Part 19

"Aku memang tidak pantas jadi seorang ibu! Aku ibu yang gagal! Aku, aku ... "

Ucapan Raisa terhenti karena Roni langsung memeluk dirinya yang terduduk sambil memeluk lututnya.

"Nggak, Mba bukan ibu yang gagal, Mba adalah ibu yang berhasil menanamkan rasa cinta dan ke anak-anak Mba. Kia melakukan itu bukan karena dia anak yang nakal, tapi karena dia melindungi adiknya dan tidak mau adiknya terus diejek di sekolah oleh teman-temannya. Sama seperti Mba yang dulu selalu melindungi aku, ketika ibu marah dan hendak memukulku. Jangan menyalahkan diri Mba atas kejadian ini Mba. Aku mohon."

"Hiks ... hiks ... Bagaimana bisa aku tidak menyangka diriku atas kejadian ini Ron? Aku bersalah, aku bersalah karena salah mendidik mereka. Apa selama ini aku terlalu memanjakan mereka?"

"Nggak Mba, Nggak. Selama ini Mba selalu mendidik mereka untuk tahu artinya tanggung jawab. Yang selalu memanjakan mereka bukan Mba tapi aku. Jadi jangan salahkan diri Mba."

Raisa tak bisa berhenti menangis, dia masih merasa gagal mendidik anak-anaknya. Sampai pada akhirnya dia pun lelah juga dan berakhir tertidur dalam kondisi terduduk.

Roni langsung memindahkan kakaknya ke atas ranjang dan menyelimuti tubuh kakaknya.

"Karena masa lalu buruk itu, Mba Raisa selalu begini. Aku ingin trauma Mba menghilang dan bahagia bersama si kembar. Selamat tidur Mba."

Roni berjalan keluar dari kamar Raisa. Dia pun merasa bersalah karena dirinya tak bisa melakukan apapun untuk membantu kakaknya di masa lalu.

"Seandainya, seandainya aku dulu sudah besar, mungkin semuanya tidak akan begini."

*

*

Esok harinya, Raisa sendirilah yang mengantarkan si kembar ke sekolah untuk meminta maaf pada anak laki-laki yang sudah didorong hingga terjatuh oleh Kia.

Waktunya tepat sekali, karena ternyata anak laki-laki itu kini ada bersama ibunya. Raisa pun meminta Kia untuk meminta maaf dengan tulus. Tapi yang diharapkannya, akan berdamai, malah sebaliknya. Ibu dari si anak laki-laki langsung mengamuk begitu saja.

"Pantesan saja anak kamu nakal dan tidak tahu caranya minta maaf. Ternyata memang tidak memiliki ayah. Mereka pasti tidak tahu gimana caranya bertanggung jawab. Kamu juga, sebagai ibunya, kok bisa nggak mendidik anak kamu dengan benar. Lihat! Lutut anak saya berdarah, semua ini gara-gara anak kamu! Anak saya bilang, anak kamu yang ganggu anak saya duluan."

"Nggak Mi, dia duluan yang ganggu Mia! Bukan kami!" ucap Kia yang menyangkal ucapan ibu dari si anak laki-laki itu.

"Bohong! Kamu yang ganggu aku duluan!" ucap si anak laki-laki yang tidak mau disalahkan.

"Tuh dengar sendiri kan? Anak kamu yang ganggu anak saya duluan!"

Mia dan Kia menggeleng lagi, ingin maminya percaya pada mereka berdua.

Sampai ketika, Raisa tiba-tiba tertawa sendiri seperti orang tidak waras.

"Mungkin anak saya memang sudah melakukan kesalahan karena sudah membuat anak ibu terluka. Tapi dia mengakuinya dengan jujur dihadapan saya. Tapi anak ibu? Dia bahkan tidak jujur, kalau sudah menghina anak saya. Bahkan ibunya pun juga ikutan menghina. Apa iya, seorang ibu akan tega menghina seorang anak meskipun anak itu adalah anak orang ain? Bagaimana jika yang dihina adalah anak ibu sendiri? Harusnya jangan tanyakan bagaimana saya mendidik anak saya. Tapi tanyakan pada diri ibu sendiri. Bagaimana cara ibu mendidik anak ibu sampai dia berbohong pada ibunya sendiri. Tahu begini, saya tidak akan meminta anak saya untuk meminta maaf pada orang seperti kalian. Orang-orang yang tidak tahu rasanya direndahkan. Orang yang tahunya hanya mengejek dan membual dengan ucapannya."

