Kesedihanku
Aku terpuruk akan masalalu yang pernah kualami menjadikan diriku sekarang berbanding balik.
Trauma ini membuat diriku takut
Kehilangan orang yang aku sayang untuk kedua kali, ketiga atau bahkan seterusnya.
___________________________________________
Calvin berjalan menelusuri koridor, pandangan tak terbaca dan membawa kesan hawa yang begitu dingin dalam setiap langkahnya, sehingga tak seorang pun enggan untuk melihat ataupun menatapnya dalam waktu yang lama. Sesampainya didalam kelas, ia langsung melihat kearah bangku samping tempat ia duduk yang masih kosong.
“Dimana Leon?” Tanya Calvin kepada kedua sahabatnya yang sedari tadi mengamati tingkah dingin Calvin, sungguh tak seperti biasanya bagi mereka. Mark yang masih tak paham akan maksud Calvin pun mengerutkan kening, lain hal dengan James.
“Belum datang dia. Paling juga tuh anak mampir kantin dulu buat sarapan.”
James yang sudah hafal akan perkataan yang terlontar dari Calvin pun menjawab dengan santai. Usai mendapat jawaban dari James ia pun berbalik arah, meninggalkan kelas saat pembelajaran akan dimulai.
“Mau kemana lo?”
“Rooftop.” Ujar Calvin singkat.
Meninggalkan mereka berdua begitu saja dan berlalu keluar kelas, Mark masih terdiam bingung pun menanyakannya pada James karena terlalu kepo..
“Kenapa? Ada masalah dia?”
Memilih menghendikkan bahu, James masih terlihat santai menanggapi perubahan sikap Calvin. Anggap saja James melihat sebuah benda yang sedang mengalami perubahan wujud dari es batu ke es nya si Elsa di film Frozen.
“Kemarin katanya ada anak baru? Namanya sapa?”
“Sarah.”
“Oh Sar–ah? Maksudnya Sarah temen kecil lo yang pernah ketemu di café itu?” tebak James.
Mark mengangguk, kebetulan ia melihat kearah pintu dan menemukan seseorang tengah berjalan kearah deretan bangku yang ada disebrangnya.
“Iya. Noh, orangnya baru diomongin dah nongol.” Jawab Mark.
Mendengar hal itu James lantas berbalik dan menatap memang benar jika orang itu adalah Sarah, gadis yang sempat diperkenalkan Mark saat mereka tengah berkumpul. Sarah sempat menyapa mereka berdua, lalu kemudian duduk disamping Anggi.
Sesaat James diam melamun, ia melihat kedekatan kedua manusia yang sekarang tengah mengobrol, entah kenapa terlintas pertanyaan dalam benak James jika salah satu dari mereka memiliki perasaan seperti yang ia duga. Hingga saat kembalinya Mark duduk dibelakangnya, James pun menoleh dan menatap sahabatnya serius.
“Lo pernah suka gak sih atau sekarang lagi suka gitu sama Sarah?”
Mark mengernyit. “Kenapa pertanyaan lo jadi random begini? Tiba-tiba banget.”
Lelaki itu menatap James aneh, namun tak lama Mark pun memberitahukan kebenarannya pada sahabatnya ini. Toh hal itu juga sudah berlalu baginya. Menceritakan tentang kisah cinta monyetnya dulu dengan Sarah kepada James, hingga sekarang yang tertarik kepada seorang gadis lain yang tentu membuat James terkejut bukan main.
“Dasar cupu banget lo, ntar kalau pas tuh cewek udah dimiliki sama yang lain, baru dah lo nyesel.” Kata James.
“Lah gimana gue mau ngomong, deketin dia aja susah, selalu jaga jarak mulu kalau ketemu sama gue. Lagian yaudah si, kalau emang seandainya dia sama yang lain, banyak cewek lain yang bisa gue dapetin.”
