Permintaan Maaf Diterima
Silau cahaya mulai terang, dengan nyaringnya suara dari kicauan burung saat menyambut pagi yang kini telah datang. Mata Ellyn mengerjap, menyesuaikan silau pantulan sinar dari jendela kamar.
Ellyn kemudian terbangun, melihat arah disekitarnya yang ternyata adalah kamarnya sendiri bukan kamar itu. Yah.. Kamar yang membuat Ellyn diam duduk termenung, mengingat kembali apakah yang terjadi semalam hanya sebuah mimpi atau memang nyata. Saat tak sengaja ia ingin menggerakkan kedua tangannya, tiba-tiba Ellyn meringis karena rasa sakit yang ia rasakan. Diliriknya pergelangan tangan kanannya yang ternyata sudah terbalut oleh perban.
Gadis itu tersenyum miris, semalam memang telah terjadi, dan kesakitan itu masih terasa nyeri sampai sekarang. Belum sempat beranjak dari tempat tidurnya, suara ketukan pintu menyita perhatiannya.
“Barusan bangun?” Tanya Lisa masuk mendekati Ellyn.
“Iya Mam.”
“Mau berangkat ke sekolah atau istirahat aja dulu dirumah?”
Ellyn menggeleng. “Adel berangkat aja Mam, ada ulangan yang harus Adel ikutin hari ini.” Jelasnya.
Lisa tidak ingin terlalu banyak bertanya perihal semalam, ia hanya tersenyum dan mengelus surai rambut anaknya.
“Yaudah kalau gitu kamu buruan mandi, terus turun, kita sarapan bareng. Ada Calvin juga yang udah nunggu dibawah buat antar kamu.”
“Oke Mam.” Jawab Ellyn.
Melihat Maminya sudah keluar dari kamar, ia lantas langsung pergi ke kamar mandi, membersihkan diri, dan mempersiapkan semua keperluan sekolahnya.
Setelah semua persiapan Ellyn usai, ia langsung berjalan keluar kamar dan menuruni tangga yang memang tak jauh dari arah dapur. Kemudian ia duduk dikursi yang memang biasa ia tempati dan tak sengaja berhadapan langsung dengan Calvin.
Ellyn mengamati wajah itu dengan seksama. Satu kata 'tampan' untuk mewakili semua yang ia lihat sekarang. Bentuk rahang yang tegas, alis tebal, hidung mancung, serta bibir tipis sungguh Ellyn sangat menyukainya. Oh! jangan lupa dengan sorot mata Calvin yang membuat ia selalu jatuh hati.
"Good morning."
Sapaan Calvin telah membuyarkan semua lamunan Ellyn yang menatap dirinya dengan intens. Membuat dirinya salah tingkah akibat ketahuan memerhatikan lelaki itu. Ellyn pun langsung menatap Papinya yang tengah membaca koran.
“Morning Pi.” Ucap Ellyn menghiraukan Calvin yang tadi sempat menyapanya.
Keno tersenyum. “Morning my little princess.” Sahutnya yang kembali menyeduh kopi buatan istrinya.
Lalu dari arah dapur dibantu oleh bibi, Lisa tengah sibuk menyiapkan sarapan diatas meja makan, dan menghidangkan untuk mereka bertiga. Wanita yang masih terlihat miuda itu seolah lupa jika celemek yang ia pakai masih melekat ditubuhnya.
“Oke semuanya, kalian buruan makan ya, ini udah siang, nanti kalian pada telat lagi.” Sahut Lisa penuh perhatian.
Sarapan telah usai, Keno segera berangkat menuju kantor begitu pula dengan Calvin dan Ellyn yang kini dalam perjalanan menuju sekolah, tak ada satupun percakapan saat mobil melaju membelah jalanan yang sudah mulai dipenuhi oleh kendaraan lain.
"Udah puas lihat aku?" Ujar Calvin
“Hah?”
Calvin terkekeh pelan saat kembali berhasil membuyarkan lamunan Ellyn yang mencuri kesempatan untuk memandang wajahnya sejak sarapan tadi. Bukan marah atupun risih, lelaki itu justru sangat senang saat gadisnya memuja wajahnya yang memang tampan. Tingkat kepercayaan diri yang tinggi tak salah kan? batin Calvin.
"Ehemm.. Calvin." Panggil Ellyn, Calvin pun hanya berdehem.
"So-soal semalam, aku jelasin sekarang boleh?"
Jujur saja Ellyn sedikit gugup untuk membahas hal kemarin, memikirkan reaksi apa yang akan Calvin tunjukkan saja sudah membuatnya gemetar setengah mati seperti sekarang. Sedangkan lelaki yang sejak tadi serius menyetir serta melihat kearah depan seketika menoleh kearah Ellyn dengan penuh arti, lalu ia kembali memalingkan pandangannya kearah depan.
"Hmm." Jawab Calvin singkat.
