Lili keluar dari ruang atasannya dengan wajah kesal menahan amarah. Ia meremas tangannya dan kembali ke mejanya di samping meja Aura.
"Li, ada apa?" Tanya Aura ingin tahu. Ia jadi penasaran. Temannya itu kenapa. Apa Lili dimarahi atau bagaimana?
"Nanti saat pulang aku ceritakan semua padamu, Ra!" Ucap Lili sambil menghembuskan nafas perlahan. Berusaha menahan amarahnya, agar tidak meledak di kantor itu.
Beberapa saat berlalu, mereka kini telah sampai di rumah. Aura pulang dengan Lili, karena temannya itu tidak dijemput kekasihnya.
"Ra, kontrak kerjaku tidak diperpanjang!" Ucap Lili seraya mengambil air minum dalam botol yang berada di lemari es dan menenggaknya.
Aura mengangguk. Mereka hanya karyawan kontrak. Wajar saja. Ia saja juga tidak yakin akan diperpanjang nantinya. Lili masuk sebulan lebih awal darinya di kantor itu.
"Si bos itu bilang, kalau kontrakku mau diperpanjang ada syaratnya!" Ucap Lili akan bercerita. Aura perlu tahu juga, bagaimana atasan mereka sebenarnya.
"Syarat?" Tanya Aura bingung. Syarat bagaimana? Bukankah para atasan sudah menilai kinerja karyawan selama setahun ini, layak atau tidaknya untuk diperpanjang bekerja di sana. Kenapa ada syarat lagi?
"Kontrakku akan diperpanjang, jika aku mau-" Lili tampak sulit mengatakannya. Ia memasang wajah kesal.
Aura menunggu kelanjutan ucapan temannya. "Mau apa, Lili?" Tanyanya tidak sabaran. Lili bercerita pakai jeda segala, membuat kesal saja.
"Kalau aku mau bermalam dengannya!" Ucap Lili sambil menghembuskan nafasnya berkali-kali. Atasan mereka memberikan syarat seperti itu, jika kontraknya ingin diperpanjang.
"Apa?" Aura kaget dan tidak senang mendengarnya. "Kurang ajar sekali dia!"
"Dia memberi syarat seperti itu dan aku langsung menolaknya, Ra! Karena itu aku sekarang jadi pengangguran!" Ucap Lili sangat kecewa. Selama ini ia sudah bekerja dengan rajin dan disiplin. Berharap kinerjanya dilirik. Tapi, sepertinya itu tidak berlaku. Malah ada syarat lain yang menjadi pertimbangan diperpanjang atau tidaknya karyawan kontrak tersebut. Dan syaratnya itu sama sekali tidak ada hubungan dengan pekerjaan.
"Aku akan berhenti juga kalau begitu!" Ucap Aura yang kesal. Ia jadi malas tetap bekerja di kantor itu. Mending berhenti saja dari sekarang. Meskipun tinggal sebulan lagi.
"Kontrakmu kan bulan depan baru berakhir, Ra. Bekerja saja sampai sesuai kontrak. Memang kau mau bayar dendanya?!" Ucap Lili mengingatkan. Mereka telah menandatangani kontrak.
Aura diam. Ia memang masih terikat kontrak sebulan lagi.
"Lagian selama bekerja di sana, atasannya kita itu tidak pernah macam-macam juga. Jadi habiskan saja kontrakmu, Ra. Bulan depan baru cari kerjaan baru! Dia kan cuma menawarkan syaratnya, kita bisa menolak!" Ucap Lili kembali. Mereka bisa menolak atau setuju. Tapi mendingan menolak saja sih dari pada seperti menjual diri.
Aura mengangguk. Ia akan menghabiskan kontraknya saja. Bersikap biasa saja pada atasan yang menyalahgunakan jabatannya itu.
"Tapi apa dia tadi melakukan sesuatu padamu?" Tanya Aura. Apa Lili dilecehkan atasan mereka?
Lili dengan cepat menggeleng. "Dia tidak menyentuhku. Cuma menawarkan syarat saka, mungkin jika tadi aku setuju pasti dia akan langsung menerkamku!"
"Jangan! Jangan demi diperpanjang kontrak jadi melakukan hal seperti itu. Masih banyak pekerjaan lain di luar sana!" ucap Aura dengan tegas.
Kepala Lili dengan cepat mengangguk. Ia masih bisa berpikiran jernih. Tidak mau mengikuti syarat itu hanya untuk mempertahankan pekerjaan.
"Jadi nanti kau mau cari kerjaan di mana, Li?" Tanya Aura kemudian.
"Nantilah kulihat di internet!"
