeri merasa aneh saat melihat Calvin yang tengah tersenyum manis padanya. Wajah Calvin mendekat, semakin dekat kearah Ellyn hingga ia gadis itu menahan napas karena rasa gugup dalam dirinya.

"Aku baru tahu kalau kamu bisa joget se seksi itu." Bisik Calvin ditelinga Ellyn.

Ellyn mendelik kaget. "Ka-mu liat dari a-awal?"

Melihat wajah Ellyn yang nampak gugup, malu, juga kesal, membuat Calvin gemas dan menahan senyumnya. Ia mengalihkan pandangan sebentar, lalu kembali menatap Ellyn.

"Ehem.. Sayangnya belum semua aku liat, karena kamu masih memakai ini."

Dagu Calvin menunjuk kearah baju bathrobe yang dikenakan Ellyn seolah menggoda gadis itu, membuat Ellyn merapatkan bajunya lalu menatap tajam Calvin.

"CALVIN! DASAR MESUM!”

“Keluar gak! Aku mau ganti baju!"

Ia terkekeh saat ia berhasil membuat Ellyn begitu malu bercampur kesal pada dirinya,  sangat menyenangkan batinnya. Bahkan tak hanya sekali Ellyn mengumpat, mengolok Calvin yang masih tertawa senang. Berulang kali Ellyn ngegas layaknya knalpot brong, mengusir Calvin secara paksa agar keluar dari ruang ganti tersebut.

Sampai sebelum lelaki itu pergi meninggalkan Ellyn, ia sempat bergerak mendekat lagi kearahnya, menghimpit tubuh Ellyn di dinding dan mengurungnya dengan kedua tangannya disela kanan kiri tubuh Ellyn. Wajah mereka tampak sangat begitu dekat.

Ellyn yang blank serta percaya diri mengira bahwa akan dicium pun memejamkan mata, membuat Calvin mengerutkan alis namun setelah paham akan sikap Ellyn ia mencoba menahan tawanya. Wajah Calvin pun bergeser kesamping kearah telinga Ellyn.

"Jangan lupa ntar pake dalemannya warna merah ya? Biar keliatan hot." bisiknya pada Ellyn serta mencium telinga Ellyn kembali menggodanya.

"CALVINNNNNN"

Ellyn kembali berteriak murka, sedangkan Calvin yang menjadi sang pelaku pun langsung menutup pintu lalu ngibrit keluar dari ruang ganti. Ia yang tak bisa menahan tawanya lagi, langsung terbahak-bahak sambil keluar kamar Ellyn, memegang perutnya yang sedikit kram karena terlalu lama tertawa.

.

.

Setelah kejadian percecokan diantara mereka tadi, hingga membuat Ellyn masih terlihat kesal terhadap Calvin, gadis itu pun turun kelantai bawah meninggalkan Calvin yang menunggu Ellyn didepan pintu kamar. Gadis itu duduk disamping Leon yang asik dengan film drakornya dan disusul oleh Calvin yang ikut bergabung ditengah keduanya.

Lengkap sudah hari Ellyn, ditemani dengan dua lelaki yang begitu menyebalkan, Leon dan Calvin yang selalu saja membuat dirinya cepat naik darah.

Leon begitu terusik dengan sepasang sejoli yang tidak mau diam, hingga ia pun melirik mereka dengan tatapan tidak suka.

"Ngamar mulu kalian berdua, mending cari hotel aja sono diluar dari pada dirumah." Cibir Leon.

Mendengar Leon beserta mulut busuknya itu bicara ia pun melototkan kedua mata, Ellyn merasa tidak terima dan menimpuk bantal kearah Leon dengan marah.

"Heh! Mulut lo mau minta gue gampar ya?! Ngomong sekate-kate aja."

"Hahahaha, ya lagian sedari tadi dikamar mulu, pake acara teriak-teriak segala, dikata ini rumah tarzan kali. Kalian itu belum jadi pasutri, masih bocil juga, jadi jangan macem-macem. Gue ingetin, masih ada bokap nyokap lo disini kalau lo lupa."

