Pagi ini seperti biasa Fira berangkat ke apartemen Jeje menaiki bus terlebih dahulu.
Ting...tong...
Ting...tong...
Fira menekan bel di apartemen Jeje berkali-kali.
"Ni orang tidur apa mati sih nggak bukain pintu," grutu Fira, padahal Fira sudah menekan bel berkali-kali.
Setelah 15 menit menunggu dan terus menekan bel, akhirnya pintu apartemen terbuka.
Pintu di buka.
"Maaf saya baru bangun," ucap Jeje pertama kali membuka pintu.
"Emang Tuan nggak denger suara bel berkali-kali, saya dah berdiri di luar hampir 15 menit?" ucap Fira kesal mengingat dirinya sudah cukup lama menunggu di luar apartemem.
"Saya lembur semalam jadi ngantuk banget," jelas Jeje.
"Kalau begini kan saya buang waktu Tuan?"
"Lebih buang waktu lagi kamu kebanyakan ngomong, dah sana siapin baju saya, saya mau mandi, oh ya jangan lupa pesan saya kemarin." Jeje tak kalah kesal dengan Fira karena terus berbicara.
"Masih inget aja dia buat nyiapin boxer."
Fira melangkahkan kakinya ke dalam kamar Jeje, dia menyiapkan jas Jeje, dan pesanan boxer yang Jeje minta kemarin.
"Ich...ini pertama kali gue pegang-pegang boxer cowok, kalau suami sih enak nggak disuruh, sih gue mau apalagi sama isinya." Fira terkekeh sendiri dengan ucapannya.
Setelah selesai menyiapkan baju, Fira bergegas memasak, untuk sarapan pagi.
Jeje yang sudah selesai bersiap ke kantor, keluar dari kamar, dan duduk di ruang makan untuk sarapan pagi.
"Kenapa sarapannya satu piring aja, mana sarapan kamu?" tanya Jeje yang melihat hanya ada satu piring di atas meja makan.
"Hah...saya sarapan bareng lagi Tuan." Fira balik bertanya pada Jeje.
Jeje memijat keningnya, dia pikir instruksinya untuk makan bersama di mengerti Fira, tapi ternyata Fira hanya mengartikan untuk sekali saja.
"Denger ya, mulai sekarang kamu sarapan sama saya, saya nggak biasa makan sendiri, jadi kamu siapin dua piring sekalian di meja ini, mengerti Zhafira.....!!!" seru Jeje sedikit kesal.
Fira hanya tersenyum memamerkan giginya, dan seketika menunjukan lesung pipinya yang menghiasi wajahnya, saat dia salah mengerti perintah Jeje kemarin.
"Tambah cantik saat lesung pipinya terlihat."
Fira pun akhirnya sarapan bersama Jeje. Walaupun sedikit cangung, dia mencoba tenang karena ini perintah Jeje.
"Akhir pekan ini kamu ada acara nggak?" tanya Jeje di sela-sela sarapan.
Fira langsung ingat ajakan Adhi kemarin.
"Ada Tuan."
"Batalin..." Perintah Jeje.
"Kok batalin Tuan?, ya nggak bisa dong."
Fira tak terima yang mendengar Jeje memintanya membatalkan.
"Ya udah saya akan telepon ibu kamu, bilang kalau kamu nggak menuruti perintah saya," ancam Jeje saat keinginannya tidak di penuhi Fira.
"Lho kok main ancam Tuan, jangan gitu lah, ya udah iya saya mau." Fira tidak mau ibunya sedih karena membuat masalah dengan majikannya.
Jeje tersenyum penuh kemenangan, atas jawab Fira yang mengiyakan permintaanya.
"Ini." Jeje menyodorkan kertas kecil bertuliskan beberapa digit angka.
"Ini apa Tuan pin atm ya?" tanya Fira polos melihat deretan angka di kertas.
Jeje menahan tawa, mendengar ucapan Fira yang mengira kertas yang Jeje berikan adalah pin atm. "Ini angka kode apartemen, jadi besok-besok kamu tinggal masuk aja, nggak usah nunggu saya buka, dan inget jangan kasih tau orang lain."
"Kalau pin atm nanti kalau kamu dah jadi istri saya, saya kasih." Jeje mengedipkan matanya mengoda Fira, dan berlalu mengambil tasnya di kamar.
Seketika Fira mematung mendapat kedipan mata Jeje. "Astaga....sadar Fira." Fira mengembalikan kesadarannya setelah mendapat godaan dari Jeje.
