Bara meletakkan ponselnya di atas meja setelah membaca pesan dari aplikasi itu. Ia pun kembali menonton tv.
Sejenak menonton, ia melirik ke arah ponselnya. 'Apa aku harus balas?'
Pria itu bingung harus membalas atau tidak. Robi mengatakan untuk mencari teman cerita.
'Memang apa yang mau diceritakan?' cibir Bara. Ia bukan pendongeng.
Bara menekan remote mencari siaran kartun. Walau sudah kepala 3, ia masih suka menonton tontonan bocah seperti itu. Bisa menghibur diri.
"Astaga, Bar!" Evan yang sudah selesai mandi menggeleng melihat apa yang ditonton Bara. Ia ikut bergabung dan mengganti saluran tv.
"Aku masih menonton!" ucap Bara dengan sinis, seenaknya Evan menganti siarannya.
"Episode itu tah sudah berapa kali kau tonton!" jawab Evan.
Bara diam. Benar kata Evan, tah sudah berapa kali ia menonton itu berulang-ulang.
"Mandi sana! Jangan karena hari ini libur, mandi pun kau libur!" ledek Evan pada temannya itu.
Bara melempar bantal sofa ke wajah Evan, lalu kabur masuk kamar Robi. Tak lupa membawa ponselnya.
"Bara!" ucap Evan kesal.
Di dalam kamar, Bara membuka lemari Robi. Mengambil pakaian temannya itu. Begitulah Bara menganggap itu rumahnya sendiri. Lalu ia masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Selang beberapa waktu kemudian, Bara telah selesai mandi. Menyisir rambutnya yang setengah basah.
Bara terdiam sejenak, mengingat perkataan Robi. Usianya sudah sangat matang untuk menikah. Mau sampai kapan ia sendiri seperti ini.
Mantan kekasihnya, Mia. Telah menikah dan hidup bahagia. Bahkan ia tidak tahu kabar wanita itu lagi. Selama 5 tahun ini, Bara menyibukkan dirinya.
Ponsel pun diraihnya, membuka pesan di aplikasi itu.
Aura: Hai
Pesan itu satu-satunya yang masuk. Bara melihat profilnya, di profilnya ada foto kucing. Lalu nama, jenis kelamin dan usia. Usianya juga masih muda darinya. Masih 25 tahun. Selisih 8 tahunan darinya.
Bara pun membalas pesan itu. Ia tidak tahu wanita yang mengirimnya pesan seperti apa. Juga wanita itu tidak tahu wajahnya juga.
Sesuai dengan saran Robi. Hanya mencari teman cerita. Ya, apa salahnya. Coba saja.
Setelah membalas pesan, ia kembali menyisir rambutnya. Sambil menyisir sambil melirik ponsel. Tidak ada balasan lagi.
Bara menyimpan ponsel di saku dan keluar kamar.
"Van, aku pergi dulu!" ucap Bara.
"Mau ke mana?" tanya Evan.
"Aku mau pulang!" ucap Bara lalu berlalu pergi.
Evan melihat temannya yang sudah keluar pintu "Ngapain aku di sini? Jagai rumah orang?!"
Bara telah sampai di mobilnya. Setelah memasang sabuk pengaman. Ia meriah ponsel dan melihat pesannya. Belum ada balasan.
Pria itu pun menyimpan ponselnya kembali. Lalu menyalakan mesin mobil. Ia akan pulang ke rumah orang tuanya.
\=\=\=\=\=\=
Aura sedang berada di taman belakang rumah. Ia sedang bersama Mama Ros.
Mama mengelus kepala Aura dengan sayang, sambil menatap mantan menantunya itu.
Aura banyak berubah, ia tampak lebih dewasa dan makin cantik juga. Berbeda beberapa tahun yang lalu. Aura masih seperti anak remaja.
"Aura, sekarang kamu lagi dekat dengan siapa?" tanya Mama penasaran. Aura telah lama berpisah dari putranya. Mungkin sedang menjalin hubungan dengan pria lain.
Aura menggeleng cepat. "Tidak ada, Ma."
"Kalau kamu mau menikah lagi, tidak apa kok. Mama akan mendukungmu!" ucap Mama, berpikiran mungkin Aura merasa tidak enak hati padanya.
Putranya yang sudah menceraikan Aura. Jadi Aura tidak perlu segan padanya. Aura harus bahagia.
Jadi jika Aura akan berencana menikah lagi, Mama akan mendukungnya.
