Fira yang selesai mengantar Bu Inan, langsung menutup pintu apartemen. Dia begitu kesal mengingat apa yang di katakan majikannya, kalau Jeje telah setuju Fira tinggal di apartemen bersamanya.
"Kenapa dia seenaknya saja memutuskan sesuatu," grutu Fira seraya melangkahkan kakinya.
Fira melangkahkan kakinya masuk kedalam apartemen dengan kesal. Fira berjalan menuju kamar Jeje untuk meluapkan kekesalannya yang dengan seenaknya saja mengiyakan permintaan mamanya, dan tanpa meminta persetujuannya terlebih dahulu, untuk tinggal di apartemen.
Fira membuka pintu kamar Jeje, dan melihat Jeje duduk santai di atas tempat tidur, dan sedang asik memainkan ponselnya. Fira menatap tajam Jeje dari kejauhan, seolah sedang melihat musuhnya.
Fira melangkah kakinya menghampiri Jeje. Tapi belum sampai di di tempat Jeje, Fira melihat bantal sofa berjajar rapi di atas sofa, yang sedang ingin dia lewati. Fira pun mengambil bantal sofa, dan langsung melemparnya pada Jeje yang masih fokus pada layar ponselnya.
"Fir kenapa lempar-lembar bantal sih," keluh Jeje yang kaget saat Fira melemparinya dengan bantal.
"Seharusnya aku lempar panci yang lebih keras jadi biar kamu lebih berasa," kesal Fira.
"Pasti mama dah bilang ke Fira," batin Jeje menebak kekesalan Fira.
"Kok panci sih fir, sakit dong," goda Jeje yang berusaha membuat Fira tidak marah dengannya.
"Biar aja kamu sakit, aku kesal banget tau nggak sih sama kamu," ucap Fira masih dengan melempar bantal sofa ke arah Jeje.
Jeje yang di lempari bantal sofa oleh Fira terus saja mengelak.
"Kamu kenapa sih ..." Jeje pura-pura tidak tahu kenapa Fira bisa semarah itu dengannya.
"Jangan pura-pura nggak tau kamu, mama kamu dah bilang, kamu juga setuju aku tinggal disini." Fira berkata dengan melempar bantal sofa lagi. Kekesalannya benar-benar dia luapkan pada Jeje.
"Aku bisa jelasin fir, kamu tenang dulu
" Jeje berusaha mengelak lagi dari lemparan bantal Fira.
"Gimana aku bisa tenang," ucap Fira melempar bantal terakhir yang ada disofa.
Fira langsung berhenti saat bantal sofa sudah melayang semua menghampiri Jeje. Fira masih berdiri depan sofa kamar dan tak bergeming sama sekali, dia memandang Jeje dengan penuh kekesalannya.
Jeje yang melihat Fira sudah berhenti melempari bantal, mencoba berbicara dengannya, "Sini dong aku jelasin dulu," pinta Jeje pada Fira untuk duduk di sampingnya seraya menepuk tempat tidurnya.
"Nggak usah deket-deket jelasinnya, dari situ aja kamu jelasinnya. Aku lagi kesel nggak mau deket-deket sama kamu," ketus Fira pada Jeje, dan duduk di sofa berseberangan dengan Jeje.
Jeje hanya bisa pasrah saat Fira tidak mau duduk di sampingnya, saat dia ingin menjelaskan semua.
"Kamu kalau ngambek tambah cantik lho..." goda Jeje mencoba mencairkan suasana.
"Nggak usah gombal." Fira menatap ke arah lain, dia menyembunyikan pipi yang merah akibat mendengar rayuan Jeje.
"Ya udah aku jelasin dari sini." Jeje mengalah pada Fira, dan tak meminta lagi Fira untuk duduk di sampingnya.
"Mama itu tadi khawatir kalau aku kenapa-kenapa sendiri di apartemen kayak tadi pagi, makanya dia minta kamu tinggal disini. Aku udah nolak fir, tapi mama malah ancam aku buat balik ke rumah mama." Jeje mencoba menjelaskan semua kenyataan yang ada pada Fira.
"Ya kamu balik aja kerumah mama kamu," kesal Fira yang mendengar Jeje tidak memilih untuk kembali ke rumahnya, dan malah menyetujui permintaan mamanya.
