Bab 09 Mendadak gagap

Wajah masam itu terus terlihat pada Bagas. Apalagi saat melihat Nizma yang sedang mengobrol dengan Akbar dengan begitu akrab.

Bahkan sialnya berkali-kali Nizma tampak mengumbar senyum manisnya kepada Akbar.

Mereka bertiga sedang berkeliling area pesantren. Akbar dulunya pernah mengabdi juga di pesantren ini sehingga ingin menyambangi tempat itu.

"Banyak yang berubah ya Nizma. Nggak nyangka tiga tahun nggak kesini sudah semakin bagus bangunannya." ujar Akbar.

"Iya A, aku juga kaget sih, pulang dari Kairo pesantren jadi makin bagus, santrinya juga makin tambah banyak. Katanya sih banyak donatur yang menyumbang." Nizma menjelaskan.

Sementara Bagas sejak tadi hanya diam dan berjalan mengikuti mereka. Sebenarnya Bagas sangat enggan berlama-lama dengan Akbar. Namun dia tak ingin memberi kesempatan Akbar untuk mendekati istrinya. Ya, meski belum ada perasaan diantara dirinya dan Nizma.

Apalagi berkali-kali Akbar kepergok mencuri- curi pandang kepada Nizma. Tatapannya yang terus berbinar saja sudah menandakan bahwa pria itu menaruh hati kepada Nizma.

Memang jika dilihat Akbar merupakan sosok pria pandai berkomunikasi terhadap siapapun serta berpenampilan rapi dan alim. Jauh dengan dirinya yang tampak urakan. Ah, sejak kapan Bagas jadi membanding-bandingkan penampilannya dengan orang lain begini? Padahal selama ini dia selalu cuek dengan penampilan bahkan penilaian orang.

"Abang, capek ya?" tiba-tiba pertanyaan Nizma langsung membuyarkan lamunan Bagas.

"Enggak. Kenapa emang?" tanya Bagas.

"Emm.. Nggak apa-apa sih. Habisnya abang diam terus dari tadi."

"terus mau ngomong juga apa? Aku nggak tau arah obrolan kalian." jawab Bagas ketus.

Nizma tampak terdiam. Benar juga apa yang dikatakan Bagas. Mereka terlalu asyik mengobrol tanpa memikirkan suaminya.

"Kalian lanjut saja aku mau kembali ke rumah." dengan wajah ketus Bagas pergi meninggalkan Nizma dan Akbar. Rasanya semakin jengkel saja melihat mereka.

"Abang.. " Nizma mencoba untuk memanggil Bagas namun pria itu terlalu cuek.

"Maaf A, sepertinya aku harus kembali ke rumah. Kalau A Akbar mau berkeliling bisa ditemani salah satu santri ya." Nizma pun tak ingin hanya berduaan dengan Akbar. Karena bagaimanapun statusnya kini adalah seorang istri.

Nizma terus mencari Bagas di kamarnya. Dan benar saja pria itu tengah berbicara dengan seseorang di telepon.

"Sudah ku bilang kalau tetap susah dikendalikan langsung tembak saja. Apa susahnya sih." terdengar suara Bagas begitu marah.

Nizma yang mendengarnya langsung terkejut. Sejenak pikiran buruk pun menghampirinya. Benarkan pekerjaan Bagas selama ini seperti yang dibicarakan orang-orang?

"Apa suamiku benar-benar seorang pembunuh bayaran seperti yang orang bilang. Astaghfirullah.." Batin Nizma.

Nizma begitu ketakutan hingga tak sengaja menabrak kursi rias di belakangnya.

DUKK..

Bagas langsung menoleh kepada Nizma. Gadis itu tampak sangat ketakutan apalagi saat Bagas mulai berjalan mendekatinya.

Nizma terus mundur hingga tubuhnya terkantuk tembok. Entah apa yang akan Bagas lakukan pada dirinya setelah ini. Nizma hanya bisa merapalkan doa dalam hati dengan netranya yang sudah berembun.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Bagas sambil menghampiri Nizma.

"A-aku.. M-maaf.. A-aku tidak bermaksud..." tubuh Nizma gemetaran melihat sorot mata Bagas.

"Kenapa kau suka sekali berbicara gagap?" Bagas semakin mendekatkan wajahnya hingga Nizma sampai memejamkan matanya.

Wajah gadis itu sangat cantik bahkan saat memejamkan mata begini. Dengan kulit putih bersih serta hidung mancung dan bulu mata lentik. Bibir mungilnya yang berwarna pink alami tampak bergetar membuat Bagas begitu gemas dan ingin sekali melahapnya.

