Bab 20 - Galau Tidak Jelas

"Dari mana, Ra?" tanya Lili saat melihat Aura sedang menenggak air minum. Temannya itu begitu sangat kehausan, seperti telah melakukan berlarian saja.

"Keluar sebentar tadi!" jawab Aura.

"Ke mana?" tanya Lili menelisik. Ia ingin tahu.

"Ke sanalah! Aku mau mandi dulu!" Aura pun berlalu pergi. Ia masuk ke kamarnya.

Beberapa waktu kemudian, Aura berbaring sambil menatap ponselnya. Katanya pria itu nanti malam akan meneleponnya. Ini sudah malam, tapi belum meneleponnya.

Apa pria itu hanya berbasa basi saja? padahal sebenarnya tidak mau menghubunginya lagi.

Aura menghentakkan kakinya di ranjang. Merasa kesal dengan perlakuan pria itu. Seharusnya jangan membuatnya baper dong, jika tidak ada kelanjutannya.

'Dasar pria jahat!' dumel Aura. Ingin menghubungi terlebih dahulu, gengsi dong. Ia harus menunggu sampai pria itu yang menghubunginya duluan.

"Aura! Ayo makan malam! Aku masak nasi goreng!" teriak Lili sambil mengetuk pintu kamarnya.

Aura pun bangkit dan tak lupa meraih ponsel, lalu berlari ke dapur.

"Bagaimana?" tanya Lili saat melihat Aura sedang melahap masakannya.

"Hmm... Enak!" jawab Aura sambil mengangguk. Masakan Lili lumayanlah.

"Gimana kerjanya tadi?" tanya Aura. Lili baru mulai bekerja di kantor yang baru hari ini.

"Ya, gitulah." Pekerjaannya seperti biasa. Tapi yang membuat tidak biasa, adanya Robi di sana.

Lili mengingat hari ini, Robi sering sekali melewati tempat kerjanya. Memang tidak menyapanya, hanya tersenyum tipis padanya.

Lili tidak tahu apa Robi memang selalu lewat dari sana atau karena mau melihatnya?

Robi sudah membuat pikiran Lili melayang ke mana-mana.

Aura melihat Lili dengan wajah aneh. Ia bertanya tentang pekerjaan hari ini, tapi temannya setelah menjawabnya tampak senyum-senyum. Seperti ada hal yang sudah terjadi.

"Lili!" Aura memukul lengan sang teman.

"Aura!" Lili kesal. Aura mengagetkannya. Ia lagi melamun memikirkan Robi, malah diganggu.

Setelah selesai makan, Aura melirik ponselnya. Tak ada bunyi dari benda itu. Hening dan tergeletak di meja makan.

"Ra!" panggil Lili. "Kok ngelamun?" tanyanya. Kini Aura yang malah melamun. Seperti ada yang dipikirkannya.

"Nggak! Aku tidak melamun!" geleng Aura cepat.

"Apa kau lagi nunggui telepon dari seseorang ya?" tebak Lili. Dari tadi mata Aura melihat ke ponselnya terus.

Aura melihat ke arah Lili dengan mimik wajah seolah mengatakan kok bisa tahu. Apa begitu kelihatan dia menantikan telepon itu.

"Aura! Ada apa? Ayo cerita!" Lili jadi penasaran. Ekspresi Aura mengiyakan.

"Itu... a-aku dapat kenalan dari aplikasi yang kau download waktu itu." Aura mulai bercerita. Tak ada salahnya cerita dengan Lili.

"Terus?" Lili tampak penasaran.

"Dia mengajakku bertemu-"

"Ok. Kapan? Aku akan menemanimu bertemu dengannya!" sela Lili dengan semangat. Ia dan Aura selalu bersama jika menemui pria kenalan mereka. Itu dilakukan, untuk berjaga-jaga saja.

Aura diam dan melihat Lili. "Kami sudah bertemu."

"Kapan? Kenapa tidak mengajakku? Bagaimana pria itu? Apa dia melakukan hal buruk padamu?" tanya Lili bertubi-tubi. Seharusnya Aura pergi bersamanya, bukan pergi sendirian. Wajah Lili jadi cemas.

Aura menggelengkan kepala. "Ia tidak berbuat buruk padaku."

Aura malu mengatakan pada Lili bahwa ia yang sudah kebaperan dengan perlakuan pria itu. Akan dirahasiakannya saja.

"Jadi?"