Jujur saat ia mengatakan itu kepada James, ada rasa tidak rela jika gadis yang sudah membuatnya tertarik sejak beberapa minggu lalu tak ia dapatkan. Persetan dengan julukan fakboi pada dirinya karena terlalu sering mempermainkan wanita, kali ini gadis itu telah membuatnya gila, gila karena terlalu sering ada dalam bayangannya saat ia tidur.
Ia tidak mau hanya mencintai, tetapi ia ingin kedua hal yaitu mencintai dan dicintai.
***
Diatas rooftop Calvin berdiri dipinggir pagar, menatap langit pagi yang nampak cerah, tak seperti hatinya yang terus dalam kegelapan. Ia menikmati angin yang silih berganti berhembus disekitarnya, sungguh sangat buruk suasana hatinya saat ini, mengingat kilas balik dari kejadian kemarin. Mendengar semua ucapan yang terlontar dan bentakan Ellyn yang baru pertama kali ia dengar sungguh mengejutkannya.
Helaan napas panjang berulang kali terdengar, ia sungguh bingung harus melakukan apa. Calvin sangat frustasi sekarang, walaupun berulang kali ia mengirim pesan serta menghubungi Ellyn namun tak pernah ada satupun yang dibalas. Beruntung kemarin Ellyn mau diantar pulang olehnya, hingga rasa khawatir dalam diri Calvin sedikit berkurang.
“Apa yang harus gue lakuin?” gumamnya
Calvin menatap sendu wajah cantik Ellyn dalam layar ponsel yang ada digenggaman tangannya. Matanya kembali terpejam, pikirannya berkelana jauh pada masa kelam dulu.
***Flashback on**
Seorang anak kecil berumur 6 tahun yang berwajah tampan sedari kecil, berhati lembut, mempunyai senyuman hangat dan begitu menyayangi kedua orangtuanya, dialah Calvin Aldino Immanuel.
Ia sedang tergesa-gesa mencari seseorang yang bisa membantunya, berlari menuruni tangga memanggil Bi Wen selaku asissten rumah tangganya, tetapi tak ada sahutan. Melihat sekeliling rumah yang sepi, membuat ia semakin panik harus meminta bantuan kepada siapa.
“BIBI WEN!!!”
“BIBI WEN!!! DIMANA KAU?!”
Teriakan yang sangat kencang dan lantang menggema diseluruh bagian rumah, berlari kesana kemari mengelilingi seluruh mansion yang begitu luas tanpa lelah hanya untuk mencari seseorang agar menolong dirinya.
Hingga pandangan Calvin kecil ituberalih pada pintu utama yang tiba-tiba terbuka.
CEKLEK
“BI WENNN!!!” Calvin kecil pun berlari menghampiri dengan nangis terisak. Bi Wen yang melihat pun terheran dan sedikit panik.
“Tuan Muda ada apa?! Maafkan saya, tadi saya keluar dengan Paman Hendrik untuk membeli persediaan bahan makanan.”
*“Bi Wen.. To-tolong Mommyku dia pingsan dengan berlumuran da-darah dikamar mandi.” Ujar Calvin kecil sambil nangis sesunggukan. *
“APA?! Nyonya Besar pingsan?! Mari Tuan muda kita segera kesana, kita bawa Nyonya ke rumah sakit.”
“Hendrik! Cepat bantu aku, Nyonya Besar terjatuh dikamar mandi.”
Tanpa basa basi mereka bertiga berlari menaiki anak tangga menuju kamar dan membawa sang ibu segera menuju ke rumah sakit.
Saat perjalanan, didalam mobil Calvin kecil menangis dalam diam, badannya gemetar melihat sang ibu yang ia peluk saat ini tak sadarkan diri dengan darah yang masih mengalir dikepalanya.
“Mommy.. Kumohon bertahanlah.” Bisiknya lirih.
‘Tuhan kumohon, jangan ambil nyawa Mommyku. Aku tak ingin ia pergi dariku Tuhan! Itulah Doa yang selalu ia ucapkan dalam hati berulang kali.’
