"Fir boleh ibu minta tolong," ucap Bu Ani saat memasak makan malam.
Sebenarnya biasanya ibunya tinggal di rumah majikannya. Seminggu sekali ibu di ijinkan buat pulang.
"Tumben basa-basi bu mau minta tolong aja, biasanya main nyuruh aja," ledek Fira sambil mengunyah apel.
"Kamu tu lho sama orang tua juga," kata Bu Ani kesal.
"Jangan marah dong Bu, kan cuma becanda, emang mau minta tolong apa sih?" selidik Fira.
"Tuan Jeje mau pindah ke apartemen, tapi ibu belum dapat orang buat bantu dia bersih bersih di apartemen."
"Terus hubungan sama Fira apa?"
"Ibu mau minta tolong kamu yang bantu bantu disana dulu sementara belum ada orang."
Fira mengerutkan dahinya, mendengar permintaan ibunya.
"Bersih bersih pagi doang fir, kamu juga dah semester akhir kan jadi nggak banyak kelas, lagian cuma sebentar, paling jam sepuluhan dah selesai kamu bisa langsung berangkat ke kampus."
"Berapa lama Bu?"
"Ya sampai dapat orang buat ganti, mungkin paling cepat dua minggu paling lama ya ibu nggak tau." Bu Ani terkekeh.
"Kalau paling lama ibu nggak tau yang ada selamanya dong bu, sekalian aja jadi istrinya," Fira memanyunkan bibirnya.
"Hust..... jangan bilang gitu, itu majikan ibu lho jangan ngimpi tinggi-tinggi jadi istrinya"
"Becanda kali bu, siapa juga yang mau nikah sama dia"
"Mau ya?" pinta Bu Ani.
"Yaudah Fira mau, demi ibu. Kalau orang lain yang minta, Fira nggak mau," terseyum memeluk ibunya.
"Anak pinter..." Bu Ani mengelus rambut Fira.
"Ibu....jangan di elus rambut aku, bau bawang" rajuk Fira," kesal Fira.
"Halah...nanti kalau dah jadi ibu-ibu juga kamu bau bawang," ledek bu Ani.
"Nanti aku pakai minyak wangi lah, biar wangi, biar suami aku nggak cium bau bawang."
"Pacar aja nggak punya ngehayal suami," Bu Ani terkekeh.
"Doain dong bu, biar anak ibu yang cantik ini cepat dapat pacar."
"Ibu ma selalu doain fir, tapi doa tanpa usaha mana bisa."
"Iya nanti Fira cari..."
Fira meninggalkan ibunya, masuk ke kamar. Karena kalau di lanjutin obrolan masalah pacar bisa panjang urusannya.
Fira mengambil ponselnya menghubungi sahabatnya.
"Halo ra," sapa Fira.
"Kenapa fir tumben telepon malam malam"
"Besok kamu nggak usah jemput ya, soalnya disuruh ibu bantu bantu majikannya pindah ke apartemen," jelas Fira.
"Oh gitu emang berapa lama kamu bantuin nya?"
"Nggak tau, soalnya kata ibu belum dapat orang buat disana, jadi aku kalau pagi suruh kesana dulu."
"Oh ya udah nggak apa-apa, lumayan kan dapat duit," ledek Zara.
"Ya pastilah, masak kerja nggak di bayar, kerja bakti dong namanya aku."
Zara tertawa di seberang sana menanggapi ucapan Fira.
"Ya udah ketemu di kampus besok ya, bye ra"
"Bye...."
***
Pagi ini Fira dan ibunya sudah sampai di kediaman Pak Rayhan.
Bu Ani sudah langsung beraksi memasak di dapur dan Fira membantu ibunya.
"Oh ini anak Bu Ani yang mau bantu Jeje?" tanya Bu Inan pada bu Ani.
" Iya Nyonya," jawab Bu Ani sambil mengangguk.
Fira langsung menyalami Bu Inan dan pak Reyhan.
"Kamu cantik banget, sopan lagi," ucap Bu Inan.
"Terimakasih Nyonya." Fira tersenyum.
"Siapa nama kamu?" tanya Bu Inan lagi.
"Fira..."
"Masih kuliah ya?" tanya Bu Inan.
"Ya Nyonya, sudah semester akhir"?
"Bentar lagi lulus ya." Bu Inan tersenyum.
Fira terseyum mengangguk.
