Playground
Aku tak percaya, sungguh luar biasa untuk hari ini. Dimana hari yang melelahkan dan mengejutkan datang secara bersamaan.
_____________________________
Kling..
Mysweet Cal☃️
Pulang sekolah ikut aku.
Sepertinya nanti kita akan bermain sebentar honey.
Kerutan dikedua alis Ellyn menandakan ia tak mengerti apa maksud dari isi pesan chat tersebut. Apa yang dimaksud dengan bermain sebentar?
***
Setelah Calvin mengirim pesan, ia langsung pergi meninggalkan kedua sahabatnya begitu saja, ia kembali ke kelas dengan masih menyimpan amarah karena ulah Maxime.
Pada saat jam pukang sekolah tiba, seluruh siswa mulai mengemasi buku mereka masing-masing, begitu juga dengan Calvin yang nampak tergesa-gesa, berniat untuk segera menemui Ellyn.
“Lo mau kemana?”
Sarah mencekal lengan Calvin menghentikan langkahnya untuk pergi, lelaki itu meliriknya tajam dan menepis tangan Sarah dengan kasar.
“Kita harus selesaikan tugas kelompok yang disuruh Bu Yani tadi. Gue gak mau nunda tugas.” Jelas Sarah.
“Gue gak bisa. Kalau lo emang mau ngerjain, silahkan. Gue bakal ngerjain tugas sama James nanti.” Lelaki itu mendekat menatap Sarah tajam. “Bukan sama lo.” Sarkas Calvin dan pergi begitu saja.
Leon terlihat diam dan tak mau berkomentar apapun saat ini, namun berbeda dengan Mark yang mendengar perkataan Calvin, ia jelas sangat tidak suka dengan sikapnya, selalu bertindak seenak hati dan kasar dengan orang lain, apalagi terhadap Sarah teman kecilnya.
Tangan Mark mengepal kuat ingin rasanya ia menonjok Calvin dan menegur lelaki dingin itu, tapi itu tidak terjadi karena Leon langsung mencegahnya agar masalah tidak semakin besar. Leon menghela napas panjang, menatap Sarah dengan rasa kasihan, ia kemudian menepuk pundak Mark
"Mending lo anter sarah pulang gih." Tutur Leon.
Mark pun mengangguk, dan mengajak Sarah pulang bersamanya.
***
Ellyn memilih duduk diam disebuah halte bus yang sedikit jauh dari arah sekolah, tempat biasa untuk Calvin dan dirinya bertemu dan pulang bersama. Gadis itu masih memikirkan apa maksud isi pesan yang tadi dikirim Calvin tadi. Apa dia telah melakukan kesalahan?
"Eeeeehh.."
Ellyn terjingkat kaget melihat tangannya yang tiba-tiba ditarik masuk kedalam mobil sport milik kekasihnya. Terlihat jelas raut wajah Calvin yang tengah menahan amarah, aura dingin serta tatapannya yang selalu menampilkan sorot tajam, semakin membuat Ellyn tidak tenang dan merasa takut. Lelaki itu kemudian menyuruh Ellyn segera masuk dan kemudian mereka pergi.
Mobil melaju dengan kecepatan tinggi, hingga lelaki itu seolah tak sadar akan kehadiran Ellyn yang berada disampingnya. Mereka berdua diam, terutama Calvin yang enggan untuk mengeluarkan suara barang sepatah katapun.
Suara dering ponsel milik Calvin menggantikan keterdiaman diantara mereka, hingga lelaki itu pun segera menerima panggilan itu.
“Kau sudah menemukan dia? Bawa ke tempat biasaya, aku akan segera kesana nanti, jika urusanku sudah selesai." Ujar Calvin.
Ellyn diam mendengar Calvin tengah berbicara dengan seorang disambungan telpon. Mencoba menerka siapa orang yang dimaksud oleh kekasihnya itu.
Sampai disaat mobil sudah terparkir didepan pintu mansion, segera Calvin keluar dan membuka pintu mobil sebelah sisinya. Menarik tangan Ellyn untuk masuk kedalam mansion. Calvin membawanya masuk ke sebuah kamar neraka, tempat saat tempo lalu Ellyn mendapatkan luka sayatan.
Lelaki itu kemudian menghempaskan tubuh mungil Ellyn diatas ranjang hingga membuat rasa ketakutan dalam diri Ellyn. Ia lalu bergerak mundur menekuk kedua lutut dan diapitnya dengan kedua tangan, wajahnya ia benamkan saat melihat kembali amarah Calvin yang masih tertahan.
Calvin membuka sebuah laci yang tak jauh dari arah Ellyn, tempat dimana semua barang favoritenya berjajar rapi disana. Kemudian ia berjongkok, membuka laci lain yang berisi sebuah tali panjang berwarna putih.
"Kamu mau apa?" Sentak Ellyn.
"LEPASIN CALVIN! KENAPA AKU DIIKAT GINI?! EMANG AKU SALAH APA?!"
Suara Ellyn tak berguna untuk Calvin saat ini, bahkan untuk memberontak saja ia takkan mampu. Kemudian ia langsung merungkuh tubuh Ellyn dan menggendongnya ala bridal style menuju kamar mandi, mendudukan Ellyn didalam bathup.
"CALVINNNNNNNNNN!!!"
Jeritan begitu menggema di seluruh ruangan kamar mandi, apalagi saat Ellyn merasakan dinginnya air yang tengah mengguyur seluruh badannya ditambah pula dengan banyaknya es batu yang sudah Calvin tuang kedalam bathup. Tubuhnya mengigil, seolah ribuan jarum tengah menusuk tulang yang ada dalam tubuh kecil Ellyn.