Semua kata sindiran yang terlontar dari mulut Leon ditanggapinya dengan tawa kekehan seperti mengejek Ellyn, hingga pada akhirnya terhenti karena adanya suara dingin yang begitu saja.

"Bac*t. Bukan urusan lo." Sarkas Calvin.

Lantas Ellyn pun tertawa puas tanpa suara mengejek Leon sambil menggerakkan bibirnya ‘sukurin lo!’.

Tangan mengadah keatas, duduk dengan kepala yang sedikit mendongak, Leon seolah tengah berdoa pada sang pencipta. Ia sudah tidak bisa menahan lagi sikap dari Calvin yang sudah melampaui dinginnya kutub di Antartika.

"Ampuni hamba ya tuhannnnnn, salah apa gue sama anak kutub ini."

Ellyn mendekat ke arah Leon, menoyor kepalanya supaya tidak bertindak konyol dan mulai menyalakan game yang berada di laci bawah TV.

"Udah jangan drama deh lo, mending kita main PS aja nih."

"Kamu mau ikut main juga gak?"

Gadis itu menoleh pada Calvin yang tengah menatapnya diam. Sebenarnya ia enggan jika harus menghabiskan waktu bersama dengan Leon juga, namun ia mencoba untuk menahan semua itu.

Ternyata Calvin masih belum mentolerir Leon yang hanya sebagai sepupu Ellyn, dan ia masih kekeh dengan sikap yang possesive. Ia tidak ingin melihat kedekatan Leon pada pacarnya hingga tanpa berpikir panjang ia cepat mengangguk setuju, lalu ikut mendekat juga ke arah mereka berdua.

Namun yang membuat gila, serta merasa tidak habis pikir dengan sikap Calvin yang dianggap sangat berlebihan, tiba-tiba disahutnya stik game yang berada ditangan Ellyn, lalu menarik tangan Ellyn agar duduk menjauh dari Leon, mengarahkan pandangannya menghadap depan kearah layar, serta memeluk tubuhnya dari arah belakang sambil mengapit kedua kakinya di tubuh Ellyn. Sungguh saat ini posisi mereka layaknya Calvin yang sedang memeluk boneka hidup pikirnya.

"Aku yang main, kamu nemenin aku aja disini." Ucap Calvin.

Mereka bermesraan tanpa pernah melihat orang sekitar pun mengabaikan jika ternyata masih ada Leon yang sudah adem panas disampingnya.

"Heh! Sengaja ya kalian bikin gue iri?! Pelukan mesra banget, terus ini pake acara duduk dipangku segala, pantat lo bisulan emang?!" Sewot Leon dengan kesal.

Ia hanya bisa menggerutu bahkan mengumpat dalam hati saat menjadi obat nyamuk untuk mereka. Kalau disuruh speak up mah mana berani Leon, bisa-bisa dihunus sama mata tajamnya makhluk es kutub dia.

"Hahahaha.. Iri bilang boss. Wlekkk.. Julid banget lo sama gue." Ucap Ellyn mengejeknya.

"Dasar anak setan lo berdua." Sahut Leon begitu kesal.

Mereka bertiga pun akhirnya bermain bersama, mulai dari ketawa ketiwi Ellyn yang mendominasi, saling adu mulut antara Calvin dan Leon, juga sedikit berantem kecil pun tak membuat mereka sadar bahwa tak terasa saat ini sudah tengah malam, akhirnya mereka bertiga pun bubar, Ellyn kembali kemarnya, serta Leon dan Calvin yang tidur di kamar tamu.

***

Di Cafe Deluxe

Beberapa dari anggota geng club balap ternyata tengah berkumpul bersama didalam cafe termasuk Maxime, cowok yang belakangan ini selalu menganggu hidup Ellyn.

Seperti kebanyakan anggota club yang lain, mereka berbincang seputar mobil dan turnamen. Walaupun terlihat biasa saja, entah mengapa suasana malam ini begitu buruk bagi Max, ia sedikit mengabaikan semua obrolan dari beberapa rekan teman club.

