"Aku... Robi." Ucap pria itu memperkenalkan diri.
Robi mempersilahkan kedua wanita itu untuk duduk. Keduanya kini duduk di hadapannya.
"Ka-kalian naik apa tadi?" Tanya Robi yang jadi gugup dan grogi berhadapan dengan 2 wanita.
"Tadi kami naik taksi online." Jawab Lili sambil tersenyum.
Robi pun mengangguk. Mereka saling diam. Tak ada lagi yang bersuara.
Robi mengdumel dalam hati, jika saja salah satu dari kedua temannya itu ikut. Pasti ia tidak akan secanggung ini.
"Ki-kita makan dulu ya. Kalian mau pesan apa?" Robi menyodorkan buku menu.
"Terima kasih." Jawab Lili malu.
Aura melihat interaksi kedua orang itu. Lili dan pria kenalannya itu sama-sama canggung.
"Ra, kau mau makan apa?" Tanya Lili sambil meremas tangan Aura yang ada di bawah meja.
Aura jadi menggeleng. Temannya itu malah gugup, mana tangannya dingin lagi.
"Aku jus pokat saja." Ucap Aura. Ia hanya memesan minuman.
Robi mengangguk. "Li-Lili mau pesan apa?" Tanya Robi gugup. Ia menatap wanita itu sejenak.
'Cantik banget sih!' Puji Robi dalam hatinya. Wanita kenalannya wanita asli, bukan jadi-jadian seperti yang dikatakan kedua temannya itu.
"I-itu... sa-samakan saja sama Aura." Lili jadi menjawab dengan gugup. Tatapan mata pria itu sangat meresahkan.
"Hanya minuman. Kalian tidak pesan makanan?" Tanya Robi. Ini sudah masuk jam makan malam.
"Kami sedang diet." Aura pun yang menjawab.
"Diet?" Robi berwajah bingung. Kedua wanita itu kurus. Apa yang mau didietkan?
"Tubuhku mudah gemuk jika banyak makan." Jawab Lili.
"Walau gemuk, kamu tetap cantik kok." Ucap Robi. Ia lalu meruntuki ucapan yang keluar begitu saja dari mulutnya. Malah menggombal pula.
Lili jadi malu dan wajahnya mulai merona. Robi mengatakan dirinya cantik. Tangannya pun mencubiti paha Aura.
Aura meringis pelan. Lili dipuji begitu saja malah baper.
"Lili sakit!" Bisik Aura seraya menjauhkan tangan Lili dari pahanya.
"Maaf." Balas Lili berbisik juga. Ia terlalu grogi dan jadinya salah tingkah.
Pesanan mereka pun datang. Pesanannya minuman semua. Karena kedua wanita itu memesan minuman, Robi jadi ikut menyamakan. Padahal ia sangat lapar. Sengaja tadi tidak makan, agar bisa dinner dengan Lili.
Mereka pun mulai saling mengobrol. Obrolan yang lebih mirip seperti tanya jawab. Lalu lebih banyak diamnya dari pada bicaranya.
Hari sudah mulai malam, mereka akan pulang.
"A-aku antar saja." Tawar Robi setelah keluar dari kafe. Akan bahaya jika wanita masih di jalan malam-malam begini.
"Tidak usah. Kami naik taksi saja." Ucap Aura menolak. Dan Lili ikut mengangguk, setuju pada ucapan temannya.
"Aku akan mengantar kalian sampai depan rumah. Hari sudah malam, banyak begal berkeliaran." Robi tidak mau kedua wanita itu kenapa-kenapa. Terutama Lili.
"Baiklah. Ayo, Ra." Lili pun menurut.
Robi tersenyum senang. Ia pun membukakan pintu mobil untuk Lili. Dan perlakuan itu membuat Lili jadi berdebar.
Aura membuka pintu belakang, ia duduk di belakang dua orang itu.
Selama perjalanan, tak ada obrolan. Robi pun memutar lagu romantis, agar suasana tidak terasa sepi.
Tak lama, Robi menepikan mobilnya di depan rumah kontrakan kedua wanita itu.
"Kalian tinggal di sini?" Tanya Robi. Ia juga ikut turun.
"I-iya. Ma-mau mampir?" Lili berbasa basi menawarkan.
"Lain kali saja. Ini sudah malam. Aku pulang." Robi pun berpamitan.
"Hati-hati di jalan." Ucap Lili kembali. Rasanya tidak rela pria itu pergi.
"Nanti aku akan meneleponmu." Ucap Robi menatap Lili sejenak.
"Iya. Aku tunggu!" Lili menganggukkan kepala. Senang sekali rasanya.