"Katanya dia mau meneleponku malam ini. Tapi sampai sekarang dia belum menelepon juga!" ucap Aura melirik jam dinding. Sudah pukul 9 malam.

Mendengar perkataan Aura, Lili jadi tertawa geli. Aura kini baru merasakan posisinya saat itu.

"Mungkin dia sedang sibuk, Ra. Sabar ya!" Lili menepuk bahu temannya.

"Apa dia tidak tertarik padaku ya, Li?" tanya Aura yang jadi uring-uringan tidak jelas.

Sikap pria itu tadi seperti sangat tertarik padanya. Perlakuannya membuat hatinya berdesir. Jadi Baper sendiri. Tapi ternyata pria itu, mungkin cuma iseng saja padanya.

"Apa kau menyukainya?" tanya Lili penasaran. Temannya ini termasuk wanita yang tidak mudah jatuh cinta. Akan membiarkan perasaan muncul seiring berjalannya waktu. Tapi ini... Agak berbeda.

"Tidak!" sanggah Aura. Mana mungkin dia menyukai pria itu saat pertama bertemu.

"Aura!" Lili tidak percaya. Ia sudah lama mengenal Aura. Sering juga menemaninya saat kopi darat.

Sikap Aura biasa dan terkesan cuek saat bertemu pria kenalannya dulu. Tapi yang ini, seperti menunggu. Lili jadi penasaran seperti apa pria itu.

"Aku tidak menyukainya Lili!" Aura tetap menyanggah. "Aku cuma tidak mengerti, untuk apa dia bilang akan meneleponku nanti malam. Kalau itu cuma basa basi!"

Lili terkekeh geli melihat temannya. Aura menyangkal tidak suka pria itu, tapi wajahnya begitu sangat kecewa dan patah hati. Jelas sekali Aura naksir pria itu.

"Ra, coba saja kau yang menelepon dia duluan!" saran Lili. Ia sedikit kasihan melihat temannya itu.

Lili dapat merasakan kegalauan Aura, seperti saat ia pernah menunggu telepon dari Robi. Ia ingin menghubungi Robi tapi ditahan Aura, dengan alasan harus pria itu yang menelepon duluan.

"Tidak bisa!" tolak Aura. Ia tidak mau melakukan hal itu. Bagaiamana pun harus bisa menahan diri, jangan sampai menghubungi pria itu duluan. Biarkan saja si Bara yang menghubunginya.

'Tapi, jika dia tidak menghubungiku bagaimana?'ronta Aura dalam hati. Ternyata beginilah yang dirasakan Lili saat itu. Galau tidak jelas.

"Atau kirim pesan saja, Ra. Bilangnya begini... jadi neleponnya? Soalnya aku sudah mau tidur." Saran Lili kembali. Mungkin bisa memancing seperti itu.

Aura menggeleng. Ia tidak setuju dengan saran Lili. "Biarkan saja, Li. Kalau dia tidak menghubungiku, ya sudahlah!"

Aura tidak mau berharap lagi. Ia membereskan piring dan membawa ke wastafel, lalu mencucinya.

Lili membersihkan meja makan, sambil melihat Aura yang mencuci piring dengan wajah cemberut

Ting...

Dengan tangan masih berbusa, Aura mengambil ponselnya. Hatinya berdebar-debar. Mungkinkah itu pesan dari pria itu.

Aura meletakkan kembali ponsel di meja. Dengan wajah kesal, ia melanjutkan cucian piringnya.

Lili mengulum senyum. Antara lucu dan kasihan. Pasti tadi bukan pesan dari pria itu, melainkan pesan dari operator. Aura sangat menantikan pesan dari pria yang baru ditemuinya itu.

"Ra, kau saja yang hubungi dia!" Lili tetap menyarankan.

"Tidak!"

"Kaliankan sering berkirim pesan selama ini. Tak apalah kau kirim pesan padanya."

"Tidak, Lili! Sudahlah biarkan saja itu!"

Setelah selesai mencuci piring, Aura mengelap tangannya. Lalu menenggak air minum. Cucian piringnya hanya sedikit, tapi rasanya ia sangat capek sekali.

Suara ponsel pun berdering, membuat mata Aura langsung tertuju pada ponselnya tersebut.

Wajah yang tadinya cemberut, kini tampak sudah tersenyum. Lili langsung mengerti pasti itu telepon yang ditunggu temannya itu. Yang membuat Aura galau tidak jelas.

"Sudah, cepat angkat!" ucap Lili dan Aura pun mengangguk.