"Lagian siapa yang mau jadi istrinya." Fira mencebikan bibirnya, mengingat ucapan Jeje.
**
Setelah selesai, seperti biasa Fira berangkat ke kampusnya. Saat hendak masuk ke kelas, dia berpapasan dengan Adhi di depan kelasnya.
" Adhi..." panggil Fira.
"Hai fir.." Adhi menyapa kembali Fira.
Fira membalas dengan senyuman sapaan Adhi
"Oh ya dhi maaf akhir pekan ini aku nggak bisa ikut temenin kamu, karena aku ada kerjaan," jelas Fira memberitahu bahwa dirinya tidak bisa menerima ajakan Adhi.
"Oh ya udah nggak apa, tapi sebagai gantinya kamu ikut aku ke restoran ya abis pulang dari kampus, dan aku nggak menerima penolakan" Adhi terkekeh saat berucap pada Fira.
"Tapi sama Zara juga ya biar rame" sebenarnya alasan saja Fira mengajak Zara, Fira hanya takut Adhi akan mengungkapkan cinta padanya lagi, kalau hanya pergi berdua.
"Ya udah iya..."
Setelah pulang kuliah Fira, Zara dan Adhi berangkat ke restoran. Setelah dengan perdebatan terlebih dahulu, karena Fira harus memilih berangkat ke restoran dengan Zara atau Adhi, akhirnya di putuskan Fira berangkat dengan Zara tapi pulangnya nanti di antar Adhi.
"Kalian pesan aja dulu ya, aku mau ke toilet," pamit Adhi.
Fira dan Zara pun memilih menu, Adhi bukan ketoilet tapi dia pergi mencari kakaknya Daffa.
"Bang..." pangil Adhi.
"Tumben kesini, sama siapa?" tanya Daffa
"Temen Bang," jawab Adhi
"Temen apa pacar?" goda Daffa.
"Masih temen Bang, belum jadi pacar." Adhi terkekeh.
"Adek Abang dah gede ya, dah berani pacaran," goda Daffa.
"Bang, aku dah gede kali dah 24 umur aku," elak Adhi
"Iya..iya...."
" Yang mana calon adik ipar abang?" tanya Daffa mengoda.
"Itu yang pakai baju putih." Adhi menunjuk Fira yang membelakanggi Adhi dan Daffa.
"Nggak kelihatan..." seru Daffa.
"Lain kali Adhi kenalin, tapi jangan sekarang, ntar kalau dah jadi pacar aja." Adhi tersenyum pada kakaknya
"Kayaknya aroma-aroma Abang bakal di langkahin ni," sindir Daffa.
Adhi tertawa. "Kalau sampai iya Abang pelangkahnya jangan mahal-mahal ya, Bang"
Mereka tertawa bersama, Daffa sangat menyayangi adiknya. Semenjak ayahnya meninggal Adhi adalah jadi tanggung jawabnya. Tidak masalah buat Daffa bila adiknya yang aman menikah terlebih dulu.
"Aku kesana dulu ya, Bang."
Daffa mengangguk menjawab pamit Adhi
Fira, Zara dan Adhi makan bersama serta mengobrol dan bercanda.
Setelah makan Adhi mengantar Fira pulang. Didalam perjalanan pulang Adhi menanyakan tentang kehidupan Fira, Adhi ingin lebih mengenal Fira.
"Kamu kerja dimana, fir?" tanya Adhi memecah keheningan didalam mobil.
"Oh aku bantuin majikan ibu untuk sementara, karena belum dapat orang, kerjanya sih pagi doang, jadi sebelum kuliah aku kesana."
Adhi sudah tau ibu Fira berkerja sebagai asisten rumah tangga. Dan Adhi bangga Fira tidak pernah malu mengakuinya.
"Kamu nggak capek abis kerja terus kuliah."
"Nggak lah, biasa aja, bersyukur masih di kasih kesempatan kerja, lumayan buat nambah uang jajan." Fira tertawa.
Inilah yang disuka Adhi, Fira tak pernah mengeluh tentang hidupnya, dia lebih banyak bersyukur.
Akhirnya sampai dirumah Fira, adhi berpamitan dengan Fira.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 247 Episodes
Comments
Maulana ya_Rohman
😌🤦😌😌😌😌😌😌
2022-11-11
0
Sriningsih
Dhlh malah jdi baper sndri akunya😭
2022-09-20
0
Jeng Anna
Sebentar Thor, Fira kan beasiswa yah tp umur 23 thn kok belom lulus, biasanya 3.5 tahun aja sudah lulus klo encerrrrr
2022-08-07
0