Setelah mengiyakan permintaan ibunya kemarin, pagi ini Fira sudah pergi untuk berkerja kembali di apartemen Jeje.
Fira menekan bel apartemen Jeje sesampainya di apartemen Jeje. Tidak seperti sebelumnya dia akan langsung masuk ke dalam apartemen Jeje, kali ini dia lebih memilih menekan bel terlebih dahulu.
Pintu pun di buka. "Fira," ucap Jeje saat pertama kami melihat Fira berada di depan pintu.
Perasaan Jeje begitu senang saat yang datang ke apartemennya adalah Fira.
Dia menatap lekat wanita yang sudah beberapa hari membuat kacau pikirannya.
Fira hanya tersenyum kecil, saat Jeje membuka pintu dan menyebut namanya. Sebenarnya ada rasa senang di hati Fira, saat melihat Jeje di hadapannya. Tapi dia berusaha keras menepis perasaannya itu.
"Kenapa kamu nggak langsung masuk aja?"
Jeje sedikit heran kenapa Fira tidak langsung masuk seperti biasanya, dan malah memilih menekan bel.
"Tidak apa-apa Tuan"
Jawaban Fira di sertai dengan sebutan Tuan membuat Jeje merasa kaget. Sebutan itu seperti memberi jarak antara Fira dan Jeje. Lebih tepatnya membuat mereka seperti asisten rumah tangga dan majikan, dan itu membuat Jeje tidak suka. Walau kenyataannya memang mereka asisten rumah tangga dan majikan.
Jeje menghela nafasnya, menahan kekesalannya.
"Ya sudah ayo masuk." Jeje mempersilahkan Fira masuk, dan Fira melangkah masuk ke dalam apartemen.
"Maaf Tuan ada yang saya ingin bicarakan," ucap Fira yang berhenti di belakang Jeje, dan membalikkan tubuhnya, saat berbicara pada Jeje.
Jeje yang sedang ingin menutup pintu, di buat kaget saat Fira ingin berbicara padanya. Jeje hanya berfikir, nampaknya yang di bicarakan Fira adalah hal penting.
"Ya sudah ayo, bicara sambil duduk." Jeje mengajak Fira untuk bicara sambil duduk, agar lebih nyaman.
Jeje melangkah menuju sofa di ruang tamunya, dan di ikuti Fira yang tepat di belakangnya.
Mereka berdua duduk berhadapan di sofa ruang tamu Jeje. Sebenarnya sedikit canggung bagi Fira, saat dirinya berbicara sopan pada Jeje. Tapi dia sadar, bahwa Jeje adalah majikannya, dan sudah selayaknya dia bersikap begitu.
Fira menimbang-nimbang untuk memulai pembicaraan dengan Jeje.
"Saya di minta ibu saya berkerja beberapa hari disini menjadi asisten rumah tangga disini lagi, dan saya berkerja disini sampai ibu dan Nyonya Inan mendapatkan orang, untuk mengantikan saya," ucap Fira memulai pembicaraan dengan Jeje, dan menjelaskan maksud kedatanganya ke apartemen Jeje.
Jeje melihat Fira yang berbicara tanpa berani menatap dirinya, hanya tersenyum.
Jeje mendengarkan dengan seksama setiap ucapan Fira, dia hanya menatap tajam pada Fira.
"Saya sudah tahu soal itu itu, lalu apa yang mau kamu bicarakan?" Jeje menebak bahwa itu bukan hal utama, yang ingin di bicarakan Fira pada dirinya.
"Ada beberapa hal yang saya minta kepada Tuan," ucap Fira memberanikan diri meminta beberapa hal pada Jeje.
"Apa yang akan di mintanya." Jeje hanya bisa menerka apa yang akan di minta oleh Fira.
"Apa yang mau kamu minta?" tanya Jeje penuh selidik.
"Pertama, saya minta untuk tidak menyiapkan baju Tuan selama berkerja disini, dan saya tidak akan masuk ke kamar Tuan, saat tuan berada di dalam kamar. Kedua, saya tidak perlu sarapan pagi bersama dengan Tuan selama bekerja disini." Dengan ragu-ragu Fira mengajukan beberapa permintaan-permintaan itu.
Tujuan Fira adalah agar dia tidak bersinggungan terlalu sering dengan Jeje. Dan untuk menjaga jarak dengan Jeje, selama dirinya berkerja di apartemen Jeje lagi.
