Membaik
aku takkan membiarkan orang lain menyakitimu.
aku takkan sanggup jika tak melihatmu, rindu ini membelenggu hatiku.
________________________________________
Senyuman jelas tampak bringas dan kejam dalam wajah pria itu, tetapi bukan senyuman ramah serta hangat yang ia tampilkan, melainkan senyuman layaknya seorang psychopath yang tengah menemukan target mangsanya.
"Terus pantau pergerakan dari dia, jangan biarkan salah satu dari tikus seperti ini mengikuti kekasihku lagi." Ucapnya dingin serta ada penekanan disetiap katanya.
"Baik Tuan Muda."
Ia menatap sekilas orang kepercayaannya, dan kembali memalingkannya ke arah depan. Wajah pria itu sama sekali tak menampilkan ekspresi apapun, namun aura dingin serta perkataannya yang datar sudah menunjukkan jika mereka selaku anak buah harus menuruti perintah darinya, termasuk Louis.
"Tangani hal ini, jangan membuatku kecewa karena aku tidak segan untuk membunuhmu dengan tanganku sendiri jika kau lalai." Ucap pria hoodie itu lalu beranjak bergi menghilang bersama mobil sport miliknya.
Seorang pria hoodie itu adalah Calvin Aldino Immanuel. Bukan hal besar untuk membuat mangsanya itu membuka mulut hanya dengan kelicikannya.
Sebelum berada dibangunan ini, memang saat itu ia masih terbaring di atas sofa rooftop sekolah, namun dering ponsel panggilan dari assisten pribadinya bernama Louis membangunkan dirinya. Calvin yang sebenarnya tidak terlelap dalam tidur, melainkan menenangkan rasa sesak pada hatinya pun beranjak bangun.
Louis memberikan informasi tentang orang yang selama ini diam-diam membuntuti kekasihnya, setelah tempo hari ia mengirimkan data orang itu dan menelpon Louis untuk segera membawanya ke tempat biasa. Mungkin tempat itu bisa kalian juluki dengan kata ‘neraka penyiksaan’.
Setelah sambungan telpon dari Louis terputus, Calvin bergegas menuju kesana untuk membasmi tikus kecil yang berani mengganggu ketenangan dirinya dan orang yang ia cintai.
***
Didalam kelas Calvin,
Mark dan James sangat bosan mendengar ocehan dari ‘siluman gajah duduk’ yang tengah menjelaskan pelajaran didepan.
Oh.. Kalian harus tahu ini, apakah ada seorang guru yang hanya menjelaskan tanpa mau repot berdiri bahkan enggan untuk mencoret tinta dipapan tulis? Anehnya lagi mengapa ia tahu jika kita tak memperhatikan apa yang ia jelaskan? Sungguh memang julukan itu cocok padanya, siapa lagi kalau bukan Bu Ratni.
Kedua manusia itu mati kutu melihat bangku yang ada disamping tempat mereka duduk dimana Calvin dan Leon sekarang tengah kosong melompong.
Memang gila mereka berdua, bisa-bisanya si singa ragunan serta manusia kulkas itu tak mengajak mereka. Sahabat macam apa itu? Meninggalkan kedua sahabat yang lain tertinggal dikelas dan mengalami penyiksaan?
Sedangkan Sarah, ia terlihat mencari sosok Calvin yang sedari tadi saat kelas berlangsung tak kunjung terlihat batang hidungnya. Padahal hari ini ia berniat untuk mendekati lelaki dingin itu, mengajak Calvin untuk makan siang bersama serta ke Mall sepulang sekolah nanti dengan alasan mencari bahan dari tugas kelompok. Sungguh ini menyebalkan!
Bel usai pelajaran berbunyi dan waktunya sekarang untuk mengisi amunisi bagi para cacing yang ada diperut mereka. James sengaja menyenggol lengan Mark supaya menoleh kearahnya.
“Tuh.. ajak temen lo buat ke kantin. Masa lo tega ngeliat dia kaga makan? Udah daritadi gue liat diem bae lagi, kagak ada gerak. Cek gih, masih napas kagak tuh Sarah.”
“Mati dong kalau udah gak napas? Jangan ngadi-ngadi dah lo James. Paling juga karena sembelit kali, mangkannya diem.”
“Udah sono ajak gih.”
James mendorong tubuh Mark agar mendekat kearah bangku Sarah yang tengah bermain ponsel, pandangannya teralihkan menghadap Mark, ia terdiam dan hanya mengangkat sebelah alis saja karena tak ada mood untuk sekedar menampilkan senyum.