"Ha-halo..."

.

.

Terpopuler

Comments

sherly

sherly

jd geli liat kelakuan aura... malu tp mau

2024-06-27

0

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

𝑨𝒖𝒓𝒂 𝒈𝒆𝒏𝒈𝒔𝒊 𝑳𝒊𝒍𝒊 🤭🤭🤭

2024-03-19

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Mendadak Janda
2 Bab 2 - Menurut
3 Bab 3 - Janda Kembang
4 Bab 4 - Alasan Perceraian
5 Bab 5 - Menjalani Hidup
6 Bab 6 - Mengajak Teman
7 Bab 7 - Tunggu Saja
8 Bab 8 - Mirip Bara
9 Bab 9 - Menolak Perjodohan
10 Bab 10 - Ada Syarat
11 Bab 11 - Hari Libur
12 Bab 12 - Kenangan
13 Bab 13 - Coba Saja
14 Bab14 - Wanita Asli
15 Bab 15 - Mulai Penasaran
16 Bab 16 - Ingin Bertemu
17 Bab 17 - Deg Deg Deg
18 Bab 18 - Kamu Cantik
19 Bab 19 - Baper
20 Bab 20 - Galau Tidak Jelas
21 Bab 21 - Nakal
22 Bab 22 - Status
23 Bab 23 - Mulai Rindu
24 Bab 24 - Mendadak bertemu
25 Bab 25 - Tidak Tahu
26 Bab 26 - Aku Mencintaimu
27 Bab 27 - Demi Aura
28 Bab 28 - Aku Janda
29 Bab 29 - Ketinggalan
30 Bab 30 - Titisan Ultraman
31 Bab 31 - Bertemu Mantan
32 Bab 32 - Mantan Suami
33 Bab 33 - Tidak Peduli Status
34 Bab 34 - Bersamamu
35 Bab 35 - Sudah Berubah
36 Bab 36 - Nasi Goreng
37 Bab 37 - Hari Itu
38 Bab 38 - Tercipta Untukku
39 Bab 39 - Tidak Setuju
40 Bab 40 - Ayo Kita Menikah!
41 Bab 41 - Aku Hamil
42 Bab 42 - Omongan Dusta
43 Bab 43 - Teman Wanita?
44 Bab 44 - Ingin Kembali
45 Bab 45 - Sangat Menggemaskan
46 Bab 46 - Ingin Tahu
47 Bab 47 - Sikap Bara
48 Bab 48 - Salah Sangka
49 Bab 49 - Tidak Habis Pikir
50 Bab 50 - Aura Harus Tahu
51 Bab 51 - Seorang Janda
52 Bab 52 - Percaya Padaku
53 Bab 53 - Bara Menyebalkan
54 Bab 54 - Lamaran Ulang
55 Bab 55 - Rencana Evan
56 Bab 56 - Restui Kami
57 Bab 57 - Minta Bantuan
58 Bab 58 - Bertemu Evan
59 Bab 59 - Demi Mama
60 Bab 60 - Perdebatan
61 Bab 61 - Ternyata
62 Bab 62 - Deg Deg Deg
63 Bab 63 - Bukan Masalah
64 Bab 64 - Tetap Yakin
65 Bab 65 - Bucin
66 Bab 66 - Ketakutan Aura
67 Bab 67 - Sehari Bersamamu
68 Bab 68 - Pertemuan ke Dua
69 Bab 69 - Begitu Menarik
70 Bab 70 - Omong Kosong
71 Bab 71 - Bikin Kesal
72 Bab 72 - KDRT
73 Bab 73 - Persiapan
74 Bab 74 - Pertemuan Keluarga
75 Bab 75 - Agak Aneh
76 Bab 76 - Mulai Persiapan
77 Bab 77 - Foto Prewed
78 Bab 78 - Rencana Robi
79 Bab 79 - Kenangan
80 Bab 80 - Titipan Aura
81 Bab 81 - Masih Berharap
82 Bab 82 - Dipingit
83 Bab 83 - Memaksa
84 Bab 84 - Perkelahian
85 Bab 85 - Melindungi Aura
86 Bab 86 - Cari Kesempatan
87 Bab 87 - Diam-Diam
88 Bab 88 - Melepaskan
89 Bab 89 - Sah
90 Bab 90 - Perawan
91 Bab 91 - Terima Kasih
92 Bab 92 - Menuruti Istri
93 Bab 93 - Rasa Bahagia
94 Bab 94 - Berkunjung
95 Bab 95 - Menghindar
96 Bab 96 - Super Sabar
97 Bab 97 - Bonchap - 7 Bulan
98 Promo
Episodes

