Part 9

"Mi, maafin kita berdua ya, gara-gara kita Mami jadi sedih," ucap si kembar dengan menunduk di hadapan Raisa yang tak lagi menangis.

"Kalian ini kenapa? Kalian nggak salah, siapa bilang Mami nangis?" Raisa berusaha menyangkal dugaan si kembar.

"Mata Mami memerah, hidung Mami juga," ucap Mia yang mencoba menjelaskan dari keadaan Raisa.

"Nggak sayang, mata Mami begini karena tadi kelilipan, terus hidung Mami tadi nggak sengaja megang sambel terus megang hidung juga. Kalian nggak salah, jangan minta maaf ke Mami. Harusnya Mami yang minta maaf karena belum bisa jadi Mami yang sempurna untuk kalian."

Si kembar menggeleng bersamaan terus memeluk Raisa dari sisi yang berbeda.

"No, Mom. You are the best mother from mother in this world," ucap Mia.

Pamela yang melihat adegan tersebut dan mendengar kalimat yang diucapkan oleh Mia malah jadi terharu dan meneteskan air matanya. Ia benar-benar bangga kepada Raisa telah membesarkan si kembar hingga jadi anak-anak yang begitu menyayangi ibunya.

"Kalian nggak mau peluk Aunty Lala juga? Tangan Aunty nganggur loh!"

"Ish! Aunty selalu saja merusak suasana," gerutu Mia dengan menatap Pamela.

Pamela malah cengar-cengir, tapi kemudian ia ikut memeluk si kembar. Mereka pun saling berpelukan untuk beberapa saat.

Keadaan sudah membaik, kini mereka berada di ruang tamu sambil lesehan membuka hadiah yang dibawakan oleh Pamela.

"Mimpi apa aku ya, sampai bisa dapat hadiah mahal begini? Kemarin udah dikasih Barbie sama Om Ron, sekarang dikasih Barbie dan Ken oleh Aunty Lala. Duh! Senangnya! Lain kali, beli yang lain ya Aunty!"

Mia begitu senang sekali mendapatkan hadiah dari Pamela.

"Tentu Mia. Pokoknya apapun yang Mia minta, nanti Aunty kasih."

Di saat Pamela dan Mia berbincang dengan saling melempar senyum, ada seseorang yang merengut tidak suka. Siapa lagi kalau bukan Raisa. Ia Tidka suka karena Pamela memanjakan anak-anaknya. Ya, walaupun ia juga senang bisa melihat senyum keduanya.

"Kia gimana sama miniatur tata surya nya? Kamu suka?"

"Suka banget Aunty, thank you so much. Love you Aunty."

"Love you too girl. Oh, iya, Aunty juga bawa rainbow cake, kita makan yuk!"

"Ayuk!" jawab keduanya yang antusias langsung mengekor di belakang Pamela.

Raisa hanya mengamatinya dari ruang tamu, di saat mereka sedang memakan rainbow cake di dapur. Bahkan mereka bertiga tertawa begitu bahagia. Kadang Raisa berpikir, mungkin jika Pamela adalah ibu dari si kembar, si kembar akan lebih tercukupi kebutuhannya, tidak serba terbatas seperti bersamanya. Namun, jika begitu, apa iya dia bisa menjalani hidup sampai sekarang?

*

*

Hari ini Pamela lah yang mengantar dan menjemput si kembar sekolah. Ketika Pamela menjemput, Pamela mendengar si kembar sedang berbicara dengan temannya yang dia panggil Cana.

"Cana, gimana mama dan papa kamu? Mereka beneran berpisah?"

Cana mengangguk dengan wajah yang sedih.

"Tapi kenapa wajah kamu kelihatan sedih?" tanya Kia.

"Aku pikir menyetujui papa dengan kekasihnya adalah keputusan yang tepat. Ternyata, kekasih papa hanya menyukai papa dan tidak suka ada aku. Kalau aku lagi berkunjung ke rumah papa, kekasih papa itu suka bentak-bentak aku, katanya gara-gara kedatangan aku kesana, dia selalu diabaikan. Aku malah melihat papa dan kekasihnya bertengkar. Aku jadi semakin bersalah."

Wajah si kembar langsung terkejut, tapi mereka masih terus bertanya.