"Ampun.. Maaf aku tidak sengaja mendengar obrolan Abang. Aku janji nggak akan membocorkannya kepada siapapun. Tolong jangan sakiti aku. Aku masih ingin hidup, aku masih ingin melihat Abah dan umi bahagia serta memberi cucu untuknya. Hiks.. Hiks.." tanpa diduga Nizma langsung mengutarakan semua isi hatinya sambil menangis sesenggukan.

Bagas pun semakin dibuat tak mengerti dengan tingkah Nizma. Dia hanya bisa mengernyitkan keningnya.

"Siapa juga yang mau menyakitimu?" ujar Bagas sinis.

Perlahan Nizma langsung membuka matanya. Dia menatap Bagas yang masih berada di depannya.

"A-aku.. Aku takut abang benar-benar membunuh orang. Dan aku takut abang akan membunuhku." ujar Nizma lirih.

"Ck, siapa juga yang membunuh orang. Aku menyuruh mereka membunuh ini." Bagas menunjukkan sebuah foto biawak yang mati tertembak.

"Biawak? Bukannya manusia?" Nizma pun keheranan.

"Ada biawak mau masuk rumah. Kamu pikir apa? Hmm?" Bagas menatapi Nizma dengan tajam.

"M-maaf.. Aku pikir Abang mau nembak orang." Nizma jadi begitu malu.

"Ck, bisa-bisanya nuduh aneh-aneh. Ngomong-ngomong apa kamu bilang tadi? Pengen kasih cucu Abah sama Umi?" Bagas semakin mendekati Nizma dan menarik pinggang kecilnya.

Nizma langsung terkesiap namun tangan Bagas satunya mengusap lembut bekas air mata di pipinya.

Kedua netra itu saling bersambut apalagi kini Nizma mulai memberanikan diri memperhatikan wajah suaminya. Tatapan tajam, alis tebal serta hidung mancung membuatnya tampak mempesona. Bibirnya yang tak tebal tapi juga tak tipis mengingatkan Nizma akan ciuman hangat saat itu. Apalagi rahang tegasnya.

Pandangan itu semakin turun ke bawah dan Nizma melihat leher kokoh yang tampak jakunnya yang menonjol. Tampak naik turun dan sialnya begitu sexy.

"Astaghfirulloh.." cepat-cepat Nizma tersadar akan pandangan nakalnya. Tapi memandang suami sendiri apa termasuk nakal?

"Kau lihat apa?" tanya Bagas dengan suara serak.

"T-tidak.. tidak lihat apa-apa." cepat-cepat Nizma mengalihkan pandangannya. Namun dengan Bagas langsung meraih dagu lancipnya.

"Kau belum jawab pertanyaanku tadi." ucap Bagas.

"Soal apa?" Nizma kembali gagal fokus.

"Bikin cucu buat Abah." Bagas tersenyum smirk.

Nizma langsung terbelalak. Dia paham arah pembicaraan Bagas kemana. Melakukan tugas seorang istri adalah kewajiban namun untuk sekarang? Rasanya Nizma masih belum siap. Dia pun hanya bisa panik sendiri dalam hati.

"Kau takut?" tanya Bagas lagi.

"A-aku..." sungguh lidah Nizma terasa kelu saat dihadapkan dengan Bagas yang seperti ini.

"Kau ingin punya anak, tapi kau masih cengeng. Bagaimana nanti kalau anakmu menangis? Apa mau ikut menangis?" kini Bagas memundurkan tubuhnya dan tampak menahan tawa melihat ekspresi Nizma yang sungguh sangat menggemaskan jika panik begitu.

"A-Abang.. Jangan ngeledek." wajah Nizma sudah mulai memerah. Bahkan saking gugupnya sampai tadi dia tak bernafas dengan benar. Alhasil sekarang seperti bebas dari sebuah ruangan sempit. Nizma mengambil nafas dalam-dalam sambil mengatur jantungnya yang hampir copot.

"Aku lapar Nizma." ucap Bagas kemudian.

"Iya.. Aku akan buatkan makan untuk Abang." cepat-cepat Nizma keluar kamar dengan wajah merona.

"Masih begini saja sudah panas dingin apalagi nanti kalau?" cepat-cepat Nizma menepuk keningnya sendiri. Berusaha menormalkan pikirannya yang sempat amburadul.

Sementara Bagas yang ada didalam kamar pun tampak cekikikan sendiri.

"Cantik-cantik tapi suka gagap kalau ngomong." gumam Bagas sembari membayangkan wajah cantik Nizma.

...****************...