"Oh ya fir kamu bisa packing barang barang Jeje di kamarnya, terus abis itu kamu ikut Jeje ke apartemen ya," pinta Bu Inan.
"Baik "
Fira melangkah menuju kamar Jeje yang sudah di beritahu ibunya. Ibunya tidak bisa membantu karena masih membereskan pekerjaannya.
Tok...tok...tok...
Karena tak ada sahutan saat pintu di ketuk, akhirnya Fira masuk.
Cklek....
"Permisi...."
"Kok sepi banget kemana orangnya" pikir Fira dalam hati.
Saat sedang asik clingak-clinguk mencari penghuni kamar, tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka.
Jeje keluar dengan handuk di pinggang.
"Ahh...." Teriak Fira.
Karena kamar Jeje kedap suara, pasti tidak akan ada yang dengar teriakan Fira.
"Aduh mata suci ku sudah di nodai," batin Fira berbalik.
"Siapa kamu?" pekik Jeje marah.
"Maaf Tuan saya anaknya Bu Ani" menjawab dengan posisi membelakangi.
"Tunggu kamu disitu, jangan bergerak dan tutup mata kamu."
"Emang siapa yang mau lihat dia."
Jeje mengambil baju dan memakainya, dan Fira masih diam dengan posisinya.
"Sudah buka mata kamu."
Fira pun membalikan badannya, melihat Jeje sudah memakai kaos dan celana pendek. Fira menelan ludahnya, dia pikir setelah melihat keseksian seorang Jeje dengan dada terbuka akan hilang kalau Jeje sudah pakai baju.
"Ya Tuhan...masih seksi juga dia..."
"Kenapa kamu mau main masuk aja ke kamar saya." Jeje membuyarkan pikiran tentang badan Jeje.
"Maaf...tadi saya sudah ketuk pintu tapi tidak ada sahutan, saya pikir tidak ada orang."
"Harusnya kamu tunggu saja di luar nggak usah main masuk masuk aja." jeje masih geram dengan Fira.
"Maaf Tuan," lirih Fira.
"Ya sudah kamu masukin itu baju saya kedalam koper, terus kamu bawa turun, saya tunggu di bawah."
"Dasar cewek nggak jelas, main masuk ke kamar orang sembarangan, tapi cantik juga anak bu Ani. Aku tidak pernah tau, Bu Ani punya anak secantik ini ."
Jeje turun dan Fira membereskan baju baju Jeje kedalam koper.
"Ich...orang galak amat sih. Padahal ibu bapaknya baik, nyidam apa dulu ibu nya sampai punya anak begitu," grutu Fira.
"Aku harus berapa lama ni nanti kerja sama singa itu, semoga ibu cepat dapat orang, aku bisa mati muda begini caranya."
Akhirnya fira selesai dan membawa koper kebawah. Fira susah payah membawa koper besar turun.
"Ternyata ibu kerja susah ya, aku kurang bersyukur kayaknya kalau masih suka ngambek sama ibu," gumam Fira saat membawa koper.
Jeje sudah menunggu Fira di mobilnya. Fira masih sibuk memasukan koper koper ke dalam bagasi. Lalu Fira masuk ke mobil hendak duduk di belakang.
"Siapa yang suruh kamu duduk disitu, kamu pikir saya supir kamu duduk dibelakang"
"Maaf Tuan."
"Ni orang galak amat sih, nggak bisa ngomong baik kayaknya," gumam Fira seraya keluar mobil dan masuk untuk duduk didepan.
Jeje melajukan mobilnya ke apartemennya, dan sampai di apartemen Fira membawa koper itu sendiri ke apartemen mengekor Jeje di belakang.
Fira masuk ke apartemen Jeje kagum, apartemen dengan desain minimalis, dengan pemandangan kota begitu indah.
"Taruh di kamar kopernya."
Fira masuk ke kamar menaruh koper.
"Huft..." Fira menghela nafas kelelahan.
Fira keluar mencari dapur, rasanya tenggorokanya kering setelah membawa koper besar tadi dari rumah ke apartemen.
"Permisi Tuan, boleh saya minta minum."
"Minum ya tinggal minum aja kenapa harus izin."
"Ntar aku nylonong aja di omelin lagi, dasar singa..."
"Maaf Tuan, Tuan kan yang punya rumah jadi saya harus izin."
Jeje memutar bola matanya malas menjawab.