Aura hanya tersenyum tipis. Menikah lagi? Sepertinya dalam beberapa tahun ke depan, ia tidak memiliki niatan seperti itu.
"Kenalin lah calon kamu sama Mama!"
"Aura belum ada calon, Ma." sanggah Aura. Siapa yang mau dikenalkannya.
"Nanti kalau sudah ada. Bawa dia kemari! Mama mau melihat calon menantu Mama!" ucap wanita paruh baya itu. Aura sampai kapanpun tetap dianggap sebagai putrinya.
Aura mengangguk patuh. Ia lalu memeluk Mama dengan erat. Wanita paruh baya itu sangat baik dan menyayanginya.
"Ma, sudah sore. Aura mau pulang!" ia melihat jam tangannya.
"Ya, sudah. Biar supir yang antar kamu!"
Aura akan menolak, tapi Mama menggeleng. Lalu ia digandeng ke dapur.
"Ma, ini kebanyakan!" Aura tidak enak. Mama membungkusinya banyak makanan.
"Sudah! Kamu makan sama Lili!" ucap Mama tidak masalah. Ia memang sengaja memasak banyak untuk putrinya.
"Ma, terima kasih. Aura pulang dulu!" pamit Aura dan Mama mengangguk lalu memeluk sejenak.
Mobil sudah berlalu pergi, Mama masih melambaikan tangannya. Rasanya waktu cepat sekali berputar. Padahal Mama masih ingin bersama Aura.
"Ma, ngapain?" tanya Evan yang baru turun dari mobil. Ia melihat Mama melambaikan tangannya pada mobil yang sudah menjauh.
"Teman Mama datang!" alasan Mama. Ia tidak mau mengatakan jika itu mantan istrinya Evan yang baru datang.
"Kamu sudah makan?" tanya Mama mengalihkan pembicaraan. Ia melihat putranya yang sudah beberapa hari tidak pulang ke rumah.
Evan menggeleng. Ia belum makan, cuma sarapan doang. Itu pun nasi goreng yang dimasak Robi tidak enak.
"Mama akan masak untuk kamu!"
"Terima kasih mamaku sayang!" Evan memeluk manja lengan mamanya dan itu membuat Mama mencibir.
"Kamu menginap di mana?" tanya Mama kemudian.
"Di rumah Robi, Ma."
"Kamu jangan bohong!" Mama tidak percaya.
"Benar, Ma. Aku menginap sama Bara juga!"
"Mama ingatkan, kamu jangan macam-macam di luaran sana! Jangan buat Mama kecewa sama kamu!" Mama mengingatkan akan pergaulan putranya.
"Tidak, Ma! Mama tenang saja!" Evan mengerti arah apa yang ditakutkan Mamanya. Ia juga mengerti mana yang baik dan tidak baik baginya.
Aura meraih ponsel. Ia mengirim pesan pada Lili. Ia sudah di rumah sekarang.
'Ke mana saja mereka?' batin Aura. Lili pergi dari pagi dan belum kembali. Hari juga sudah sore.
Aura melirik aplikasi itu, ia membukanya. Berpikir sejenak kira-kira apa yang mau dibalas. Dan tak lama mengetiknya.
'Iseng-iseng saja!' batin Aura.
Sementara Bara setelah sampai rumah langsung menuju kamar. Membaringkan tubuhnya.
Pria itu menguap panjang sambil melihat jam dinding. Sudah pukul 6 sore saja. Ia sudah lama tidur. Sepanjang hari libur ini, ia hanya rebahan saja.
Bara mengecek ponselnya. 'Di balas!'
Aura: salam kenal
"Aku balas apa?" berpikir sejenak.
Bara: salam kenal juga
Setelah membalas ia bangkit dan akan ke kamar mandi.
Ting... Ponselnya kembali berbunyi. Ada notifikasi masuk. Pria itu berbalik ke tempat tidur. Pesan yang dikirimnya sudah dibalas saja. Cepat juga.
Bara melempar ponselnya ke tempat tidur. Ternyata itu pesan masuk dari operator, bukan dari aplikasi itu.
Bara berjalan ke kamar mandi. Ia akan membersihkan diri, setelah itu ke dapur. Perutnya sudah minta diisi.
'Mama masak apa ya?'
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒍𝒂𝒎𝒂 𝒋𝒖𝒈𝒂 𝒚𝒂 𝑨𝒖𝒓𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝑩𝒂𝒓𝒂 𝒌𝒆𝒕𝒆𝒎𝒖 𝒏𝒚𝒂 😅😅
2024-03-19
2