Terpopuler

Comments

Ai Siti Rahmayati

Ai Siti Rahmayati

ceritanya semakin asyik

2024-01-15

1

Mari Anah

Mari Anah

thor bkin babang bagas terbucin2 sma nizma dong😄

2023-10-11

2

Nur Lizza

Nur Lizza

entr ada yg bucin ini

2023-10-06

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 01 Ikhlas
2 Bab 02 pertemuan pertama
3 Bab 03 Sebuah keputusan
4 Bab 04 berita pernikahan dan pertentangan
5 Bab 05 persiapan pernikahan
6 Bab 06 SAH!
7 Bab 07 Malam pertama
8 Bab 08 sarapan bersama
9 Bab 09 Mendadak gagap
10 Bab 10 aku, kamu
11 Bab 11 saingan baru
12 Bab 12 kurang ajar
13 Bab 13 Sebuah perhatian
14 Bab 14 sensitifnya perempuan
15 Bab 15 rumah baru
16 Bab 16 ingin mengenal lebih jauh
17 Bab 17 ungkapan hati
18 Bab 18 Tragedi dini hari
19 Bab 19 tentang Bagas
20 Bab 20 harus siap ditinggal tugas
21 Bab 21 Bukan siapa-siapa?
22 Bab 22 Spesial di mata orang yang tepat
23 Bab 23 Jadwal Ronda
24 Bab 24 bekal sebelum pergi
25 Bab 25 istri sholeha yang cerewet
26 Bab 26 Adek Marmut
27 Bab 27 tawaran menikah
28 bab 28 cemburu tapi gengsi
29 Bab 29 tak sabar bertemu
30 Bab 30 salah paham
31 Bab 31 takut kehilangan
32 Bab 32 menjaga pandangan
33 Bab 33 Suami posesif
34 Bab 34 kembali mengusik
35 Bab 35 tak jadi bertemu
36 Bab 36 tujuanku memanjakanmu
37 Bab 37 menyadarkan diri
38 Ban 38 kegelisahan hati
39 Bab 39 bertamu
40 Bab 40 Bayangan yang tak sesuai kenyataan
41 Bab 41 pertemuan tak terduga
42 Bab 42 sekelumit kisah masa lalu
43 Bab 43 berusaha mengimbangi
44 Bab 44 wife materials
45 Bab 45 karma dari masa lalu
46 Bab 46 ikhlas dan merelakan
47 Bab 47 pertemuan pertama
48 Bab 48 menahan kesal
49 Bab 49 tetangga toxic
50 Bab 50 Rumah baru
51 Bab 51 Nasehat umi
52 Bab 52 ijin suami
53 Bab 53 Hari pertama jadi dosen
54 Bab 54 pasangan berang-berang
55 Bab 55 cinta yang sama
56 Bab 56 melepas rindu
57 Bab 57 lamaran
58 Bab 58 perasaan tertahan
59 Bab 59 kembalinya masa lalu
60 Bab 60 Insiden kecil di cafe
61 Bab 61 Sah jadi istriku
62 Ban 62 omongan keluarga
63 Bab 63 Rahasia Nizma
64 Bab 63 ungkapan perasaan
65 Bab 65 jangan bersedih
66 Bab 66 tempat tinggal masa kecil
67 Bab 67 Mencium bau pengkhianatan
68 Bab 68 Kemarahan Bagas
69 Bab 69 mengakui kesalahan
70 Bab 70 Modus terselubung Roy
71 Bab 71 Meluapkan keluh kesah
72 Bab 72 berangkat ke Singapura
73 Bab 73 bertemu dokter
74 Bab 74 memilih ikhlas
75 Bab 75 firasat
76 Bab 76 Sudah keluar
77 Bab 77 kejutan dari keluarga
78 Bab 78 Jebakan
79 Bab 79 menyelamatkan Bagas
80 BAB 80 Istriku pahlawanku
81 Bab 81 perjalanan jauh
82 bab 82 honeymoon
83 Bab 83 Tak sengaja bertemu
84 Bab 84 sebuah kabar
85 Bab 85 triplets
86 Bab 86 Aba dan Umma
87 Bab 87 penampilan baru bikin resah
88 Bab 88 pengagum rahasia
89 Bab 89 kejujuran Umi
90 Bab 90 berkumpulnya keluarga
91 Bab 91 meminta restu
92 Bab 92 pernikahan dadakan
93 Bab 93 mulai terkuak
94 Bab 94 sedikit fakta
95 Bab 95 Balasan Sean
96 Bab 96 merasa dibohongi
97 Bab 97 Permintaan Maaf
98 Bab 98 strategi
99 Bab 99 Memulai misi
100 Bab 100 jebakan
101 Bab 101 Secercah harapan
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106 nasehat Bagas
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Bab 124
125 Bab 125
126 Bab 126
127 Bab 127
128 Bab 128
129 Bab 129
130 Bab 130
131 Bab 131
132 Bab 132
133 Bab 133
134 Bab 134
135 Bab 135
136 Bab 136
137 Bab 137
138 EKSTRA PART
139 Karya Baru
Episodes