Suasana sekolah semakin ramai, karena sudah banyak siswa-siswi yang berdatangan ke sekolah.

"Aku melihatnya kemarin, anak laki-laki itu memang mengejek dan membuat Mia sampai menangis. Bahkan bukan hanya Mia saja, aku juga diejeknya karena memiliki mama tiri," ujar Cana membela Kia.

Lalu ditambah, siswa-siswa yang lain, yang ikut-ikutan buka suara.

"Lihat, kita bisa tahu sendiri, siapa yang memulainya lebih dulu. Apa ibu tidak malu?"

Ibu itu langsung menatap tajam ke arah anak laki-lakinya. Tanpa ampun dia malah memukul bokong anaknya sampai meringis kesakitan. Raisa yang melihat itu jadi ikut meringis, karena ia tahu betapa sakitnya dipukul seperti itu.

"Bukan anak ibu yang salah, didikan ibu yang salah. Jangan perlakukan dia dengan kasar, Bu."

"Siapa kamu berani menasehati saya! Minggir Kamu!"

Ibu itu menarik anak laki-lakinya dengan paksa. Raisa terus mengamati kepergian ibu dan anak itu sampai tak terlihat lagi di matanya.

Raisa mensejajarkan tingginya dengan si kembar. Ia mengelus kedua puncak kepala anaknya.

"Maafkan Mami ya sayang. Semalam Mami sempat mendiamkan kalian. Mami bangga kalian sudah bisa menjaga satu sama lainnya. Tapi janji ya sama Mami, kalau kejadian seperti ini terulang lagi, jangan pakai kekerasan, promise?"

Raisa menunjukkan kedua jari kelingkingnya dan langsung diterima oleh si kembar.

"Promise," jawab keduanya yang langsung dipeluk dengan sayang oleh Raisa.

"Belajar yang rajin ya sayang, Mami kerja dulu."

"Iya Mi, semangat kerjanya Mi!"

Raisa mengangguk lalu melambaikan tangannya ke si kembar.

*

*

Persiapan pernikahan sudah hampir selesai, mulai dari gedung, dekorasi, souvenir, hanya tinggal beberapa saja yang belum. Tapi entah kenapa semakin dekat menuju acara, perasaan Tamara semakin tak karuan rasanya. Bukannya semakin yakin, dirinya jadi semakin ragu akan cinta yang dimiliki Edgar untuknya.

Mungkin apa yang dikatakan Edgar memang ada benarnya kalau diurus berdua semua acara pernikahannya akan ada banyak cekcok nantinya. Tapi diurus sendirian, rasanya seperti dia sendiri yang antusias dengan pernikahan yang akan berlangsung 1 bulan 3 Minggu lagi.

"Kamu kenapa sayang? Apa yang kamu pikirkan?" tanya Astrid.

"Nggak papa kok Ma. Aku hanya tidak sabar aja menunggu waktu pernikahan."

Astrid tersenyum mendengarnya.

"Pasti itu mah, pokoknya nanti Mami akan ajak kamu perawatan supaya kamu tampil sempurna saat malam pertama."

Mendengar hal itu membuat pipi Tamara jadi memerah.

*

*

Ketika Raisa tengah bersantai di luar restoran, ada Edgar yang baru saja keluar dari mobilnya dan akan berjalan menuju ke restoran.

Mata Raisa hanya bisa mendelik karena saking terkejutnya. Tubuhnya seolah tak bisa digerakkan untuk menghindar lagi. Sampai akhirnya keduanya pun saling berjumpa setelah sekian lamanya berpisah.

"Hai Ca, apa kabar?" Edgar menyapa Raisa dengan tersenyum.

Senyuman yang dulu selalu Raisa rindukan tiap harinya. Tapi kenapa sepertinya masih ia rindukan sampai sekarang? Apa jangan-jangan ...

"Baik, baik sekali," jawab Raisa seolah bersikap biasa saja.

"Panggil aku Raisa."

"Kenapa? Dari dulu aku selalu memanggil namamu dengan Ca. Ada yang salah dengan itu?"

"No, but now just call me Raisa not Ca!"

"Em, oke Raisa."

"Good."

