"Aura!!!" teriak Lili begitu Aura memasuki rumah. Membuat Aura memegangi daddanya, kaget minta ampun. Pulang-pulang disambut suara cempreng seperti itu.
"Kenapa kau? Kesurupan?" tanya Aura setelah menetralkan rasa kagetnya.
"Aku sudah dapat pekerjaan!" ucap Lili riang. "Robi menawarkan kerjaan, Ra. Katanya di kantornya lagi ada posisi yang kosong. Jadi aku besok bisa langsung bekerja! Nggak ada pakai interview-interview." Lili bersemangat sekali membagikan kabar gembira pada temannya itu.
"Mau bekerja di mana kau?" tanya Aura serius. Pria kenalannya Lili menawarkan pekerjaan. Pekerjaan seperti apa?
"Di Royal grup!"
"Apa?" Aura kaget. Itu termasuk perusahaan besar. Masuknya saja sulit, kenapa Lili bisa langsung bekerja di sana, tanpa ada test atau interview.
"Si Robi bekerja di sana?" tanya Aura kembali ingin tahu.
Lili mengangguk dengan cepat.
"Apa jabatannya?"
"Katanya hanya staff biasa di sana."
"Tidak mungkin! Pasti punya jabatan cukup tinggi, makanya kau bisa masuk lewat jalur orang dalam!"
"Tapi kata Robi, dia cuma staff biasa!"
Aura menatap Lili sejenak. "Besok aku temani saja kau ke sana!"
"Ngapain kau temani aku? Aku mau kerja! Lagian besok kau mau kerja juga!" tolak Lili. Aura ada-ada saja, mau ikut ke kantornya. Ia saja baru mau mulai bekerja.
"Aku akan izin! Aku ke sana cuma mau memastikan saja! Setelah kau kerja, aku akan langsung pulang!" Aura tidak bisa membiarkan temannya itu datang ke perusahaan itu sendirian. Ia akan menemaninya. Mungkin saja, Robi menawarkan temannya pekerjaan yang tidak jelas. Membawa-bawa nama perusahaan besar itu.
"Nggak usah!" Lili tetap menolak.
"Aku akan tetap ikut! Tidak ada penolakan!" Aura lalu berjalan masuk ke kamar setelah mengatakan itu. Tak memperdulikan ekspresi Lili yang menolak. Ini semua dilakukannya demi kebaikan temannya itu.
Suruh siapa Lili cerita padanya, kalau diam-diam saja dia juga tidak tahu.
Malam itu, Robi tertawa sambil menggelengkan kepala, ia sedang teleponan dengan Lili di ruang tv.
"Astaga! Segitu nggak percayaannya temanmu itu padaku!" ucap Robi setelah mendengar cerita Lili, jika besok Aura akan ikut dengannya.
"Iya, namanya juga dia khawatir padaku!" ucap Lili dengan nada lirih. Walaupun terkesan berlebihan, ia memaklumi sikap Aura. Mereka sama-sama hidup sebatang kara, jadi harus saling menjaga.
"Dia memang teman yang baik." Robi pun mengerti. Aura bahkan sering mengancam dan memperingatkannya, jika Lili sedang bersamanya. Agar ia tidak merusak dan menyakiti Lili.
Tak jauh dari Robi. Bara tampak menatap ponselnya. Ia sudah mengirimkan pesan, tapi belum dibalas juga.
'Apa dia sedang sibuk? Atau...? Apa sedang berbalasan pesan dengan yang lain?!' Bara merasa sedikit kesal. Ia diabaikan.
Pria itu pun bangkit dan masuk ke kamar Robi, tak lupa mengunci pintu. Ia akan menelepon Aura saja di dalam kamar. Agar tidak ada yang melihat dan mendengar percakapannya.
"Halo... Selamat malam." Suara lembut itu pun menjawab.
Bara tersenyum tipis. Mendengar suara lembut itu, bukan hanya menyejukkan telinga tapi juga hatinya.
"Selamat malam juga. Kamu lagi apa? Apa aku mengganggumu?" tanya Bara berbasa basi sejenak.
"Ini lagi berbaring saja." Jawab Aura yang memang sedang berbaring di tempat tidur.
"Kamu sudah makan?" tanya Bara seraya melirik jam dinding. Sudah pukul 9, wanita itu pasti sudah makan malam. Pertanyaannya memang basi.
"Sudah tadi." jawab Aura.
"Aura..." panggil Bara.
"Iya."
"Kapan kita ketemu?" tanya Bara. Ia ingin bertemu dengan wanita bersuara lembut tersebut.
