Part 18

Di hari itu, keluarga Edgar sedang mengadakan makan malam bersama dengan Tamara. Seperti biasa Mama Ola selalu menyambut Tamara dengan riang gembira. Berbeda dengan Oma Deli yang tampak biasa tapi tetap menyukai kehadiran Tamara.

Makan malam itu berjalan dengan lancar dengan pembahasan yang membuat Tamara jadi semakin senang. Bagiamana tidak dalam waktu dua bulan lagi dirinya akan secara resmi menjadi nyonya Gautama. Itu benar-benar hal yang paling ia nanti-nantikan selama ini.

Keduanya kini sedang duduk di ayunan rotan di dekat kolam renang.

"Lakukan apapun yang kamu inginkan. Pernikahan impianmu aku akan setuju."

Tamara tak bisa lagi menyembunyikan rasa bahagianya. Ia mendapatkan laki-laki yang begitu perhatian dan mengerti dirinya. Tidak apa-apa Edgar adalah duda yang pernah menjalin hubungan pernikahan dengan wanita lain sebelumnya. Yang terpenting kini Edgar akan menjadi miliknya seutuhnya. Walaupun sejujurnya ada sedikit rasa kekhawatiran dan keraguan di dalam hatinya, apalagi usia pernikahan Edgar yang 6 tahun bersama mantan istrinya itu. Pasti banyak kenangan yang mereka lalui bersama. Tapi Tamara akan tetap optimis karena ia yakin, Edgar sudah benar-benar melupakan mantan istrinya.

"Apa kamu tidak ingin apapun untuk pernikahan ini? Request makanan atau souvenir misalnya?"

Edgar menggeleng.

"Aku serahkan semuanya ke kamu. Karena kebanyakan pasangan akan jadi sering bertengkar di saat memilih mengurusi acara pernikahan. Daripada itu terjadi di antara kita, lebih baik aku mengalah dan menuruti saja keinginan kamu. Karena aku yakin, pilihan kamu pun tidak akan salah."

"Benar, pilihan aku memang tidak akan salah. Seperti ketika aku melihat kamu."

Tanpa mereka ketahui, Oma Deli memperhatikan keduanya di balik jendela. Sejujurnya dia senang, Edgar akan menikah lagi, tapi entah kenapa hatinya ragu. Seperti ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Ada firasat-firasat tertentu. Bagaimana pun juga, Oma Deli pun menjadi saksi akan cinta yang dimiliki Edgar untuk Raisa. Sangat berbeda sekali dengan cinta yang dimiliki Edgar untuk Tamara saat ini.

"Semoga keputusan kamu benar ya Gar. Oma selalu mendoakan yang terbaik untuk kamu."

*

*

Di hari itu, Roni sedang menjemput keponakannya ke sekolah mereka. Tapi sudah hampir lima belas menit menunggu, dia belum mendapati keponakannya keluar menuju gerbang sekolah. Alhasil, dia pun masuk ke dalam halaman sekolah dan mendapati ponakannya yang sedang bertengkar dengan seorang anak laki-laki. Bahkan anak laki-laki itu terluka di bagian lututnya.

"Astaga! Ya Tuhan!" Roni benar-benar terkejut dibuatnya.

"Dengar ya, kami punya Papi! Siapa bilang kami tidak punya Papi! Papi kami bekerja di luar negeri makanya kami jarang bertemu dengan dia!"

"Dasar tukang bohong!" Anak laki-laki itu tidak percaya.

Kia yang sudah semakin kesal ingin sekali saja memukul anak laki-laki itu. Tapi sudah dicegah oleh Roni.

"Kia, hentikan!"

"Om Ron?" Kia dan Mia jadi terkejut dan menunduk sementara Roni membantu anak laki-laki itu untuk berdiri dan menanyakan keadaannya.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya Roni.

"Nggak papa kok, Om. Untung aja Om cepat datang, kalau tidak mungkin aku sudah dipukul oleh Kia. Tadi saja dia sudah mendorongku sampai lututku berdarah."

"Duh, Om minta maaf ya. Mereka tidak berniat seperti itu kok!"

"Om apaan sih! Kenapa minta maaf ke dia? Dia ini sudah menyakiti Mia!"