"Ak-aku minta maaf udah bohong sama kamu, jadi..." Ellyn mulai menghela napas panjang, dan mulai bercerita.
*Flashback*
Kling..
Saat pelajaran bu Kinan berlangsung sebuah pesan masuk, terlihat nama seseorang disana. Segera Ellyn membuka pesan tersebut lalu membacanya.
Bang Martin
Woi Clair, gimana kabar lo? lagi sibuk apa sekarang?
Eh bang Martin, baik bang.
Lagi sibuk sama sekolah aja bang, kan mau ujian naik kelas XII.
Oh pantes, udah lama abang gak denger kabar lo. Gue kangen
sama lo😝🤗
Haha.. gaya lo nasi basi bang🤣🤣🤣
Ntar kalau ada waktu kuy deh kita pada kumpul bareng temen semua bang. 😁
Sial*n lo, ngatain gue.😈😈
Oh iyaa, by the way anak club mau bikin event gede buat balapan arena, acaranya sabtu depan.
Lo bisa datang gak Clair? Sekalian buat temu kangen.
Ehmm.. gimana ya bang, boleh skip dulu kaga? Haha 😂
Yahh elo mah gak sik asik, please lah, sekali doang. Anggep aja lo lagi nostalgia pas jadi queen arena dulu.
Yaudah ntar aku kabari ya bang, kalau emang aku bakal join.
Siap queen👮
Ntar bakal di info yah sama Leon buat jam sama lokasinya. Gue tunggu ya lo! See you.👊
Oke sip bang, see you.👋
Ellyn menghela napas panjang, ia sangat rindu mereka dan ingin ikut berkumpul lagi bersama teman clubnya dulu. Mengingat Calvin yang sudah pasti takkan mengijinkannya. Tak ada satupun ide muncul di dalsm otak mungil itu, membuat ia frustasi.
Oh tuhan.. Bantu Ellyn mencari alasan masuk akal untuk Calvin, pacar protektif dan possesivenya itu.
*Flashback End*
Helaan napas keluar dari mulut Calvin usai Ellyn menceritakan semua dari awal. Mobil yang kendarai oleh Calvin tiba-tiba menepi, dan berhenti dipinggir jalan. Lelaki yang sedari tadi menyimak dan mendengar penjelasan dari gadisnya sesekali memandang raut wajah penyesalan dari kekasihnya.
Tubuh lelaki itu menyamping, masih menatap Ellyn yang jelas sedang ketakutan jika dirinya akan kembali marah. Mata Calvin tak henti-hentinya menatap wajah Ellyn, ia pun akhirnya mencoba mendekat, meraih tubuh gadis kesayangannya itu.
Cup
"Permintaan maaf diterima." Ucap Calvin setelah mengecup kening Ellyn
Cup
Cup
"Jangan nangis lagi." Sebuah kecupan di kedua mata Ellyn yang masih terlihat bengkak.
Cup
"Jangan bohong lagi." Mengecup hidung merah Ellyn.
Cup
Cup
"Jangan nakal lagi." Lanjut dikedua pipinya.
Calvin pun melepas pelukan, melirik kearah perban yang melekat dipergelangan tangan Ellyn dengan penuh sesal.
Cup
"I love you sayang." Berakhir di luka yang ia berikan pada tangan Ellyn.
Saling terdiam dan memandang satu sama lain, menyiratkan rasa yang penuh arti dan juga membuat pipi Ellyn bersemu merah. Ia malu dengan Calvin yang menatapnya intens.
Sedari tadi Calvin hanya melihat kearah wajah Ellyn, lebih tepatnya bibir mungil gadis itu. Jujur ingin rasanya Calvin merasakan bibir yang sepertinya menggoda itu, namun ia sadar, bukan waktunya untuk sekarang dia melakukan hal yang memang ada diluar batas.
Lelaki dingin yang ada dihadapan Ellyn ini hanya bisa mengelus luka yang sepertinya masih perih bagi Ellyn, ia kemudian beralih mengelus pipi Ellyn dengan hangat, baru kemudian ia kembali duduk dengan nyaman dan melanjutkan perjalanannya menuju ke sekolah. Walaupun Calvin sudah tahu jika mereka berdua jelas sudah terlambat untuk pergi kesekolah.
***
Seluruh siswa sudah berada didalam kelas, menunggu kedatangan Pak Seno selaku guru fisika datang dan memberikan ujian seperti yang dijanjikan pada pekan lalu. Disamping Ellyn ada Maya yang tengah sibuk mengulang kembali pembelajaran sebelum ujian, sedangkan dibangku depan Ellyn ada Sandra yang duduk bersama Doni, salah satu teman sekaligus wakil kelas mereka.
“Udah dikelas masih aja tuh hoodie di pakai, emang lo gak gerah gitu? Atau jangan bilang lo lagi sakit?” tuduh Sandra.