"Dasar singa...," gumam Fira sambil berjalan menuju dapur untuk minum.
Setelah minum untuk menghilangkan hausnya, Fira menemui Jeje di ruang tamu.
"Maaf Tuan, apa ada yang bisa saya kerjakan lagi?"
"Kamu masuk masukin baju saya ke lemari."
Fira pun masuk ke kamar, dan membereskan baju baju Jeje ke dalam lemari. Sekitar jam sepuluh pekerjaannya belum selesai.
drt...drt..
Ada telepon masuk dari Zara.
"Fir kok kamu belum ke kampus?" tanya Zara dari seberang sana.
"Aku masih di rumah majikan ibu, kayaknya
aku nggak ke kampus hari ini, ini belum selesai beberesnya."
"Oh gitu...gimana majikan kamu ganteng nggak?"
"Ganteng sih tapi galak kayak singa, dari tadi aku di marahin mulu."
"Ha...ha...biasanya kamu yang galak sama cowok, sekarang kamu di galakin, kualat sih kamu."
"Beda lah, aku kan galak sama cowok-cowok kegenitan aja, ini juga aku ngalah karena dia majikan ibu, kalau enggak udah aku lawan."
"Udah dulu ya, aku mau cepet cepet beres ini, dah nggak sabar pulang dari kandang singa."
Belum sempat Fira tutup teleponnya sudah terdengar suara dari arah pintu kamar.
"Dimana kandang singa?" tanya Jeje tiba-tiba.
Fira kanget bukan kepalang mendapati Jeje mendengar dia mengatakan kalau apartemennya kandang singa.
Jeje mendekat kearah Fira, Fira masih mematung tak bisa berkata apa-apa, karena ketahuan mengatakan apartemen Jeje kandang singa. Mulutnya benar benar terkunci rapat tak bisa berkata apa-apa. Saat Jeje mendekat tanpa di sadari Fira mundur menempel di pintu lemari. Tak ada jalan lagi untuk pergi karena tiba-tiba jeje sudah mengunci dengan tangan Jeje.
"Kamu bilang apartemen saya kandang singa?"
Karena sudah terkunci dengan tubuh Jeje, jarak Jeje dan Fira sangat dekat. Saat memberi pertanyaan pun, nafas Jeje berhembus, aroma mint menyeruak dari hembusan nafas Jeje.
"Maaf Tuan," ucap Fira pelan.
Muka Fira sudah memerah antara malu ketahuan dan terpesona oleh ketampanan Jeje.
Jeje hanya terseyum mendapati jawaban Fira.
"Kenapa kamu bilang begitu?" tanya Jeje lagi mendekat ke telinga Fira.
Karena Jeje terlalu dekat Fira langsung mendorong Jeje. "Tolong jaga jarak anda Tuan, jangan mentang-mentang anda majikan terus seenaknya berbicara dekat."
"Ya saya memang mengatakan kalau apartemen anda ini kandang singa, karena anda sudah seperti singa dari tadi marah-marah kepada saya"
"Apa karena anda orang kaya bisa seenaknya marah marah begitu, pada saya padahal saya sudah minta maaf."
"Kalau saya salah anda bisa tegur saya baik baik, bukan bentak bentak seenaknya aja"
Muka Fira benar-benar merah meluapkan kemarahannya dan tak berhenti berbicara.
"Mengemaskan sekali melihatnya marah marah begini."
"Sudah marahnya?, kayaknya yang singa itu kamu," ledek Jeje berlalu cuek meninggalkan Fira
"Achh...." Geram Fira saat Jeje sudah pergi dengan seenaknya saja saat Fira masih marah.
"Tadi dia bilang apa?, aku singa?"
"Tapi aku mengatai dia singa karena marah marah, dan sekarang aku marah marah berarti aku singa dong."
"Ya ...kamu biangnya singa," teriak Jeje masih didepan pintu belum keluar dari kamar.
Seketika Fira malu.
"Ya Tuhan, dia dengar lagi. "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 247 Episodes
Comments
Thata Ojob'e Allyy'exsogo
cerita yang menarik, mudah2an tidak membosankan ya🥰
2023-03-07
0
Maulana ya_Rohman
sekarang hobinya menjailli Fira🤔
2022-11-11
0
Siti Naimah
masak sih si fira cewek kok disuruh seret2 koper besar sih?kalo suruh ngemas2 dan nata baju wajar.
2022-10-26
0