"Hah... Maksudnya?" tanya Aura bingung. Apa maksud perkataan pria kenalannya itu.
"Hah, tadi aku memastikan saja. Ku pikir kamu bukan wanita!" jelas Bara seraya tertawa canggung. Ia malah menjawab seperti itu.
"Oh." Aura tidak tahu mau menanggapi apa. Jadi menjawab hanya begitu.
"Salam kenal ya." Ucap Bara kembali. Ia bingung mau mengobrol apa.
"Salam kenal juga." Jawab Aura.
"Sudah malam ternyata. Selamat malam." Ucap Bara akan mengakhiri percakapan mereka.
"Iya. Selamat malam juga." Jawab Aura. Sepertinya pria itu memang benar ingin memastikannya. Percakapan mereka pun seadanya.
Aura mengakhiri panggilan telepon tersebut. Ia pun melihat ponselnya. Pembicaraan mereka tidak sampai satu menit.
Sementara Bara di kamarnya tampak berpikir. Pembicaraannya begitu singkat dan seperti benar-benar ia ingin memastikannya wanita itu.
'Suaranya lembut.' Batin Bara.
Pagi menjelang Aura bersiap ke kantor. Ia membuka pintu kamar Lili. Terlihat temannya itu masih bergumul dengan selimut.
Lili sudah tidak bekerja lagi di kantor yang sama dengannya. Kini tinggal dia yang bekerja untuk menghabiskan sisa kontraknya itu.
"Li, aku pergi! Jangan lupa bangun, aku sudah membuatkanmu sarapan!" ucap Aura yang dibalas dengan suara dengkuran. Lili kalau sudah tidur seperti mayat.
Aura meraih ponsel dan memesan ojek. Ia lalu menenggak teh hangat hingga habis di atas meja.
Ting... Ia meraih ponsel di tasnya.
Bara: selamat pagi
Mata Aura menatap ponselnya. Sudah lama tidak ada yang mengucapkan selamat pagi padanya. Hal itu membuat perasaannya jadi sedikit berdesir.
'Astaga Aura!!! Plis dong, jangan baper!' Aura meruntuki dirinya sendiri yang berpikiran lebih oleh 2 kata itu.
Mungkin saja pria itu bukan hanya mengirimkan pesan ucapan selamat pagi padanya saja. Pasti dikirim ke beberapa wanita.
Seharusnya Aura bersikap sewajarnya saja. Ia merasa terlalu mudah baperan.
Tin...
Suara klakson menyadarkannya. Aura pun menyimpan ponselnya, tidak membalas pesan tesebut.
Dengan setengah berlari ia keluar rumah, tak lupa mengunci pintu. Dan naik ke sepeda motor kang ojek.
"Ayo, Bang! Kita meluncur!"
"Siap, Neng!"
Tak lama Aura telah sampai di kantor. Ia berada di meja kerjanya dan mengeluarkan ponselnya. Hendak menelepon Lili, temannya itu sudah bangun atau belum.
'Ada pesan lagi!' Aura melihat notifikasi di aplikasi itu.
Aura mengabaikan sejenak, ia menelepon Lili saja. Sekali... Dua kali... Sampai 3 kali... Panggilan Aura tidak terjawab. Lili benar-benar tidur seperti mayat.
Mata Aura melirik ke pesan itu. Ia pun membacanya.
Bara: sudah sarapan?
Bara: jangan lupa sarapan.
Aura mencibir isi pesannya. Pesan yang seakan penuh perhatian.
'Aku balas apa?'
Di ruangannya Bara melihat ponselnya. Ia sudah mengirim pesan sesuai trik yang didapatnya dari internet. Tapi belum ada balasan juga.
'Apa dia sibuk?'
Tok... Tok... Tok...
"Masuk!" jawabnya. Bara meletakkan ponselnya di atas meja. Ia melihat siapa yang datang.
"Selamat pagi, Pak Bara. Apa anda sudah sarapan?" tanya Robi dengan senyum melebar.
"Anda mau sarapan apa biar saya pesankan? Mau sekalian ngeteh atau minum kopi pakai gorengan?" Robi menawarkan kembali.
Bara melihat aneh ke arah pria itu. Seperti ada maksud yang lain.
"Tidak usah berbasa basi, ada apa?" tanya Bara kemudian.
Robi menyengir. Bara tahu saja maksudnya.
"Aku ingin memasukkan temanku untuk bekerja di sini." Ucap Robi akan maksudnya.
"Pacarmu?" tebak Bara. Robi tidak punya teman selain ia dan Evan.
"Hehe... Iya. Dia baru saja berhenti bekerja."
Bara menatap Robi sejenak. "Apa dia yang memintanya?"
Robi segera menggeleng. "Dia hanya bercerita padaku saja. Aku yang ingin membantu mencarikan pekerjaan untuknya."