Si anak laki-laki itu menggeleng. Lalu Roni membawa anak laki-laki itu ke satpam untuk dijaga sambil menunggu orang tuanya menjemput.

Kini fokus Roni beralih ke si kembar yang terlihat begitu kesal adanya. Bahkan mereka sampai memalingkan wajahnya.

"Kimi, coba jelasin apa yang sebenarnya terjadi!"

Keduanya sama-sama bungkam.

"Kalau tidak mau cerita ke Om, Om aduin langsung ke Mami kalian. Nanti Om nggak bisa bantu kalian kalau kalian nggak cerita."

Akhirnya, Kia pun mulai bercerita tentang awal mulanya dia bertengkar. Semua itu karena anak laki-laki itu yang terus mengejek Mia karena tidak memiliki Papi. Bahkan membuat Mia menangis karena terus ditanya-tanya keberadaan papi mereka.

"Kia nggak salah Om. Dia yang salah! Dia membuat Mia menangis. Aku sebagai kakaknya tidak bisa diam saja Om. Bukan hanya pada Mia aja dia begitu, tapi ke teman-teman lain juga. Dia anaknya bandel Om!"

Roni pun mengerti, Kia hanya ingin melindungi adik kembarnya. Hanya saja cara Kia memang salah. Tapi, untuk memarahinya, Roni tak tega apalagi melihat Mia yang sedari tadi masih menangis.

"Ayo kita pulang dulu aja. Nanti Om bantu ceritakan ini ke Mami kalian."

"Apa Mami akan marah?" tanya Mia dengan suara bergetar.

"Tidak, Mami kalian tidak akan marah. Kalaupun nanti dia marah, Om akan melindungi dan membela kalian."

Ketika sudah sampai di mobil, keduanya duduk di tempat masing-masing. Mia duduk di samping kemudi, dan Kia di belakang.

"Om, kenapa Papi tidak mencari kami?"

Di situasi begini, Roni bingung harus menjawab apa. Apa iya dia harus jawab, kalau papi mereka tidak tahu kehadiran mereka. Itu artinya, dia sama saja akan membuat Raisa buruk di mata kedua anaknya.

"Em, mungkin bukan begitu. Papi kalian kan orang sibuk."

"Kalau begitu, apa jika Papi tidak sibuk, dia akan bertemu kami?"

Roni dibuat bingung lagi harus menjawab apa. Dia hanya mengangguk saja agar Mia tak bertanya apapun lagi.

*

*

Malam harinya, Kia dan Mia sedang disidang oleh Raisa. Raisa terlihat marah dan ingin melampiaskan kekesalannya pada anak-anaknya. Tapi ia tidak mau kalau dengan kekerasan. Ia takut, apa yang dialaminya akan terjadi kepada anak-anaknya juga. Jadi, yang bisa dia lakukan adalah bicara dari hati ke hati.

"Mami tahu, kamu sangat menyayangi adik kamu. Tapi kekerasan bukanlah cara untuk melindungi adik kamu. Masih ada cara yang lainnya. Kamu sudah minta maaf sama teman kamu itu?"

Kia menggeleng.

"Besok minta maaf ke dia."

"Tapi Mi ...."

"Kalian punya Papi. Dia hanya tidak bersama dengan kita. Jadi jangan bersedih kalau diejek atau dihina kalian tidak memiliki Papi hanya karena tidak pernah diantar jemput olehnya."

Setelah mengatakan itu, Raisa pergi menuju ke kamarnya sementara Kia dan Mia menatap kepergian Raisa dengan mata yang sendu.

"Mami marah sama kita ya, Om?"

"Nggak sayang, sini Om peluk dulu."

Si kembar pun mendekat ke Roni dan menangis di pelukan Roni. Merasa diabaikan oleh maminya membuat si kembar jadi bersedih, bahkan ketika bicara pada mereka pun maminya tak menatap wajahnya. Si kembar tahu maminya marah tapi tidak ingin memarahi mereka.

Padahal lebih baik dimarahi daripada didiamkan seperti ini. Itulah yang ada dipikiran di kembar.

Ketika waktu semakin malam dan si kembar sudah tidur di kamarnya, Roni mengetuk pintu kamar Raisa. Tidak terkunci. Jadi, dia masuk saja untuk melihat keadaan kakaknya.