Jeje menautkan alisnya, sedikit heran dengan permintaan Fira. Pikiran Jeje menerka-nerka apa tujuan Fira mengajukan permintaan itu padanya. "Apa dia sengaja menghindari ku, lebih baik aku iyakan dulu, dari pada dia memilih berhenti berkerja."
"Baik aku setuju."
"Dia setuju..." batin Fira kaget.
Fira pikir Jeje akan menolak permintaan Fira. Fira mengingat bahwa Jeje adalah orang yang begitu keras kepala, dan suka memaksakan kehendaknya. Tapi kali ini Jeje dengan mudah menyetujui permintaan Fira.
"Tapi aku mau kamu nggak usah menekan bel saat datang kesini, masuk lah langsung ke apartemen ini seperi biasa. Aku malas sekali jika harus membuka pintu," ucap Jeje.
"Baik, Tuan." Fira pun mengiyakan permintaan Jeje.
"Apa hanya itu saja permintaanmu?" tanya Jeje menelisik.
"Iya, Tuan."
Setelah mendengar hanya itu saja yang ingin, Fira bicarakan. Akhirnya Jeje berdiri, dan melangkahkan kakinya menuju kamar, meninggalkan Fira yang masih duduk di sofa ruang tamu.
Fira yang melihat Jeje masuk ke dalam kamar, sedikit bernafas lega, karena Jeje sama sekali tidak menolak permintaannya.
Akhirnya Fira pun ikut berdiri, setelah Jeje meninggalkannya di sofa. Fira melangkahkan kakinya menuju dapur, untuk memasak sarapan pagi untuk Jeje.
Jeje yang masuk ke dalam kamarnya, masih mencerna setiap permintaan Fira. Sebenarnya dia bisa saja menolak semua permintaan Fira, tapi Jeje tidak mau mengambil resiko, jika Fira akan meminta untuk berhenti berkerja. Untuk saat ini dia lebih memilih menerima semua permintaan Fira.
Setelah keputusan yang telah di setujui tadi. Akhirnya Jeje menyiapkan keperluannya sendiri tanpa bantuan Fira. Jeje bersiap untuk ke kantor.
Setelah selesai bersiap, Jeje pun menuju meja makan, di meja makan sudah tersedia sarapan yang sudah di masak oleh Fira.
Jeje melihat Fira yang begitu menyibukkan diri, tanpa menoleh padanya sedikitpun. Akhirnya Jeje sarapan seorang diri di meja makan.
Di meja makan memang terasa sepi saat Jeje harus sarapan sendiri, dan melihat Fira sibuk menghindari dirinya dengan mengerjakan perkerjaanya. Fira nampak tak berhenti berkerja saat Jeje ada di dekatnya.
Fira lebih memilih membersihkan kamar untuk menghindari Jeje yang sedang berada di meja makan.
Setelah selesai sarapan, Jeje masuk kedalam kamar untuk mengambil tasnya. Pada saat Jeje masuk ke kamar untuk mengambil tas, Fira memilih untuk keluar dari kamar Jeje, dan mengerjakan perkerjaan yang lain di luar.
Jeje memperhatikan setiap gerak gerik Fira yang begitu terlihat menghindarinya. Jeje hanya membantin, sampai kapan Fira akan bertahan untuk menghindarinya.
Sampai Jeje berangkat pun, Fira tidak terlalu berinteraksi langsung dengan Jeje. Dan itu membuat canggung keduanya. Tapi mereka menerima semua keputusan yang sudah mereka sepakati bersama di awal kedatangan Fira.
Bagi Fira kebiasaanya yang lama seperti makan bersama dan menyiapkan baju Jeje, sudah menjadi hal mengasikkan untuknya, sejak berkerja di apartemen Jeje. Tapi sekarang dia harus lebih menjaga jarak, untuk kebaikannya juga.
Fira tidak mau mengsalahartikan kebaikan yang sudah di berikan keluarga Jeje padanya dan ibunya. Apalagi sampai menaruh hati pada putra semata wayang mereka. Fira sadar dirinya hanya kalangan bawah yang tak pantas menaruh hati kepada Jeje.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 247 Episodes
Comments
Maulana ya_Rohman
ngebacanya kok nyesek ya thor🤧....
semangat fira✊🏻✊🏻✊🏻✊🏻✊🏻
2022-11-11
0
Megawati
Fira yg bersikap tegas
2022-10-20
0
💫R𝓮𝓪lme🦋💞
Jeje tuh gak kaya gitu loh Fir,,
2022-06-18
0