"Makanya, sekarang aku memilih untuk tidak berkunjung ke rumah papa. Kalau aku mau bertemu dengan papa, biasanya kami suka ketemu di luar rumah, supaya kekasih papa itu tidak marah."

"Jadi, intinya sekarang kamu punya mama tiri yang jahat?" Mia langsung menyimpulkan seperti itu dan Cana langsung membantahnya.

"Bukan mama tiri, dia cuma kekasih papa. Mamaku cuma satu," bantah Cana.

Pamela yang sedari tadi mendengar perbincangan tersebut cuma bisa geleng-geleng kepala. Sebagai orang dewasa dia tahu kalau kekasih papa Cana yang dimaksud, memang sudah jadi mama tiri Cana.

"Girls, sudah puas mengobrolnya?" tanya Pamela yang sudah ada di hadapan ketiga gadis kecil itu.

"Eh, Aunty! Aku pikir yang bakalan jemput kita adalah Mami. Soalnya lama banget nggak datang-datang," ungkap Mia.

"Aunty udah datang dari tadi lho! Cuma Aunty dengerin kalian ngobrol dulu. Kayanya asik banget."

"Ih, Aunty! Sudah dewasa kok hoby nya nguping sih? Kata Mami itu hal yang nggak bagus!"

"Iya Aunty tahu kok, Kia. Cuma sayang banget kalau dilewatkan."

Pamela tertuju pada Cana yang terlihat takut melihat dirinya. Padahal apa yang mesti ditakutkan? Dia cantik paripurna.

"Kamu belum dijemput sama mama kamu, Sayang?"

Cana cuma menggeleng.

"Kamu takut sama Aunty?"

Cana mengangguk.

"Aunty baik kok, nggak gigit."

"Tapi, Aunty orang dewasa, orang dewasa menakutkan karena bisanya cuma bohongin kami yang cuma anak-anak. Mama bilang dia akan baik-baik aja kalau berpisah dari papa, tapi tiap malam dia nangis di kamarnya. Tiap hari mama selalu marahin aku kalau pulang sekolahnya telat."

"Jadi, kamu nggak bakalan dijemput pulangnya sama mama kamu?"

"Semenjak Cana cerita mama dan papanya bertengkar, Cana emang sering pulangnya sendiri Aunty."

Mia menjawab pertanyaan yang Pamela tujukan ke Cana.

"Gimana kalau kamu pulang bareng kita? Mau ya?"

Karena ada bujukkan dan paksaan dari si kembar, akhirnya Cana pun mau juga. Pamela jadi cemberut ketika di kembar dan Cana malah memilih duduk di belakang kemudi semua. Dia duduk di depan sendiri.

"Hey, kalian, satu duduk di depan! Masa iya Aunty sendirian, nanti dikira supir lagi. Aunty nggak mau!"

"Ih Aunty! Udah deh jangan banyak protes! Udah jalan aja Aunty, supaya Cana cepat sampai ke rumahnya," jawab Mia.

"Mia! Duduk di depan!" perintah Pamela.

"No, Aunty. Aku nggak mau," tolak Mia.

Sudah dibujuk dengan cara apapun, Mia tak mau duduk di depan. Pamela pun akhirnya pasrah duduk di depan sendirian.

Setelah mengantarkan Cana pulang ke rumahnya, kini Mia mau beralih tempat duduk di samping kemudi.

"Kenapa sekarang tanpa diminta pun kamu mau duduk di depan?" tanya Pamela dengan sedikit kesal.

"Soalnya aku penasaran mau menanyakan sesuatu."

"Tanya apa?"

"Apa semua orang dewasa akan seperti orang tuanya Cana?"

"Kenapa pertanyaan kamu kaya gitu sih Mia? Kamu masih kecil."

"Papi, sepertinya dia juga punya kekasih. Apa mungkin papi nggak pernah mau ketemu kami karena takut kekasihnya tidak suka dan meninggalkan papi?"

Pamela tiba-tiba memberhentikan mobilnya secara mendadak. Ia benar-benar terkejut dengan perkataan yang diucapkan oleh Mia.

"Mia, kenapa kamu bilang begitu?"

Pada akhirnya Pamela memilih untuk memberhentikan mobilnya di pinggir jalan daripada terus terkejut dengan ucapan dari Mia.