"Mungkin saja pacarmu sedang memanfaatkanmu!" tekan Bara. Wanita zaman sekarang. Tidak bisa dipercaya.
"Lili tidak seperti itu!" Robi tidak terima perkataan Bara pada kekasihnya. Bara tidak tahu apapun, malah menuduh sembarangan.
"Aku yang ingin mencarikan pekerjaan untuknya, bahkan aku belum ada mengatakan tentang ini padanya. Karena takut mengecewakannya, jika kau tidak mau menerimanya!" jelas Robi akan maksudnya.
Bara melihat Robi yang kelihatan begitu mencintai wanita itu. Jika wanita itu menyakiti, pasti temannya itu akan patah hati.
"Bar, tolong terima dia ya!" mohon Robi. Ia memakai jalur koneksi dari Bara. Agar kekasihnya itu mudah diterima dan tidak mengikuti interview lagi.
Bara menghembuskan nafasnya dengan kasar. "Baiklah! Kau atur saja!"
Mendengar itu Robi sangat bahagia sekali. Ia akan sekantor dengan Lili. Tiap hari bertemu dengan sang kekasih.
Robi meraih ponsel dan akan menghubungi Lili. Memberikan kabar gembira padanya.
"Halo... ayang..." ucap Robi sambil berjalan keluar ruangan.
Bara menggeleng melihat Robi. 'Norak!' panggilan Robi itu terasa menggelikan untuk didengar.
Setelah Robi pergi, Bara melihat ponselnya. Pesannya belum dibalas. Ia ingin menelepon, tapi menundanya.
'Akan ku telepon saat makan siang saja!'
Bara akan menyelesaikan pekerjaannya yang bertumpuk-tumpuk terlebih dahulu. Baru menelepon wanita itu. Ia mulai ingin mengenalnya.
\=\=\=\=\=\=
Saat jam makan siang, Aura berada di kantin dengan rekan kerja lainnya. Ia telah selesai makan.
Ponselnya berdering, ia meraihnya. Tertera nama pria itu yang memanggil.
"Ha-halo..." jawab Aura setelah meletakkan ponsel di telinganya.
"Halo juga." Jawab pria itu dari sana. "Kamu di mana ramai sekali?"
Bara mendengar suara berisik dari seberang sana.
"Lagi di kantin. Lagi jam makan siang." Jawab Aura apa adanya.
"Oh, apa aku mengganggumu?" tanya Bara kembali. Mungkin ia menelepon di saat yang tidak tepat.
"Tidak. Aku sudah selesai makan."
Dari sana Bara mengangguk pelan. Aura pun di sini menunggu apa lagi pertanyaan pria itu.
Tik... Tik... Tik... Tak ada obrolan lagi, mendadak hening.
"Ke-kenapa tidak membalas pesanku?" tanya Bara melanjutkan setelah lama saling diam. Ingin tahu kenapa pesannya belum dibalas. Mungkin diabaikan atau memang belum melihatnya.
"A-a-ku belum sempat membuka ponsel. Tadi kerjaan sangat banyak." Jawab Aura mulai gugup. Ia bukan belum sempat, cuma tidak mau membalasnya. Pesan itu sedikit mengganggu pikirannya.
"Kamu bekerja di mana?" tanya Bara.
"Itu daerah..." Aura tampak berpikir. Akan memberitahu atau tidak. Ia tidak mengenal pria itu, bagaimana jika ada maksud yang tidak baik.
"Di daerah Jalan Panjang." sambung Aura kembali. Jalan Panjang tempat kantornya berada. Sesuai namanya, jalannya memang panjang. Dan banyak bangunan perkantoran berjejeran sepanjang jalan itu.
"Oh. Di sana!" Bara mengangguk. Ia tiap hari melewati jalan itu, untuk pergi dan pulang bekerja.
"Hah... Jam makan siangnya akan berakhir. Aku harus kembali bekerja." Ucap Aura melihat jam di tangannya.
"Baiklah. Selamat bekerja dan selamat siang." Ucap Bara
"Selamat siang juga."
Setelah panggilan berakhir. Bara menghembuskan nafasnya. Ia lumayan banyak mendengar suara wanita itu.
Suaranya sangat lembut sekali, menyejukkan telinganya.
'Bagaimana wajahnya?' Bara pun mulai penasaran.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
umatin khuin
bayangkan saja suaranya lembut...apalagi wajahnya...cantiklah pastinya ...
2024-09-07
0
Dwi Setyaningrum
bara bara suaranya lembut pasti cantiklah wajahnya itu hehehehe
2024-07-13
0
judith
Teringat aku masa kenalan dengan seseorang dulu🤭🤭🤭mirip sekali
2024-04-18
1