Robi mengangguk pada Aura, tanda berpamitan pulang. Aura pun membalas dengan anggukan kecil.
Lili melambaikan tangan, mobil pria itu telah pergi.
"Aura!" Lili kini memeluk lengan temannya itu. Ia senang sekali bertemu dengan Robi. Pria itu baik dan sangat sopan.
"Aura bagaimana ini? Sepertinya aku menyukainya! Hatiku berdebar-debar! Peganglah ini!" Lili akan mengarahkan tangan Aura ke dadanya.
"Lili! Apaan sih?!" Ucap Aura merasa risih. Ia menjauhkan tangannya dan melangkah masuk ke dalam rumah.
"Aura... bagaimana menurutmu si Robi?" Tanya Lili. Ingin tahu bagaimana tanggapan temannya. Menurutnya pria baik, tapi nggak tahu menurut Aura.
"Baik sih." Itu yang dilihat Aura. Ia jelas melihat jika pria itu menyukai temannya. Sikap Robi juga sangat sopan.
"Aku akan kirim pesan dengannya. Dia sudah sampai mana ya." Lili meraih ponselnya, tapi segera ditahan Aura.
"Jangan! Biarkan saja dia yang menghubungimu duluan!"
"Kenapa?" Lili terlihat bingung. Aura melarangnya.
"Kalian kan baru ketemu. Jadi biarkan dia yang menghubungimu terlebih dahulu. Kalau dia menghubungimu, tandanya ia tertarik padamu!" Jelas Aura.
"Terus kalau tidak?" tanya Lili.
"Ya sudah lupakan dia!" jawab Aura.
"Aura!" Lili menggeleng tidak terima. Jika Robi tidak menghubunginya duluan bagaimana.
"Lili, tunggu sampai dia duluan yang menghubungimu! Kita perempuan loh. Kalau kau menghubunginya duluan, berarti kau yang ngebet kali sama dia. Sedang dia, kita kan nggak tahu." Jelas Aura agar Lili mengerti.
"Tapi, Ra-"
"Sudahlah... kau tunggu saja! Awas kalau kau menghubunginya duluan! Aku tidak mau berteman denganmu lagi!" ancam Aura dengan menunjukkan wajah sinis.
Lili mendengus, Aura mengancamnya seperti itu. Jika Aura tidak mau berteman dengannya, siapa lagi temannya. Cuma Aura lah satu-satunya temannya. Teman yang ada dalam suka dan duka. Saat ia dulu sedang tidak bekerja, Aura tetap bersamanya. Aura tidak ada perhitungan dan tetap mendukungnya agar semangat menjalani kehidupan ini.
Lili terpaksa jadi menurut. Di mana lagi ia bisa bertemu dengan teman seperti Aura.
Aura masuk ke kamarnya. Ia akan membersihkan diri dan tidur. Besok akan kembali bekerja.
"Kau ngapain ke kamarku?" Tanya Aura yang diekori Lili.
"Aku hubungi dia ya, Ra?" Lili menunjukkan wajah memelas minta dikasihani.
Aura malah membalas dengan menunjukkan muka sinisnya, seolah mengatakan coba saja kalau berani!!!
"Iya-iya! aku akan tunggu!" Lili tidak akan berdebat dengan Aura. Ia masuk ke kamar sang teman dan berbaring di ranjangnya.
Aura masuk ke kamar mandi, tubuhnya terasa lengket. Lalu tak lama kemudian, ia sudah keluar sudah selesai mandi. Dilihatnya Lili yang malah sudah terlelap tidur di ranjangnya.
Suara deringan ponsel membuat Lili seketika bangun dan meraihnya. Matanya mendelik melihat penelepon. Orang yang sudah ditunggu-tunggunya. Akhirnya menelepon juga.
"Ra, dia meneleponku!" Lili memberitahu.
"Ya sudah, angkatlah!" ucap Aura. Mau apa lagi memangnya. Dari tadi itu yang ditunggu-tunggu Lili.
Aura menggelengkan kepala melihat kelakuan temannya satu itu. Berolah raga muka dan cek suara terlebih dahulu, baru menjawab telepon.
'Lili-Lili... dasar lebay!'
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒏𝒈𝒂𝒌𝒂𝒌 𝒍𝒊𝒂𝒕 𝒕𝒊𝒏𝒈𝒌𝒂𝒉 𝑳𝒊𝒍𝒊 😂😂😂
2024-03-19
2
JandaQueen
lucu tingkahnya lili... smangaat kak otor
2024-01-30
0
JandaQueen
🤣🤣
2024-01-30
0