Updated 139 Episodes

1
Bab 01 Ikhlas
2
Bab 02 pertemuan pertama
3
Bab 03 Sebuah keputusan
4
Bab 04 berita pernikahan dan pertentangan
5
Bab 05 persiapan pernikahan
6
Bab 06 SAH!
7
Bab 07 Malam pertama
8
Bab 08 sarapan bersama
9
Bab 09 Mendadak gagap
10
Bab 10 aku, kamu
11
Bab 11 saingan baru
12
Bab 12 kurang ajar
13
Bab 13 Sebuah perhatian
14
Bab 14 sensitifnya perempuan
15
Bab 15 rumah baru
16
Bab 16 ingin mengenal lebih jauh
17
Bab 17 ungkapan hati
18
Bab 18 Tragedi dini hari
19
Bab 19 tentang Bagas
20
Bab 20 harus siap ditinggal tugas
21
Bab 21 Bukan siapa-siapa?
22
Bab 22 Spesial di mata orang yang tepat
23
Bab 23 Jadwal Ronda
24
Bab 24 bekal sebelum pergi
25
Bab 25 istri sholeha yang cerewet
26
Bab 26 Adek Marmut
27
Bab 27 tawaran menikah
28
bab 28 cemburu tapi gengsi
29
Bab 29 tak sabar bertemu
30
Bab 30 salah paham
31
Bab 31 takut kehilangan
32
Bab 32 menjaga pandangan
33
Bab 33 Suami posesif
34
Bab 34 kembali mengusik
35
Bab 35 tak jadi bertemu
36
Bab 36 tujuanku memanjakanmu
37
Bab 37 menyadarkan diri
38
Ban 38 kegelisahan hati
39
Bab 39 bertamu
40
Bab 40 Bayangan yang tak sesuai kenyataan
41
Bab 41 pertemuan tak terduga
42
Bab 42 sekelumit kisah masa lalu
43
Bab 43 berusaha mengimbangi
44
Bab 44 wife materials
45
Bab 45 karma dari masa lalu
46
Bab 46 ikhlas dan merelakan
47
Bab 47 pertemuan pertama
48
Bab 48 menahan kesal
49
Bab 49 tetangga toxic
50
Bab 50 Rumah baru
51
Bab 51 Nasehat umi
52
Bab 52 ijin suami
53
Bab 53 Hari pertama jadi dosen
54
Bab 54 pasangan berang-berang
55
Bab 55 cinta yang sama
56
Bab 56 melepas rindu
57
Bab 57 lamaran
58
Bab 58 perasaan tertahan
59
Bab 59 kembalinya masa lalu
60
Bab 60 Insiden kecil di cafe
61
Bab 61 Sah jadi istriku
62
Ban 62 omongan keluarga
63
Bab 63 Rahasia Nizma
64
Bab 63 ungkapan perasaan
65
Bab 65 jangan bersedih
66
Bab 66 tempat tinggal masa kecil
67
Bab 67 Mencium bau pengkhianatan
68
Bab 68 Kemarahan Bagas
69
Bab 69 mengakui kesalahan
70
Bab 70 Modus terselubung Roy
71
Bab 71 Meluapkan keluh kesah
72
Bab 72 berangkat ke Singapura
73
Bab 73 bertemu dokter
74
Bab 74 memilih ikhlas
75
Bab 75 firasat
76
Bab 76 Sudah keluar
77
Bab 77 kejutan dari keluarga
78
Bab 78 Jebakan
79
Bab 79 menyelamatkan Bagas
80
BAB 80 Istriku pahlawanku
81
Bab 81 perjalanan jauh
82
bab 82 honeymoon
83
Bab 83 Tak sengaja bertemu
84
Bab 84 sebuah kabar
85
Bab 85 triplets
86
Bab 86 Aba dan Umma
87
Bab 87 penampilan baru bikin resah
88
Bab 88 pengagum rahasia
89
Bab 89 kejujuran Umi
90
Bab 90 berkumpulnya keluarga
91
Bab 91 meminta restu
92
Bab 92 pernikahan dadakan
93
Bab 93 mulai terkuak
94
Bab 94 sedikit fakta
95
Bab 95 Balasan Sean
96
Bab 96 merasa dibohongi
97
Bab 97 Permintaan Maaf
98
Bab 98 strategi
99
Bab 99 Memulai misi
100
Bab 100 jebakan
101
Bab 101 Secercah harapan
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106 nasehat Bagas
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Bab 124
125
Bab 125
126
Bab 126
127
Bab 127
128
Bab 128
129
Bab 129
130
Bab 130
131
Bab 131
132
Bab 132
133
Bab 133
134
Bab 134
135
Bab 135
136
Bab 136
137
Bab 137
138
EKSTRA PART
139
Karya Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!