Mark pun tak banyak bicara, langsung mengatakan niatnya ke Sarah, mengajak gadis itu pergi ke kantin untuk menyantap makanan yang lezat bersama James.
Sarah sempat berpikir sejenak saat Mark mengajak dirinya, dan ia pun kembali melihat Mark tersenyum tipis, akhirnya Sarah menganggukan kepala tanda setuju. Mereka bertiga pun berjalan beriringan menuju kantin sambil sedikit bercanda gurau untuk mencairkan suasana.
Waktu berlalu begitu cepat, hingga kini waktunya bel pulang sekolah berbunyi, hari ini terasa sangat melelahkan bagi Ellyn. Niat pulang bersama dengan Leon pun terpaksa cancel, karena Leon harus latihan basket memandu timnya untuk persiapan lomba menggantikan Calvin yang tak tau dimana sekarang.
Tak ada semangat saat ia ingin membuat moodnya lebih baik, dari pagi ia sama sekali tak melihat batang hidung dari Calvin, memangnya kemana anak itu? Pikirnya. Walaupun ia sedang marah saat ini tetapi itu tak membuat Ellyn merasa senang, justru ia penasaran serta khawatir jika nanti terjadi sesuatu padanya.
Sampai di area parkir motor, Ellyn yang sibuk melamun tersentak kaget melihat tangannya tengah ditarik oleh pria berbaju serba hitam dengan masker dan topi untuk menutupi wajahnya. Saat Ellyn ingin teriak, spontan pria itu membekap mulutnya serta membawa dirinya masuk ke dalam mobil bagian belakang.
Ellyn merontah, mencoba melepaskan diri dari pelukan seseorang yang membawanya kedalam mobil, namun percuma saja, tenaga Ellyn berbeda jauh dengan lelaki ini. Semakin dibuat terkejut saat pria itu langsung memeluk erat tubuh Ellyn, menenggelamkan wajahnya diceruk lehernya serta menghirup aroma strawberry milik Ellyn yang selalu menjadi bagian favoritenya.
"I miss you." bisiknya lirih ditelinga Ellyn.
Ya benar, pria itu adalah Calvin. Orang yang sempat membuat Ellyn terkejut dan takut setengah mati, dengan cara berpakaian serba hitam seperti sekarang, Ellyn mengira bahwa dirinya akan diculik dan dilecehkan seperti yang ia liat diberita.
"Calvin ?"
"Lepasin dulu deh. Aku gak bisa napas, engap tahu." Ucap Ellyn.
Calvin yang masih tak ingin melepaskan pelukannya pun tak menggubrisnya namun hanya merenggangkan saja. Percuma saja Ellyn memberontak, karena jelas dirinya tidak akan mampu melawan tubuh besar Calvin.
"Kamu kemana aja hari ini? Kenapa bolos? Terus ini habis darimana sih? Pake baju serba hitam begini." Cerocos Ellyn tanpa henti. Calvin yang mendengar dengan posisi mata terpejam pun hanya tersenyum saja, tak berniat untuk menjawabnya.
"Hish.. Kalau orang tanya dijawab dong, bukan malah diem aja! Ini juga lepas gak pelukannya?!"
Tak ada respon dari Calvin membuat Ellyn merasa sangat jengkel dengan sikapnya. 'Berasa ngajak ngomong patung gue gerutunya dalam hati.' Merasa sudah terlalu diabaikan Ellyn pun sedikit berontak.
"CALVIN!" Seru Ellyn sedikit kencang di sebelah kiri telinga Calvin, membuatnya sedikit meringis kesakitan karena teriakan Ellyn yang nyaring.
"Ssshhhh.. 10 minutes, aku cuman butuh dipeluk kamu sekarang Babe. Jadi kamu diem dulu deh." Ujar Calvin, sedangkan Ellyn yang mendengarkan pun terpaksa terdiam kembali mengorbankan bahunya sampai 10 menit kedepan.
Pelukan hangat yang terjadi cukup lama, karena tidak terasa sudah setengah jam ia berpelukan melebihi dari waktu yang ia katakan pada Ellyn. Sepertinya sudah cukup untuk melepas rasa rindunya. Ellyn yang tengah menatap wajahnya begitu kesal, namun bukan Calvin namanya jika tak bisa membuat gadisnya itu tersenyum kembali nanti.
"Jadi ?"
"Jadi apanya?" tanya Calvin balik, pura-pura tak mengerti.