Lelaki itu berjongkok, menyamakan tubuhnya dengan Ellyn. "Diamlah, jika kau tak ingin rasa dingin itu semakin membuatmu sakit. " Ucap Calvin pelan.
Bak sebuah hantaman besar yang membuat Ellyn langsung bungkam seketika dan pada akhirnya tak berbicara sepatah katapun seperti yang diucap oleh Calvin.
"Apa yang kamu lakuin tadi dikantin?"
"Ma-maksud ka-mu a-apa?"
"Lelaki disebelahmu, dia yang ada diturnamen itu bukan?"
Namun semua ungkapan Calvin seperti bukan pertanyaan yang Ellyn dengar, melainkan sebuah pernyataan dari Calvin. Sungguh Ellyn diam seribu bahasa, tak berkutik dengan ucapan Calvin. Ia hanya merasakan jika hawa dingin dalam air ini semakin menggila, sulit baginya untuk berbicara serta menjelaskan kalau Calvin telah salah paham.
"Ternyata memang benar itu dia. Apa kamu lupa pernah bilang takkan mengulangi kesalahan yang sama?" Ucapnya lirih namum penuh penekanan disetiap kata.
Kepala Ellyn berdenyut sakit, ia merasakan pandangannya mulai kabur. Hingga ia sesekali menutup kedua matanya, dan kemudian kembali menatap Calvin.
Ellyn menggeleng kepala "Eng-gak. Ka-kamu salah pa-paham Vin. A-aku gak de-ketin dia."
Kedua tangan membelai pipi Ellyn dengan penuh kelembutan "Yah memang benar, tapi entah kenapa aku merasa sakit saat ngeliat kamu duduk bersamanya, apalagi tangan dia begitu berani memelukmu.” Ujarnya.
Calvin menatap manik mata Ellyn sendu. “Kamu tahu, aku tidak suka jika milikku disentuh sayang." Bisik lelaki itu
"Ka-kamu salah! Maxime itu siswa baru, kita se-sekelas, kita gak ada hu-bungan apapun. Ku-mohon percaya sa sama aku. Dia de-ketin aku, ta-tapi aku selalu menghindar."
Ellyn mencoba menjelaskan dengan menahan rasa mengigil yang semakin menguasai tubuhnya. Suara gadis itu semakin terdengar lirih ditelinga Calvin
"Apa yang penjelasanmu bisa kupercaya?"
"Please, percaya sa-ma aku." Bisik Ellyn
Suaranya tak lagi terdengar sama sekali, bahkan bibir Ellyn begitu pucat, layaknya seorang mayat, namun ia masih hidup atau sedang diambang kematian? Entahlah. Tubuh gadis itu juga sudah mati rasa, ia sudah tak bisa lagi merasakan kesakitan yang sejak tadi ia tahan. Ellyn mendongak, tatapannya kabur saat melihat Calvin, merasa berat dibagian kepala, dan semua pun menjadi gelap.
***
Sesaat di Lorong sekolah yang tampak mulai sepi,
Sandra tengah berjalan menyusuri koridor, berniat untuk pergi kesebuah Mall untuk membeli perlengkapan skincare miliknya yang hampir habis. Langkah kakinya terhenti saat seseorang tengah memanggil namanya.
Dahi Sandra mengernyit heran. "Nyari Ellyn? Kayaknya udah pulang duluan Le." Sahutnya.
Leon mengangguk paham, ia sudah tahu jika Ellyn pasti sudah bersama Calvin sekarang dan dirinya jelas tidak mau ikut dengan masalah yang tengah mereka hadapi. Bukan karena tidak khawatir atau sayang, namun ia tahu betul sifat peringai dari Calvin, lelaki dingin itu akan semakin menjadi liar dan membabi buta jika ia ikut campur dalam masalah hubungan mereka. Leon tidak mau gegabah dalam bertindak dan mengambil keputusan.
"Nggak lagi nyari dia gue." Jelasnya.
"Ohh" Sandra menangguk mengerti.
"Lo balik sendiri atau dijemput?" Tanya Leon.
"Naik ojol. Gue mau mampir sebentar kesuatu tempat, kenapa emang?" Tanya Sandra berjalan keluar dari gedung sekolah.
Leon pun tersenyum. "Bareng sama gue aja gimana? Tapi kita mampir Mall bentar mau?"
Lily terdiam, menghentikan langkah saat mendengar tawaran dari Leon akan ajakannya untuk pergi ketujuan yang sama, tanpa banyak basa-basi Sandra pun mengiyakan.
Di dalam Mall,
"Playzone?" Sandra merasa bingung dan aneh dengan sikap sepupu dari sahabatnya ini, kenapa bisa Leon mengajaknya kesini.
Tak!!
"Awww.. kenapa di sentil sih?!" Omel Sandra saat Leon menyentil keningnya.
"Abis lo banyak ngelamun, gue gak suka."
Tanpa berbicara banyak, Leon menggeret tangan Sandra masuk ke area bermain, mengajak gadis itu bersenang senang. Sandra melirik tangannya yang tengah digenggam erat oleh Leon, entah bagaimana bisa terjadi tapi sekilas senyuman kecil terbit dari bibir Sandra.
"Kita puasin main disini! Kita juga harus sering ngerefresh otak biar gak kongslet! Gue gak mau ntar punya cewek lemot pake kuadrat."
Deg deg
Deg deg
'Apaan ni? Kenapa jantung gue jadi cepet gini? Masa gue kena penyakit jantung sejakk dini? Sahutnya dalam hati.'
To be continued
_______________
Note : sudah direvisi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Ari Mulyati
kasian amat Elyn nya thorrrr,
2020-12-07
0
☘Aиαи ͪ͢ ͦ ᷤ ͭ ͤ ᷝ
Next
2020-11-09
0
Nienol
like kk
2020-08-14
0