Sudah hati berdebar-debar ditambah lagi wajah terasa seakan panas, karena tiba-tiba dipuji pria tampan di hadapannya itu.
Aura berusaha bersikap tenang dan jangan sampai salah tingkah. Malu dong jika dipuji begitu, ia sudah baper. Jadi harus menjaga image di depan pria itu.
"Namanya wanita ya cantik, kalau tampan itu pria." Jawab Aura sambil tersenyum tipis. Itulah tanggapan pada pujian tah sedang menggombal dari pria itu.
Bara mengulum senyum mendengar perkataan Aura. Wanita itu jadi membuatnya gemas.
"Tapi kamu memang cantik. Sangat cantik!" Mata Bara menatap Aura dengan berbinar. Bahagia sekali ia bisa bertemu dengan wanita itu.
Aura tak menanggapi dan memilih menghabiskan makanan. Pria itu pintar sekali menjawabnya. Bapernya kan jadi nggak selesai-selesai.
Setelah selesai makan, Bara menawarkan Aura beberapa hidangan penutup.
"Tidak. Aku sudah kenyang!" jawab Aura. Perutnya sudah tidak sanggup diisi lagi.
Bara mengangguk mengerti. Wanita memang begitu. Katanya sudah kenyang, padahal porsi makannya tidaklah banyak. Mungkin sedang diet. Tapi tubuh Aura kurus.
Mereka kembali saling diam. Tak lama bertanya jawab. Lalu kembali berdiam lagi. Waktu kebanyakan dihabiskan dengan diam-diaman.
'Kenapa aku jadi gugup?' Bara melihat wajah Aura. Wajah wanita itu tidak membuatnya bosan. Saat Aura melihat ke arahnya, Bara pun melihat ke arah lain. Mencuri-curi pandang.
"Kita pulang!" Bara melihat arlojinya. Sudah hampir pukul 6 sore. Aura pun mengangguk cepat.
Tak lama di parkiran. "Aku antar kamu ya!"
"Ti-tidak usah. Aku akan naik ojek saja!" tolak Aura.
"Tidak apa. Ini!" Bara memberikan helmnya. Ia tadi pergi mengendarai sepeda motor.
"Nanti ngerepotin. Rumahku jalannya mutar-mutar loh." Ucap Aura beralasan.
"Ya sudah, kita mutar-mutar yang penting sampai rumah." Jawab Bara. Ia sangat ingin mengantar Aura pulang.
Aura pun memakai helmnya dan Bara membantunya. Tatapan matanya sejenak menatap wajah tampan itu.
"A-aku bisa!" Aura pun melakukannya sendiri. Ia membuang wajah seraya menghembuskan nafas pelan. Lagi-lagi terpana padanya.
Bara jadi tersenyum. Saat akan naik ke sepeda motor, ia berbalik dan melihat Aura.
"Ke-kenapa?" tanya Aura bingung. Pria itu kembali melihatnya.
"Kenapa kamu pakai baju seperti itu?" tanya Bara seraya melepaskan jaket yang dipakainya. Aura memakai kaos berlengan pendek.
"Apa kamu tidak kedinginan?" Bara pun memakaikan jaket di tubuh wanita kenalannya itu.
Ser... Ser... Ser
Aura tidak kedinginan, tapi mendadak menghangat karena perlakuan pria itu. Perasaannya terus berdesir.
"Sudah dikancing itu!" ucap Bara setelah memakaikan jaket itu. Ia tidak mungkin mengancingnya. Jika nanti tidak sengaja mengenai sesuatu yang kenyal, ia bisa dianggap pria mesum yang kurang ajar.
Bara mulai tertarik dengan Aura. Jadi sedang mencari perhatian dan tidak boleh ada salah paham. Nanti wanita itu bisa menjauh darinya.
"Hah, I-iya!" Aura pun mengancingkannya, sambil menggerutu dalam hati. Karena keseringan terpana pada pria di hadapannya.
"Ayo!" Bara pun naik ke sepeda motornya.
Aura membuang nafasnya terlebih dahulu, baru naik ke sepeda motor itu.
'Kenapa duduknya begitu jauh?' batin Bara melihat Aura dari spionnya. Sengaja mengarahkan spion itu ke orang yang dibonceng.
"Sudah?" tanya Bara memastikan. Apa Aura sudah duduk tenang diboncengan?
"Iya." Jawab Aura. Ia sengaja duduk berjarak. Tak mau terlalu menempel dengan pria itu.
Di perjalanan, Bara mengajak bicara. Dan Aura...
"Hah... Apa?"
"Apa yang ketinggalan?"
"Apa? Satu tambah satu?" Aura berucap cukup keras.