Raisa pun pergi meninggalkan Edgar tanpa kata apapun lagi. Ia bahkan tak menanyakan kabar Edgar sedikit pun walaupun sejujurnya ia sedikit penasaran, meskipun ia tahu, Edgar juga pasti baik, apalagi dia akan segera menikah.

Tapi satu pertanyaan yang dilontarkan sebelum dia pergi membuat Raisa tertegun.

"Apa kamu bahagia?"

*

*

TBC

Terpopuler

Comments

♡Ñùř♡

♡Ñùř♡

😭😭😭😭

2025-02-26

1

Erni Fitriana

Erni Fitriana

pertanya'an yg membuat aku ambigu edgar😔😔😔😔😔

2024-08-03

1

🍁ˢ⍣⃟ₛ Angela❣️

🍁ˢ⍣⃟ₛ Angela❣️

aku bahagia bila dengan mu ca

2024-01-31

1

lihat semua
Episodes
1 Part 1
2 Part 2
3 Part 3
4 Part 4
5 Part 5
6 Part 6
7 Part 7
8 Part 8
9 Part 9
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 Part 13
14 Part 14
15 Part 15
16 Part 16
17 Part 17
18 Part 18
19 Part 19
20 Part 20
21 Part 21
22 Part 22
23 Part 23
24 Part 24
25 Part 25
26 Part 26
27 Part 27
28 Part 28
29 Part 29
30 Part 30
31 Part 31
32 Part 32
33 Part 33
34 Part 34
35 Part 35
36 Part 36
37 Part 37
38 Part 38
39 Part 39
40 Part 40
41 Part 41
42 Part 42
43 Part 43
44 Part 44
45 Part 45
46 Part 46
47 Part 47
48 Part 48
49 Part 49
50 Part 50
51 Part 51
52 Part 52
53 Part 53
54 Part 54
55 Part 55
56 Part 56
57 Part 57
58 Part 58
59 Part 59
60 Part 60
61 Part 61
62 Part 62
63 Part 63
64 Part 64
65 Part 65
66 Part 66
67 Part 67
68 Part 68
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71
72 Part 72
73 Part 73
74 Part 74
75 Part 75
76 Part 76
77 Part 77
78 Part 78
79 Part 79
80 Part 80
81 Part 81
82 Part 82
83 Part 83
84 Part 84
85 Part 85
86 Part 86
87 Part 87
88 Part 88
89 Part 89
90 Part 90
91 Part 91
92 Part 92
93 Part 93
94 Part 94
95 Part 95
96 Part 96
97 Part 97
98 Part 98
99 Part 99
100 Part 100
101 Part 101
102 Part 102
103 Part 103
104 Part 104
105 Part 105
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Part 1
2
Part 2
3
Part 3
4
Part 4
5
Part 5
6
Part 6
7
Part 7
8
Part 8
9
Part 9
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
Part 13
14
Part 14
15
Part 15
16
Part 16
17
Part 17
18
Part 18
19
Part 19
20
Part 20
21
Part 21
22
Part 22
23
Part 23
24
Part 24
25
Part 25
26
Part 26
27
Part 27
28
Part 28
29
Part 29
30
Part 30
31
Part 31
32
Part 32
33
Part 33
34
Part 34
35
Part 35
36
Part 36
37
Part 37
38
Part 38
39
Part 39
40
Part 40
41
Part 41
42
Part 42
43
Part 43
44
Part 44
45
Part 45
46
Part 46
47
Part 47
48
Part 48
49
Part 49
50
Part 50
51
Part 51
52
Part 52
53
Part 53
54
Part 54
55
Part 55
56
Part 56
57
Part 57
58
Part 58
59
Part 59
60
Part 60
61
Part 61
62
Part 62
63
Part 63
64
Part 64
65
Part 65
66
Part 66
67
Part 67
68
Part 68
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71
72
Part 72
73
Part 73
74
Part 74
75
Part 75
76
Part 76
77
Part 77
78
Part 78
79
Part 79
80
Part 80
81
Part 81
82
Part 82
83
Part 83
84
Part 84
85
Part 85
86
Part 86
87
Part 87
88
Part 88
89
Part 89
90
Part 90
91
Part 91
92
Part 92
93
Part 93
94
Part 94
95
Part 95
96
Part 96
97
Part 97
98
Part 98
99
Part 99
100
Part 100
101
Part 101
102
Part 102
103
Part 103
104
Part 104
105
Part 105

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!