“Gue baik-baik aja. Perkara pake hoodie, emang lagi pengen doang.” Jawab Ellyn santai tanpa perlu memberi tahu alasan yang sebenarnya dan beruntungnya Sandra pun dengan mudah percaya begitu saja. Mereka berdua pun mengobrol, perihal fashion dan sesekali membahas tautan berita yang sering viral di social media sekarang ini.
Maya yang sejak tadi sibuk dengan dunianya sendiri, tampak sadar akan sesuatu, ia menatap kedua sahabatnya. “Kalian berdua udah belajar kan?” Tanyanya.
Saat mereka yang mendengar akan pertanyaan Maya, bagaikan tersambar petir, Ellyn serta Sandra langsung menghentikan obrolan asiknya dan saling menatap satu sama lain. Kedua gadis cantik itu sontak menoleh kearah Maya sambil menggeleng secara bersamaan.
“Enggak.” Jawab Ellyn dan Sandra.
Maya yang sudah hafal, menghela napas panjang seraya bergumam. “Salah gue ngomong gitu ke kalian.”
.
.
.
Coba mengintip di kelas lain,
Sosok pemuda tampan yang nampak terlihat sibuk membaca buku tentang bisnis dalam bidang penerbangan, yang selalu menjadi favoritenya. Bahkan jika kalian mengamatinya secara teliti, saat baru membuka bagian cover dari salah satu buku itu saja, ia seolah terbuai untuk terus dan terus membaca setiap kata yang tertulis dalam bukunya. Teman sebangku sekaligus sahabatnya yaitu James begitu kagum jika melihat Calvin yang seperti ini, ia tersenyum, membayangkan kelak nanti sahabatnya ini akan sukses tanpa perlu menerima bantuan dari keluarganya.
“James!” Tegur Leon yang duduk didepannya. “Ngapain lo ngelirik Calvin sambil senyum-senyum gitu? Homo ya lo?!” Tuduhnya.
CTAK!
“Anjir sakit woi!”
“Amandel lo minta disentil.”
“Buahahhahahahaha…”
Mark yang sejak tadi sudah menahan tawa pun langsung meledak saat mendengar celetukan James. Lelaki berambut sedikit ikal ini menepuk bahu Leon dengan pelan. “Untung bukan telur lo Le yang minta disentil, kalau iya mah.. Beh! Panas dingin 3 hari lo!” sahut Mark masih cekikikan.
Leon kemudian refleks menoyor kepala Mark. “Gausah ngasih saran begitu, ntar kalau beneran dipraktekin ke gue gimana!? Kan berabe!” Jawabnya yang sudah waspada.
Mereka lantas tertawa mendengar gerutuan dari Leon yang takut jika hal itu akan terjadi, padahal sudah jelas itu tidak mungkin dilakukan oleh ketiga sahabatnya.
“Oh ya, ada breaking news tentang sepupu lo Le.”
Satu kata yang diucapkan Mark langsung membuyarkan kosentrasi Calvin yang tengah membaca, dan apapun yang berkaitan dengan gadisnya tentu Calvin akan segera bertindak.
“Berita apaan?” tanya Leon mengernyit heran.
“Sepupu lo ternyata jago balapan mobil kan? Dijuluki ‘Clair the queen in the race arena’, udah setahun fakum, dan juara 2 saat pertandingan kemarin malem. Itu sebabnya lo ada disana.” Tutur Mark menyebutkan semua fakta lain dari sosok Elkyn yang jarang diketahui oleh kebanyakan orang.
Leon yang mendengar penjelasan dari Mark sontak diam dengan kaku, matanya melirik kearah Calvin yang sudah menutup bukanya dan berpura-pura bermain ponsel. Ia tahu benar, sahabat sekaligus pacar dari sepupunya ini sudah mulai kesal karena banyak yang tahu tentang siapa Ellyn.
“Dapet info begini dari mana lo?” Tanya Leon penuh selidik.
“Kebetulan ada temen gue masuk salah satu club dan ikut kumpul juga pas kemarin, jadi dapet info dari dia. Oh ya! By the way, katanya si Ellyn juga udah punya pacar, anak club itu juga. Bentar, sapa ya namanya? Ma-xime? Kayaknya itu deh, kalau gue gak salah denger.” Ungkap Mark.
Tangan Calvin mengepal, rahangnya mengeras saat mendengar nama Maxime disebutkan, dan apa katanya? Dia mengaku menjadi pacar Ellyn? Cih.. Sepertinya dia terlalu banyak bermimpi.
To be continued
_________________________
note: sudah direvisi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Yuli Herawati
nih cerita kaya naik rollercoster aja....suka...suka...👍🏻
2021-07-31
0
meme
semangat kak
aku mampir sampai sini dulu
ditunggu feedbcknya💪🥰
2020-11-11
0
☘Aиαи ͪ͢ ͦ ᷤ ͭ ͤ ᷝ
Hasyeeek
2020-11-09
0