\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Di sebuah apartemen, seorang pria sedang berteleponan dengan wajah yang terus mengumbar senyum.
Dan kedua pria di dekatnya yang sedang menonton tv, menunjukkan wajah jijiknya.
"... aku sangat merindukanmu." Ucap Robi kemudian. Tadi Lili tidak mau dijemput, katanya ada urusan. Padahal ia begitu rindu ingin bertemu dengan Lili.
Bara dan Evan saling melihat dan langsung menggelengkan kepala. Robi ceritanya sedang falling in love nih.
"Apa dia sudah bertemu dengan kenalannya?" Tanya Evan pada Bara. Saat itu Robi mengajak menemaninya untuk bertemu kenalannya.
"Sudah. Katanya wanita itu tulen." jawab Bara seperti yang dikatakan Robi.
"Oh baguslah!" Evan senyum saja. Jika wanita jadi-jadian Robi pasti akan patah hati.
Bara dan Evan mendengus kesal. Mereka tidak bisa fokus menonton pertandingan sepak bola, karena suara Robi.
"Pindah kau sana!" Usir Evan mendorong Robi pelan.
"Kalian ini! Ini tempat tinggalku! Seharusnya kalian yang pergi!" Ucap Robi kesal. Ia malah diusir dari tempat tinggalnya sendiri. Benar-benar teman yang tidak tahu diri.
"Lili, maaf ya. Temanku menganggu saja!" Ia pun beranjak pergi dan melanjutkan obrolannya dengan Lili. Memilih masuk ke kamarnya saja, agar kedua temannya tidak mengganggunya.
"Siapa namanya tadi? Lili?" Tanya Bara pada Evan. Namanya sedikit unik.
"Namanya seperti lagu." Ucap Evan jadi tersenyum
La... Lala... lalalala...
Li... Lili... lililililili...
Bara dan Evan kembali fokus pada layar kaca. Mereka menonton sambil memakan keripik. Mereka sering mendatangi apartemennya Robi. Dan menganggap seperti rumah mereka sendiri.
"Ke mana Robi?" Tanya Bara setelah acara pertandingan sepak bola berakhir. Tidak melihat Robi ada di sekitar mereka.
Evan mengangkat bahu. Tanda tidak tahu juga. "Di kamar mungkin."
"Masih teleponan juga?" tanya Bara. Sudah berapa jam berlalu, apa tidak bosan bicara ditelepon terus? Apa saja yang sudah dibahas?
"Sepertinya begitu. Maklumi sajalah dia, Bar! Lagi kemaruk!" ledek Evan sambil tertawa dan membuat Bara jadi tertawa juga.
"Keluar yuk!" ajak Bara kemudian. Ingin menikmati angin malam.
Evan mengangguk setuju. "Kita ajak Robi?" tanyanya.
Bara membalas anggukan. Mereka selalu bertiga. Akan terasa aneh jika temannya satu itu tidak ikut.
"Robi... ayo kita keluar!" ajak Evan saat masuk ke kamarnya. Dan Robi masih juga memegang ponselnya.
Evan dan Bara memegang lengan Robi. Akan membawa temannya itu.
"Kalian saja! Aku tidak ikut!" Ucap Robi menolak. Ia masih ingin teleponan dengan kekasihnya. Masih mau melepas rindu, malah diganggu.
"Ayo!" mereka tetap memaksa. Kedua pria itu tidak peduli dan menggeret Robi keluar kamar.
"Kalian ini!" Robi melepaskan pegangan temannya.
"Li, besok aku telepon kamu lagi ya. Kamu tidur jangan malam-malam. Selamat malam cantik." Ucap Robi akhirnya. Temannya memang pengganggu, ia terpaksa harus mengakhiri obrolannya.
"I love you." Timpal Robi kemudian sambil tersenyum bahagia. Lalu mengakhiri panggilan. Ia mengecup ponselnya dan menyimpan di dalam saku.
Bara dan Evan jadi geli mendengar ucapan Robi pada kekasihnya itu dan wajah Robi dengan tersenyum bangga mengatakan itu.
"I love you, i love you..." ledek Evan dengan nada setengah mengejek. Robi sudah mulai bucin.
"Iri bilang!" sewot Robi, lalu berjalan mendahului mereka.
Kedua temannya itu malah tertawa dan itu sangat menyebalkan bagi Robi.
.
.
.
Happy weekend😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Rita susilawati
🤣🤣🤣🤣
2024-10-11
0
umatin khuin
luv u too robi....by lili...
2024-09-07
0
Dwi Setyaningrum
emang kantor apa'an pake syarat bgtu🤔 agensi majalah,model atau apa🤔🤪
2024-07-13
0