"Karena aku, karena didikanku, mereka tumbuh jadi anak yang nakal bahkan sampai mencelakai temannya sendiri. Aku ini ibu macam apa! Mendidik anak saja tidak becus."

Roni yang mendengar itu semua jadi bersedih hatinya. Ingin memeluk kakaknya, tapi ia ingin mendengar lebih jauh lagi, curahan hati kakaknya yang tak pernah ia dengar sebelumnya.

*

*

TBC

Terpopuler

Comments

Erni Fitriana

Erni Fitriana

😭😭😭keep strong mami kimi

2024-08-03

1

Kenzi Kenzi

Kenzi Kenzi

cicitmu oma......rasa itulah .

2024-01-03

0

Praised94

Praised94

terima kasih 👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍

2023-12-07

0

lihat semua
Episodes
1 Part 1
2 Part 2
3 Part 3
4 Part 4
5 Part 5
6 Part 6
7 Part 7
8 Part 8
9 Part 9
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 Part 13
14 Part 14
15 Part 15
16 Part 16
17 Part 17
18 Part 18
19 Part 19
20 Part 20
21 Part 21
22 Part 22
23 Part 23
24 Part 24
25 Part 25
26 Part 26
27 Part 27
28 Part 28
29 Part 29
30 Part 30
31 Part 31
32 Part 32
33 Part 33
34 Part 34
35 Part 35
36 Part 36
37 Part 37
38 Part 38
39 Part 39
40 Part 40
41 Part 41
42 Part 42
43 Part 43
44 Part 44
45 Part 45
46 Part 46
47 Part 47
48 Part 48
49 Part 49
50 Part 50
51 Part 51
52 Part 52
53 Part 53
54 Part 54
55 Part 55
56 Part 56
57 Part 57
58 Part 58
59 Part 59
60 Part 60
61 Part 61
62 Part 62
63 Part 63
64 Part 64
65 Part 65
66 Part 66
67 Part 67
68 Part 68
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71
72 Part 72
73 Part 73
74 Part 74
75 Part 75
76 Part 76
77 Part 77
78 Part 78
79 Part 79
80 Part 80
81 Part 81
82 Part 82
83 Part 83
84 Part 84
85 Part 85
86 Part 86
87 Part 87
88 Part 88
89 Part 89
90 Part 90
91 Part 91
92 Part 92
93 Part 93
94 Part 94
95 Part 95
96 Part 96
97 Part 97
98 Part 98
99 Part 99
100 Part 100
101 Part 101
102 Part 102
103 Part 103
104 Part 104
105 Part 105
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Part 1
2
Part 2
3
Part 3
4
Part 4
5
Part 5
6
Part 6
7
Part 7
8
Part 8
9
Part 9
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
Part 13
14
Part 14
15
Part 15
16
Part 16
17
Part 17
18
Part 18
19
Part 19
20
Part 20
21
Part 21
22
Part 22
23
Part 23
24
Part 24
25
Part 25
26
Part 26
27
Part 27
28
Part 28
29
Part 29
30
Part 30
31
Part 31
32
Part 32
33
Part 33
34
Part 34
35
Part 35
36
Part 36
37
Part 37
38
Part 38
39
Part 39
40
Part 40
41
Part 41
42
Part 42
43
Part 43
44
Part 44
45
Part 45
46
Part 46
47
Part 47
48
Part 48
49
Part 49
50
Part 50
51
Part 51
52
Part 52
53
Part 53
54
Part 54
55
Part 55
56
Part 56
57
Part 57
58
Part 58
59
Part 59
60
Part 60
61
Part 61
62
Part 62
63
Part 63
64
Part 64
65
Part 65
66
Part 66
67
Part 67
68
Part 68
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71
72
Part 72
73
Part 73
74
Part 74
75
Part 75
76
Part 76
77
Part 77
78
Part 78
79
Part 79
80
Part 80
81
Part 81
82
Part 82
83
Part 83
84
Part 84
85
Part 85
86
Part 86
87
Part 87
88
Part 88
89
Part 89
90
Part 90
91
Part 91
92
Part 92
93
Part 93
94
Part 94
95
Part 95
96
Part 96
97
Part 97
98
Part 98
99
Part 99
100
Part 100
101
Part 101
102
Part 102
103
Part 103
104
Part 104
105
Part 105

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!