Mia pun bercerita ke Pamela tentang Raisa yang selalu memberikan foto papi mereka. Tapi foto kemarin yang dilihatnya berbeda, ada sebuah tangan yang digenggam oleh papinya. Mereka tahu itu tangan perempuan karena ukurannya lebih kecil dan juga warnanya yang lebih putih dari tangan papi mereka.

Ya Tuhan, kenapa anak-anak Raisa harus sepintar ini sih? Aku kan jadi bingung, gimana menjawabnya.

*

*

TBC

Terpopuler

Comments

Dewa Rana

Dewa Rana

dalam bahasa inggris cukup hanya "you are the best...." gak perlu tambahan "from other..."

2023-12-25

4

Tavia Dewi

Tavia Dewi

astagfirullah,,,jadi 😭

2023-12-13

0

Praised94

Praised94

terima kasih 👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍

2023-12-07

2

lihat semua
Episodes
1 Part 1
2 Part 2
3 Part 3
4 Part 4
5 Part 5
6 Part 6
7 Part 7
8 Part 8
9 Part 9
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 Part 13
14 Part 14
15 Part 15
16 Part 16
17 Part 17
18 Part 18
19 Part 19
20 Part 20
21 Part 21
22 Part 22
23 Part 23
24 Part 24
25 Part 25
26 Part 26
27 Part 27
28 Part 28
29 Part 29
30 Part 30
31 Part 31
32 Part 32
33 Part 33
34 Part 34
35 Part 35
36 Part 36
37 Part 37
38 Part 38
39 Part 39
40 Part 40
41 Part 41
42 Part 42
43 Part 43
44 Part 44
45 Part 45
46 Part 46
47 Part 47
48 Part 48
49 Part 49
50 Part 50
51 Part 51
52 Part 52
53 Part 53
54 Part 54
55 Part 55
56 Part 56
57 Part 57
58 Part 58
59 Part 59
60 Part 60
61 Part 61
62 Part 62
63 Part 63
64 Part 64
65 Part 65
66 Part 66
67 Part 67
68 Part 68
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71
72 Part 72
73 Part 73
74 Part 74
75 Part 75
76 Part 76
77 Part 77
78 Part 78
79 Part 79
80 Part 80
81 Part 81
82 Part 82
83 Part 83
84 Part 84
85 Part 85
86 Part 86
87 Part 87
88 Part 88
89 Part 89
90 Part 90
91 Part 91
92 Part 92
93 Part 93
94 Part 94
95 Part 95
96 Part 96
97 Part 97
98 Part 98
99 Part 99
100 Part 100
101 Part 101
102 Part 102
103 Part 103
104 Part 104
105 Part 105
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Part 1
2
Part 2
3
Part 3
4
Part 4
5
Part 5
6
Part 6
7
Part 7
8
Part 8
9
Part 9
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
Part 13
14
Part 14
15
Part 15
16
Part 16
17
Part 17
18
Part 18
19
Part 19
20
Part 20
21
Part 21
22
Part 22
23
Part 23
24
Part 24
25
Part 25
26
Part 26
27
Part 27
28
Part 28
29
Part 29
30
Part 30
31
Part 31
32
Part 32
33
Part 33
34
Part 34
35
Part 35
36
Part 36
37
Part 37
38
Part 38
39
Part 39
40
Part 40
41
Part 41
42
Part 42
43
Part 43
44
Part 44
45
Part 45
46
Part 46
47
Part 47
48
Part 48
49
Part 49
50
Part 50
51
Part 51
52
Part 52
53
Part 53
54
Part 54
55
Part 55
56
Part 56
57
Part 57
58
Part 58
59
Part 59
60
Part 60
61
Part 61
62
Part 62
63
Part 63
64
Part 64
65
Part 65
66
Part 66
67
Part 67
68
Part 68
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71
72
Part 72
73
Part 73
74
Part 74
75
Part 75
76
Part 76
77
Part 77
78
Part 78
79
Part 79
80
Part 80
81
Part 81
82
Part 82
83
Part 83
84
Part 84
85
Part 85
86
Part 86
87
Part 87
88
Part 88
89
Part 89
90
Part 90
91
Part 91
92
Part 92
93
Part 93
94
Part 94
95
Part 95
96
Part 96
97
Part 97
98
Part 98
99
Part 99
100
Part 100
101
Part 101
102
Part 102
103
Part 103
104
Part 104
105
Part 105

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!