Updated 98 Episodes

1
Bab 1 - Mendadak Janda
2
Bab 2 - Menurut
3
Bab 3 - Janda Kembang
4
Bab 4 - Alasan Perceraian
5
Bab 5 - Menjalani Hidup
6
Bab 6 - Mengajak Teman
7
Bab 7 - Tunggu Saja
8
Bab 8 - Mirip Bara
9
Bab 9 - Menolak Perjodohan
10
Bab 10 - Ada Syarat
11
Bab 11 - Hari Libur
12
Bab 12 - Kenangan
13
Bab 13 - Coba Saja
14
Bab14 - Wanita Asli
15
Bab 15 - Mulai Penasaran
16
Bab 16 - Ingin Bertemu
17
Bab 17 - Deg Deg Deg
18
Bab 18 - Kamu Cantik
19
Bab 19 - Baper
20
Bab 20 - Galau Tidak Jelas
21
Bab 21 - Nakal
22
Bab 22 - Status
23
Bab 23 - Mulai Rindu
24
Bab 24 - Mendadak bertemu
25
Bab 25 - Tidak Tahu
26
Bab 26 - Aku Mencintaimu
27
Bab 27 - Demi Aura
28
Bab 28 - Aku Janda
29
Bab 29 - Ketinggalan
30
Bab 30 - Titisan Ultraman
31
Bab 31 - Bertemu Mantan
32
Bab 32 - Mantan Suami
33
Bab 33 - Tidak Peduli Status
34
Bab 34 - Bersamamu
35
Bab 35 - Sudah Berubah
36
Bab 36 - Nasi Goreng
37
Bab 37 - Hari Itu
38
Bab 38 - Tercipta Untukku
39
Bab 39 - Tidak Setuju
40
Bab 40 - Ayo Kita Menikah!
41
Bab 41 - Aku Hamil
42
Bab 42 - Omongan Dusta
43
Bab 43 - Teman Wanita?
44
Bab 44 - Ingin Kembali
45
Bab 45 - Sangat Menggemaskan
46
Bab 46 - Ingin Tahu
47
Bab 47 - Sikap Bara
48
Bab 48 - Salah Sangka
49
Bab 49 - Tidak Habis Pikir
50
Bab 50 - Aura Harus Tahu
51
Bab 51 - Seorang Janda
52
Bab 52 - Percaya Padaku
53
Bab 53 - Bara Menyebalkan
54
Bab 54 - Lamaran Ulang
55
Bab 55 - Rencana Evan
56
Bab 56 - Restui Kami
57
Bab 57 - Minta Bantuan
58
Bab 58 - Bertemu Evan
59
Bab 59 - Demi Mama
60
Bab 60 - Perdebatan
61
Bab 61 - Ternyata
62
Bab 62 - Deg Deg Deg
63
Bab 63 - Bukan Masalah
64
Bab 64 - Tetap Yakin
65
Bab 65 - Bucin
66
Bab 66 - Ketakutan Aura
67
Bab 67 - Sehari Bersamamu
68
Bab 68 - Pertemuan ke Dua
69
Bab 69 - Begitu Menarik
70
Bab 70 - Omong Kosong
71
Bab 71 - Bikin Kesal
72
Bab 72 - KDRT
73
Bab 73 - Persiapan
74
Bab 74 - Pertemuan Keluarga
75
Bab 75 - Agak Aneh
76
Bab 76 - Mulai Persiapan
77
Bab 77 - Foto Prewed
78
Bab 78 - Rencana Robi
79
Bab 79 - Kenangan
80
Bab 80 - Titipan Aura
81
Bab 81 - Masih Berharap
82
Bab 82 - Dipingit
83
Bab 83 - Memaksa
84
Bab 84 - Perkelahian
85
Bab 85 - Melindungi Aura
86
Bab 86 - Cari Kesempatan
87
Bab 87 - Diam-Diam
88
Bab 88 - Melepaskan
89
Bab 89 - Sah
90
Bab 90 - Perawan
91
Bab 91 - Terima Kasih
92
Bab 92 - Menuruti Istri
93
Bab 93 - Rasa Bahagia
94
Bab 94 - Berkunjung
95
Bab 95 - Menghindar
96
Bab 96 - Super Sabar
97
Bab 97 - Bonchap - 7 Bulan
98
Promo

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!