Bara menghembuskan nafas panjang. Ia bilang apa, Aura tah jawab apa. Bagaimana bisa bicara nyambung, jika duduk mereka saja berjauhan begini.
"Nanti setelah lampu merah belok kiri!" ucap Aura kini memberitahu arah ke rumahnya.
"Apa?" tanya Bara. Ia akan mengerjai Aura.
"Setelah lampu mereka belok kiri!" Aura menaikkan nada bicaranya.
"Hah, Apa? Aku nggak dengar!" ucap Bara sambil mengulum senyum. Ia melirik Aura dari spion. Wanita itu seperti sedang mendumel dalam hati.
Aura pun jadi terpaksa mendekat. "Nanti setelah lampu merah belok kiri!"
Bara jadi geli saat hembusan nafas Aura mengenai telinganya. Suara lembut itu terasa menyejukkan.
"Oh, belok kiri. Karena banyak kenderaan, jadi kurang dengar kamu tadi bicara apa!" alasan Bara.
Kini Aura tidak duduk sampai ke ujung, hanya duduk dengan berjarak sedikit. Agar pria itu mendengar apa yang dikatakannya. Biar mereka tidak mutar-mutar.
"Sudah sampai. Berhenti di sini saja!" ucap Aura saat sampai di depan rumah orang. Sengaja berhenti di sana.
"Ini rumah kamu?" tanya Bara setelah menepikan motornya, ia menunjuk rumah itu.
Aura menggeleng. "Rumahku agak ke sana! Yang warna biru itu!" tunjuknya pada rumah orang. Tah rumah siapa, ia juga tidak tahu.
"Kenapa turun di sini? Biar aku antar saja sampai rumah." tawar Bara.
Aura menolak cepat. "Tidak usah! Di sini saja! Kost-an ku khusus wanita, pria tidak boleh masuk. Jadi sudah sampai sini saja mengantarnya. Terima kasih!" Ia berkata panjang lebar.
"Oh, Baiklah." Bara mengerti.
Wanita itu mengangguk. Bara menatapnya sejenak. Keduanya saling bertatapan. Dan Aura yang memutuskan tatapan itu.
"Ya, sudah. Aku pulang dulu!" ucap Bara kemudian.
"I-iya, hati-hati di jalan. Oh, ini helmnya!" Aura pun dengan cepat melepas helm dan memberikan pada Bara. Jangan sampai kelupaan.
"Pelan-pelan saja!" ucap Bara sambil merapikan rambut wanita itu yang agak berantakan.
Deg... Deg... Deg...
Hati Aura berdebar tidak menentu. Perlakuan pria itu membuatnya lemah. Hatinya lama-lama bisa meleleh juga kalau begini ceritanya. Pria bernama Bara itu sangat meresahkan.
"Sudah rapi dan makin cantik!" puji Bara dengan tulus.
"Sudah sana pulang!" Ucap Aura kemudian. Ia merasa wajahnya makin memanas.
"Aku pulang. Nanti malam aku akan meneleponmu!" ucap Bara kembali.
Aura mengangguk pelan. Ia melihat pria itu naik ke motor. Bara tersenyum sesaat padanya dan berlalu pergi.
"Huft..."
Begitu sepeda motor Bara tidak terlihat lagi, Aura menghela nafas berkali-kali. Memegangi wajahnya yang sudah panas. Baru kali ini, ia merasakan hal seperti ini pada pria yang baru bertemu.
Biasanya Aura bersikap biasa dan sewajarnya saja. Tapi dengan pria bernama Bara itu, ia tidak bisa biasa. Hatinya tidak bisa diajak kompromi.
'Apa aku tertarik padanya?' batin Aura. Tatapan pria itu tidak baik untuk hatinya.
Aura pun berjalan lalu memasuki gang. Lalu berjalan lagi melewati rumah orang. Berjalan lagi melewati gang tikus. Masuk ke gang lagi, lalu ke jalan besar. Kemudian masuk ke gang, gang, gang dan gang. Dan sampailah ia di rumahnya.
Tadi Aura memang sengaja meminta turun agak jauh dari rumahnya. Ia tidak mau pria itu mengantarnya sampai rumah.
'Huh... Sampai juga di rumah!' Aura kelelahan. Cukup jauh ia berjalan.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Tiur Lina
gang nya ada 5 🤣🤣
2024-10-11
0
Heryta Herman
masuk gang kluar gang,terus begitu..akhir kecapekan...
2024-08-08
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝑨𝒖𝒓𝒂 𝑩𝒂𝒓𝒂 𝒃𝒌𝒏 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒋𝒂𝒉𝒂𝒕 𝒌𝒐𝒌
2024-03-19
2