Jeje menghela nafasnya, menghadapi wanita yang sedang marah sangatlah berat.
"Aku nggak mau fir, mama aku ribet. Aku lebih enak tinggal sendiri. Lagian jarak kantor lebih deket dari sini." Jeje masih mencoba
meyakinkan Fira alasan utamanya memilih tinggal sendiri.
"Tapi aku nggak bisa tinggal sama kamu," ucap Fira tak mau memandang Jeje, dan memandang arah lain.
Jeje mengerutkan keningnya mendengar ucapan Fira, "Kenapa?"
"Takut," lirih Fira.
"Takut?, takut sama aku maksudnya?" tanya Jeje yang memperjelas ucapan Fira yang di dengarnya, dan langsung mendapat anggukan dari Fira.
Jeje menatap tajam pada Fira. "Kenapa takut emang aku serem?" tanya jeje tidak terima.
"Kita tu pria dan wanita, ya maksud aku kamu ngerti kan." Fira bingung menjelaskan pada Jeje, alasan utamanya menolak untuk tinggal bersama dengan Jeje.
Jeje yang mendengar Fira menjelaskan dengan gugup dan bingung bisa menebak, bahwa ada keraguan dalam diri Fira.
"Kamu takut aku ngapa-ngapain kamu gitu, apa seburuk itu aku dimata kamu." Jeje benar-benar kecewa dengan Fira. Dia tak habis pikir Fira berfikir hal buruk seperti itu padanya.
Fira yang mendengar Jeje kecewa pun langsung panik. "Bukan begitu maksud aku."
"Tapi kenyataannya itu yang ada di pikiran kamu," hardik Jeje.
Jeje melangkah mendekat pada Fira yang masih duduk di sofa. Jeje pun bersimpuh di depan Fira yang terus menunduk. Fira benar-benar tidak berani menatap Jeje yang sedang marah.
"Lihat aku." Jeje meminta Fira melihatnya, dan mereka saling memandang.
Jeje melihat ke dalam bola mata Fira, Jeje menyadari ada ketakutan dalam diri Fira. Jeje juga tidak menyalahkan, sebagai seorang wanita, dia berhak untuk waspada pada pria.
"Aku tau aku dah curi ciuman kamu tanpa izin, dan aku janji nggak akan ulangi itu tanpa persetujuan kamu." Jeje menatap lekat kedua bola mata Fira.
Fira yang mendengar Jeje mengatakan hal itu balik melihat ke arah Jeje. Fira mencari kejujuran dari ucapan Jeje, dari kedua bola mata Jeje.
"Dan aku janji nggak akan sentuh kamu sampai kita nikah." jelasnya lagi. "Kamu percaya kan sama aku?" tanya Jeje penuh harap.
Fira membulatkan matanya kaget mendengar Jeje mengatakan soal pernikahan. Padahal hubungan mereka baru, dan secara resmi mereka belum mengikat hubungan sebagai sepasang kekasih.
"Nikah?, kenapa dia ngomongin nikah jauh banget." Fira bingung dengan ucapan Jeje.
"Aku benar-benar sayang sama kamu, aku janji akan jaga kamu. Dan ucapan aku soal menikah, aku bener-bener pengen jadiin kamu istri aku." Jeje mencoba meyakinkan Fira bahwa ucapanya bukanlah bualan semata, tapi memang tulus dari dalam hati Jeje.
Fira masih tetap bungkam, dia tidak bisa berkata-kata untuk menjawab semua ucapan Jeje.
"Tapi aku butuh dukungan kamu untuk ngejalani ini semua, memang nggak akan mudah, tapi kalau kamu di samping aku semua akan terasa ringan," jelas Jeje pada Fira.
Fira masih menimbang-nimbang ucapan Jeje. Setelah cukup lama akhirnya Fira mengiyakan semua yang di jelaskan Jeje.
Jeje yang mendengar jawab iya dari Fira merasa senang. Dirinya yakin hubungan dengan Fira akan bisa di jalani jika mereka berdua saling mendukung dan saling percaya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 247 Episodes
Comments
Megawati
Fira menjadi tenang setelah Jeje menjelaskan
2022-10-20
0
Afifi Jamil
Ki
2022-07-02
0
Tri Puji Hastuti
wesss angel Iki...arah2e ke perbucinan
2022-06-21
0