"kamu kemana aja hari ini? Kenapa bolos? Terus pake baju begini habis darimana?" tanya ulang Ellyn.
"Dari rumah, males sekolah, lagi pengen pake baju gini aja."
"Udah, gitu aja? Aku masih marah loh sama kamu sampai sekarang."
Ellyn tampak tak peduli dan kesal dengan jawaban Calvin yang terlampau santai dan tidak sesuai dengan ekspetasinya. Sempat gadis itu berpikir, apa sebenarnya Calvin ini hanya bermain saja dengan hubungan ini atau serius? Entah Ellyn bingung.
"Iya Sayang.. Aku beneran udah gak bisa kalau kamu cuekin terus kayak gini loh, dan lagi chat sama telpon aku gak kamu angkat, aku khawatir, pikiranku jadi negatif terus. Disini sekarang sekalian aku mau jelasin semua salah paham kemarin." Jelasnya.
"Yaudah cepet jelasin."
"Makan siang dulu ya? Aku laper, belum makan."
"Dih.. Alasan banget kalau mau ngehindar." Cibir Ellyn.
Calvin hanya membalas ocehan Ellyn dengan senyuman, akan panjang jika ia meladeni kekasihnya untuk berdebat. Namun belum sempat mobil melaju, Ellyn tiba-tiba keluar dari mobil hendak menuju ke area parkir motor, beruntungnya Calvin bisa menarik tangan gadis itu kembali masuk.
"Mau kemana lagi?" Ucap Calvin dengan lembut.
"Balik ke parkiran, ambil motor aku disana, kan aku sekolah naik motor. Gimana sih?" ketus Ellyn.
"Naik ke mobil aku, duduk depan. Masalah motor biar aku suruh assisten aku yang bawa pulang." Ujar Calvin sedikit kesal mendengar Ellyn yang berbicara ketus.
"Yaudah." Jawab Ellyn singkat dan berbalik arah menuju mobil Calvin, menghiraukan Calvin yang masih berdiri di belakangnya.
Suasana kembali hening saat dua insan yang saat ini tengah enggan untuk memulai pembicaraan. Sejak tadi, mobil tak kunjung pergi, Ellyn sudah merasa kesal dengan sikap Calvin, sebenarnya apa yang lelaki ini mau?
Calvin yang ikut terdiam pun menoleh kesamping, menatap wajah Ellyn yang masih tak enak untuk dipandang, tapi tidak dalam hatinya. Lelaki itu terkikik geli melihat raut wajah Ellyn yang tengah marah, tapi justru sungguh sangat lucu baginya. Untuk sekarang ia harus coba menahan tawanya agar tak meledak.
"Kamu itu cewek yang bikin aku kepikiran terus dari kemarin gara-gara kamu marah, sampe gak ada napsu makan loh. Selalu bikin deg-degan mulu tiap berdua kayak gini. Padahal kamu tuh udah bawel, ngambekan, ceroboh, konyol. Tapi gak tau kenapa aku bisa sayang, plus pake banget sama kamu." Gombal Calvin panjang lebar
Ellyn yang mendengar semua yang dikatakan Calvin mendadak hatinya meleleh, semua kemarahan yang siap ia ledakkan seketika hilang, tak ingin jika Calvin melihat dirinya tengah berbunga-bunga ia pun berucap seolah masih marah.
"Hahahaha. Kenapa tuh pipinya merah? Blushing ya neng?" goda Calvin tergelak saat ia melihat sekilas wajah merona Ellyn yang tengah disembunyikannya. Sedangkan Ellyn yang ketahuan pun pasrah, ia menoleh kearah Calvin, menghilangkan rasa malunya dengan mengalihkan pembicaraan.
"Udah ah cepet jalan gih. Katanya tadi laper." rengek Ellyn manja.
Ellyn yang tengah menutupi rasa malunya, serta melihat ia merengek pun akhirnya mengalah dan mengakhiri untuk menggoda Ellyn lebih lama.
"Iya iya... Duh gemesin emang pacar aku ini." Ucap Calvin mengusap rambut Ellyn dan mulai melajukan mobilnya meninggalkan area sekolah.
To be continued
______________
Note : sudah direvisi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Rizky Rahmawati Eky
ol
2021-03-31
0
☘Aиαи ͪ͢ ͦ ᷤ ͭ ͤ ᷝ
Lanjut
2020-11-09
0
Rasinar Yohana
smngt 💪🏻💪🏻💪🏻
2020-08-14
0