"Ke-ketemu?" tanya Aura jadi gugup. Sudah lama sekali ia tidak pernah kopi darat lagi. Mendadak pria itu mengajak bertemu.
"Iya, aku ingin ketemu kamu. Boleh?" tanya Bara kembali.
Aura tampak berpikir. Mungkin lebih baik ia segera bertemu dengan pria itu. Jika pria tidak jelas, ia tidak perlu lagi berbalas-balasan pesan.
"Hmmm... Baiklah!" Aura mengangguk setuju. Tak ada masalah, ia bisa menjaga dirinya.
"Bagaiman jika hari minggu ini?" tanya Bara menentukan hari.
"Minggu ini? Baiklah!" Aura libur bekerja di hari itu.
"Aku akan ke rumahmu."
"A-apa?" tanya Aura kaget. Pria itu mau datang ke rumahnya. Padahal biasanya jika kopi darat, janjiannya kan di kafe.
"Iya, aku akan ke rumahmu. Kirim alamat rumahmu ya." Jawab Bara. Ia akan mendatangi rumah wanita itu langsung.
"Ke-ketemu di luar saja!" saran Aura. Ia kini malah takut jika pria asing itu tahu rumahnya. Aura hanya tinggal berdua dengan Lili. Bagaimana jika pria kenalannya itu punya maksud lain, setelah mengetahui rumahnya.
Pikiran Aura sudah ke mana-mana sekarang.
"Baiklah!" Bara pum menurut. "Kamu beritahu saja mau ketemu di mana."
"Kamu saja!"
"Ya, sudah. Ntar aku kirim lokasinya sama kamu." ucap Bara dan di seberang sana Aura mengangguk.
"Apa kamu sudah mengantuk?" tanya Bara. Hari sudah makin malam.
"Iya, sedikit."
"Tidurlah. Selamat malam."
"Selamat malam."
Setelah obrolan berakhir, Bara terdiam sesaat. Ia mendadak ingin bertemu wanita itu. Hanya karena suaranya yang lembut.
'Semoga dia wanita asli!' pikir Bara.
Pria itu pikirannya mulai ke mana-mana. Zaman sekarang sudah canggih. Ponsel bisa merubah suara. Mungkin saja Aura itu adalah seorang pria. Pria yang menyamar menjadi wanita.
Bara pun kini mengangguk, tidak ada salahnya mengajak bertemu wanita itu. Ia akan memastikannya. Intinya ia harus segera tahu, Aura itu wanita asli atau wanita jadi-jadian.
Tok... Tok... Tok...
"Bara!!! Buka pintu!" Robi mengetuk pintu kamarnya dengan kesal. Ia sudah selesai berteleponan dengan sang kekasih dan ingin tidur. Tapi malah kamarnya dikunci tamu yang tidak tahu diri.
Bara pun bangkit dan membuka pintu kamar. Dan terlihatlah Robi yang memasang wajah kesalnya.
"Pulang kau sana! kayak tidak punya rumah saja!" sinis Robi pada temannya itu. Tiap malam ada saja yang datang ke rumahnya. Kalau nggak si Bara, si Evan. Kadang mereka juga datang bersamaan. Mengganggu malamnya saja.
"Memang aku tidak punya rumah. Itu rumah orang tuaku!" Jawab Bara. Ia hanya seorang anak yang menumpang pada orang tuanya.
"Makanya tempat tinggalmu yang dulu itu, jangan kau jual!" ucap Robi lalu menutup pintu.
Bara jadi kesal, Robi mengingatkannya kembali akan saat itu. Ia pernah membeli sebuah apartemen dari hasil kerja kerasnya bekerja di perusahaan papanya. Sengaja membeli itu, agar saat menikahi Mia, ia sudah memiliki tempat tinggal. Memberikan tempat tinggal yang layak untuk istrinya.
Tapi, ternyata takdir berkata lain. Saat mengejar sang kekasih keluar negeri. Mia malah menyakiti dan meninggalkannya. Bara yang kesal pun menjual apartemennya. Dan uang itu sampai sekarang masih tersimpan di kartu atm-nya saja.
'Ngapain aku ingat lagi wanita itu?!'
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Dwi Setyaningrum
tenang lah km bara aura wanita asli tulen msh perawan Ting Ting walau statusnya janda hehehehe
2024-07-13
1
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝑩𝒂𝒓𝒂 𝒎𝒐𝒗𝒆 𝒐𝒏 𝒅𝒐𝒏𝒌
2024-03-19
2
Ummi Nza
asli kok bara mudah2an tipe nya kamu 🤭
2024-03-16
0