Di sebuah ruangan, seorang pria berdiri gagah sambil terus bicara. Suasana di ruangan itu terasa mencekam, pasalnya pria pemimpin rapat tersebut menunjukkan wajah yang sangat menyeramkan sekali. Sorot matanya juga sangat tajam setajam silet.
Setelah beberapa saat rapat pun berakhir, orang-orang pun bernafas lega. Pria itu sudah langsung melangkah keluar dan berjalan dengan cepat menuju ruangannya.
"Pak Bara, tunggu!" ucap asistennya yang mengikutinya dari belakang. Langkah pria itu sangat lebar sekali, ia jadi ketinggalan.
"Banyak pekerjaan yang harus segera aku selesaikan, Bi!" Jawab Bara saat masuk ke dalam lift. Ia akan menuju ruangannya di lantai 10.
Di dalam lift Robi hanya bisa menghela nafas. Beberapa tahun ini Bara sangat berbeda.
Temannya itu setelah ditinggal menikah, menjadi pria penggila kerja. Waktunya hanya digunakan untuk bekerja dan bekerja. Paling pulang ke rumah hanya untuk numpang tidur saja.
Robi menghembuskan nafas pelan, lihat saja begitu sampai ke ruangannya. Bara langsung memeriksa berkas yang menumpuk di meja. Melanjutkan pekerjaan seakan sedang dikejar waktu. Setidaknya istirahatlah sebentar untuk bernafas saja.
Robi memilih duduk di sofa saja, menyandarkan tubuhnya di sana. Tidak peduli Bara yang sudah melanjutkan bekerja. Ia mulai merasa letih. Hari ini sangat sibuk sekali.
Bara melirik sang teman yang merangkap sebagai asistennya itu yang sedang menekan-nekan ponsel. Robi terlihat senyum-senyum pada benda pipih tersebut. Tah apa yang menarik di sana.
Tok... tok... tok...
"Masuk." Jawab Bara pada orang yang mengetuk pintu ruangannya.
"Kalian belum pulang?" Tanya pria yang masuk. Ia melihat arloji yang sudah menunjukkan pukul 5 sore. Ia sengaja mampir ke kantornya Bara setelah dari kantornya.
Robi juga melihat arlojinya yang ternyata sudah menunjukkan pukul 5 sore. Ia menepuk jidatnya, mengira saat ini masih jam kantor. Nyatanya sudah berakhir sejam yang lalu.
"Belum, Van. Masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Kami akan lembur!" Jawab Bara dengan mata yang kini fokus pada berkas.
Robi membuang nafasnya dengan kasar. Setiap hari mereka selalu bekerja hingga pukul 7 malam. Selalu pulang ketika matahari sudah berganti bulan. Ketika dunia sudah gelap.
Selama 5 tahun ini, Robi tidak pernah melihat langit sore.
"Pak Bara, hari ini aku izin pulang cepat." Ucap Robi meminta izin.
"Mau ke mana kau?" Tanya Bara melihat temannya itu. Robi tidak sakit, ia tampak baik-baik saja.
"Aku ada urusan."
"Urusan apa?" Tanya Evan ikut nimbrung.
"Aku ada janji."
"Janji? Kau sudah punya kekasih?" Tanya Evan kembali. Selama ini yang ia tahu kedua temannya itu tidak punya waktu untuk menjalin hubungan. Ya, karena kesibukan mereka di kantor.
"Belum. Tapi aku kan harus sudah memiliki kekasih. Usiaku sudah tidak muda lagi. Aku harus segera menikah!" Jelas Robi. Selama 5 tahun jadi asistennya Bara, ia terus menyandang status jomblo. Jadi tidak mau selamanya begini.
"Memang ada yang mau denganmu?" Tanya Bara yang kini melihat ke arah temannya. Ia juga baru sadar, jika selama ini hanya sibuk dengan pekerjaan. Ini sudah 5 tahun semenjak sang mantan menikah.
Untuk melampiaskan sakit hati dan rasa kecewanya, Bara menjadi penggila kerja. Setiap hari pulang saat gelap.
"Aku mau bertemu kenalanku dari aplikasi." Ucap Robi kembali. Keduanya adalah temannya. Jadi ia akan bercerita.
"Baru mau ketemu?" Tanya Evan kembali.
Robi mengangguk. "Selama ini kami hanya teleponan dan berkirim pesan saja. Aku merasa nyaman mengobrol dengannya, jadi ingin bertemu dia." Ucap Robi sambil tersenyum.