Bahkan beberapa kali saat mereka saling memberi lelucon dan tertawa bersama, Max pun hanya tersenyum kecil sebagai tanda respon untuk menghargai mereka. Yah memang pada nyatanya ia tak tahu sama sekali apa sebenarnya yang tengah mereka tertawakan.

Merasa moodnya makin hancur dan ingin menyendiri, Max pamit undur diri dari obrolan tersebut dan memilih menjauh dari kerumunan.

Hans selaku teman akrabnya di club menoleh kearah meja pojok yang hanya terdapat Max disana, raut wajahnya nampak lesu, sedikit jauh dari kata baik-baik saja. Bagaimana mungkin lelaki itu bisa betah sendirian? Tak seperti biasanya.

Akhirnya Hans mencoba mendekat, menepuk pelan bahu Max yang ternyata sedang asik memandang foto dilayar ponsel miliknya, seorang gadis cantik dengan rambut dikuncir kuda yang tengah tersenyum manis kearah kamera.

"Widih sapa tuh cewek? Pacar lo?" Seru Hans dengan kepo.

Max yang sedikit terkejut dengan kedatangan Hans pun tersenyum kecil.

"Maybe."

"Maksudnya gimana sih? Kok lo jawabnya gitu?"

"Dia cewek yang gue suka, tapi susah banget buat dideketin. Selalu aja ada pengganggunya."

Maxime mengingat kembali bagaimana saat ia ingin mendekati Ellyn yang selalu kalah start dengan rivalnya. Calvin.

Entah nasib apa yang membelenggu Max hingga ia harus berhadapan lagi dengan lelaki itu, menyukai orang yang sama dengan hasil akhir yang sama pula, yaitu kekalahan.

Cowok dengan tatapan mata yang sama tajamnya dengan Calvin berdecih, saat mengingat kembali masa lalu yang tak ingin ia ingat. Lamunannya pun buyar saat Hans tengah tertawa mengejek dirinya.

"Hahahhaha, Seriously? Lo kenapa jadi kayak anak ingusan baru gede aja ngomong gitu? Padahal aslinya nih ya, Lo diem aja semua cewek juga pada nemplok semua sama lo." Jelas Hans.

Sungguh Hans nampak kaget, ternyata hanya seorang gadis yang berada dilayar ponsel itu yang membuat Max menjadi seperti sekarang. Oh god! Konyol sekali!

Tawa Hans mulai mereda, melihat raut wajah Max yang meliriknya tajam serta membuat dirinya sedikit ngeri.

"Max, tanpa bantuan pun sepertinya lo bisa taklukin tuh cewek. Right?"

"Pasti, semua yang gue incar harus jadi milik gue."

Maxime dengan lantang mengatakan jika ia akan mendapatkan Ellyn secepatnya tanpa penuh keraguan, senyum smirk tercetak jelas diwajahnya. Ia tahu sekarang tindakan apa yang harus dilakukan untuk menjadikan Ellyn miliknya.

Bahkan tepukan Hans dibahu Max, memberikan tanda jika temannya ini pun mendukung perjuangan lelaki itu demi mendapatkan sang pujaan hati.

"Good job, bro. Ini baru Maxime yang gue kenal." Seru Hans bertos ala pria saat melihat temannya kembali semangat dan tak kembali murung lagi.

"Thanks Hans, saran lo emang selalu membantu." Ujarnya sambil memasukkan ponselnya kedalam saku celana jeans, berbincang hangat dengan Hans dan kembali ceria seperti biasa.

To be continued

_____________________________________

note : sudah direvisi

Terpopuler

Comments

hafizh ikhwansyah

hafizh ikhwansyah

ati2 max ntar tubuh kamu dilukis pake pisau sama calvin

2021-04-04

0

Yhunni Lotkeri

Yhunni Lotkeri

wahh ada bau" pepakor😂 ( Perebut Pacar Orang😂 )

2020-12-31

3

☘Aиαи ͪ͢ ͦ ᷤ ͭ ͤ ᷝ

☘Aиαи ͪ͢ ͦ ᷤ ͭ ͤ ᷝ

Hasyeeeek...
Lanjut

2020-11-09

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!