Mobil melesat dengan cepat, seluruh anggota rumah sakit sangat terkejut melihat keadaan Nyonya Immanuel namun dengan gerakan cepat dokter serta perawat langsung memeriksa dan membawa ke ruang operasi untuk tindakan. Mereka bertiga menunggu berjam-jam didepan ruang tersebut dengan selalu memanjatkan doa.
“Paman.. Bibi..” Panggil Calvin kecil dengan lirih
“Iya Tuan Muda” Sahut mereka berdua sambil mendekat, Bi Wen yang memeluk erat Calvin kecil serta Paman Hendrik yang duduk disisi lainnya.
“Apa kalian sudah menghubungi Daddy? Apa ia mengangkat panggilan telpon kalian?” Tanyanya. Bi Wen langsung memandang Hendrik yang hanya menggelengkan kepala. “Maafkan kami Tuan Muda.” Ucapnya dengan sesal.
“it’s okay.” Calvin kecil hanya tersenyum kecut, sungguh miris mendengar apa yang didengarnya. Ia sangat membenci Daddynya yang tak pernah ada disaat ia dan Mommynya tengah membutuhkan dia.
Flashback End*
Teringat akan masa lalu yang ia rasakan sungguh membuat emosinya tiba-tiba meningkat. Kedua tangannya terkepal kuat sampai ujung disetiap jarinya pun memutih, mencoba menahan rasa sesak di dada, Calvin berjalan kearah sofa panjang untuk merebahkan tubuhnya sejenak, mengangkat tangan kiri sebagai bantalan kepala, dan menutup kedua mata dengan tangan kanannya.
“I miss you Mom.” Setetes air mata pun jatuh, tanpa ia sadari.
***
Di area kantin,
UHUKKK..
UHUKKK..
Leon yang tengah menyantap nasi goreng tersedak saat dirinya makan dengan begitu rakus, ditemani Ellyn yang berada duduk didepannya saat ini, gadis itu memberikan botol mineral yang belum sempat ia minum kepada Leon.
“Mangkannya kalau makan pelan, jangan kayak orang rakus gitu!” tegur Ellyn, menepuk pelan punggung Leon.
“Ini pasti pertanda ada yang lagi julidin gue.” Tukasnya langsung mendapat toyoran dari Ellyn.
Lelaki itu lega karena sudah tak lagi tersedak, dirinya ingin kembali menyantap makanannya namun tersita saat melihat Ellyn yang nampak lesu tak seperti biasanya, apalagi mata sembab yang masih begitu kentara saat Leon menatap sepupunya.
“Lyn.”
Ellyn sedikit terkejut karena melamun, ia melirik sekilas Leon, berdehem menanggapi panggilan lelaki itu sambil menyangga dagunya diatas telapak tangan.
“Butuh temen ngobrol gak?” tanya Leon.
“Hah ?” Ellyn pun mendadak linglung kebingungan.
“Ck.. Bolot lo emang ya! Gue tadi tanya, lo butuh temen ngobrol gak? Muka lo hari ini asem banget kayak ketek mimiperi.” Sahut Leon kesal.
“Kampret sih lo, segala mimiperi elo bawa buat ngatain gue. Ntar aja dah pas dirumah, itu juga kalau gue masih inget sih. Oh iya, lo hari ini bawa helm full face?” Terlintas ide di pikiran Ellyn saat melihat wajah Leon yang absurd.
“Bawa, mau buat apaan?”
“Gue pinjem bentar, boleh ya?” Sahut Ellyn dengan tersenyum manis merayu.
“Kayaknya otak lo termasuk korban Gaza, kebanyakan isi jadi gitu tuh.” Gerutu Leon menanggapi.
“Cih, Bac*t amat hyung. Udahlah diem bae!” Kata Ellyn dengan menyeruput jus stroberi milik Leon.
To be continued
____________________
Note : sudah direvisi
bonus visual Calvin Aldino Immanuel
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
herti herawati
calvin ganteng bnggttt
2021-05-08
0
☘Aиαи ͪ͢ ͦ ᷤ ͭ ͤ ᷝ
Lanjut Kak
2020-11-09
0
Friska Petra
likee
2020-08-19
0