"Nanti begitu bertemu kau kecewa!" Ucap Bara. Bisanya Robi merasa nyaman seperti itu pada wanita yang belum pernah ditemuinya.
"Benar, Bi. Zaman sekarang banyak wanita pakai-pakai filter gitu atau nanti wajah di foto sama aslinya beda. Karena selama ini memakai foto orang." Ucap Evan mengingatkan. Banyak kasus seperti itu sekarang.
"Tidak, kami sering bervideo call kok. Wajahnya asli. Dia cantik." Ucap Robi mengingat wajah wanita yang sering bervideo call dengannya.
"Oh ya?" Ledek Bara dan Evan bersamaan. Robi bisa-bisanya kasmaran dengan kenakan dunia mayanya.
"Nanti kau zonk, Bi!" Ledek Bara tersenyum mengejek.
Robi mendengus, keduanya malah meledeknya. Bukannya mendukung. Ia jadi menyesal setelah menceritakan pada mereka berdua.
"Makanya aku mau temui dia. Memastikan! Kalian mau ikut temani aku?" ajak Robi. Akan terasa canggung juga jika menemui wanita sendirian. Mana selama 5 tahun ini, ia tidak pernah dekat dengan wanita. Lantaran mengikuti Bara yang bekerja untuk melupakan mantan.
Kedua temannya itu menggeleng cepat. Mereka menolak.
"Katanya dia bawa temannya. Masa aku sendirian ketemu mereka." Robi mencari kawan.
Tetap juga Bara dan Evan menggeleng.
"Bar, ayolah!" Ajak Robi. Bara sama dengannya sedang jomblo juga.
"Pergilah! Aku banyak pekerjaan, Bi!" Bara pun menolak. Ia tidak punya waktu menemani Robi bertemu wanita kenalannya itu. Lebih baik memilih menyelesaikan pekerjaannya, dari pada berurusan dengan wanita lagi.
"Ayo, Van!" ajak Robi pada temannya yang satu lagi. Bara menolak kini harapannya hanya dengan Evan saja.
"Aduh... maaf, Bi. Aku nggak bisa!" Tolak Evan juga.
"Kau mau ke mana? Kau kan baru putus juga. Temani aku, mana tahu kau cocok dengan temannya itu. Jadi kita bisa ngedate bareng!" Bujuk Robi kembali. Ia harus punya teman untuk menemui wanita itu. Mana wanita kenalannya itu bawa kawan lagi.
"Aku ada urusan! Kau pergi saja sendiri!" tolak Evan. Ia sedang malas berurusan dengan wanita. Setelah perceraian dengan Aura, kisah cintanya tidak berjalan mulus. Bahkan sampai sekarang ia belum menikah lagi.
Robi kesal. Kedua temannya itu sibuk tak menentu. Menemaninya sebentar saja tidak mau.
"Sudahlah, kau temui saja sendiri! Semoga sukses!" Timpal Bara mendukung temannya itu.
"Semoga memang wanita yang kau temui!" sambung Bara masih sempat meledek temannya itu. Pasti temannya itu akan zonk.
Evan jadi tertawa. Benar juga yang dikatakan Bara. Bisa jadi selama ini kenalan Robi itu wanita jadi-jadian.
"Kalian ini!" Robi kesal. Kedua temannya itu sudah tidak mau menemaninya, malah mengatakan hal yang tidak-tidak.
"Aku pulang!" Robi pun keluar. Ia tidak mau mendengar ledekan kedua temannya lagi. Ia akan menemui wanita itu. Dan nanti akan ditunjukkan pada keduanya, jika wanita kenalannya itu wanita asli.
"Ngambek dia!" Evan menggeleng melihat Robi yang sudah pergi.
"Biarkan saja! Nanti malam kita dengar cerita dia!" ucap Bara lalu kembali pada pekerjaannya lagi.
"Bar, aku pulang." ucap Evan.
"Kau mau menyusul Robi?" tanyanya.
"Tidak. Aku mau pulang ke rumah. Ngapain aku di sini? Temani kau lembur? Ogah lah!" Evan mau istirahat di rumah saja.
"Aku pergi!" Evan pun melangkah pergi.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒃𝒆𝒓𝒂𝒓𝒕𝒊 𝒚𝒈 𝒌𝒆𝒕𝒆𝒎𝒖 𝑳𝒊𝒍𝒊 𝒊𝒕𝒖 𝑹𝒐𝒃𝒊 𝒅𝒐𝒏𝒌 𝒔𝒂𝒉𝒂𝒃𝒂𝒕 𝑬𝒗𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝑩𝒂𝒓𝒂
2024-03-19
1