Part 8

Sepulang kerja, Raisa langsung membersihkan tubuhnya lebih dulu sebelum menemui si kembar yang terdengar sedang bermain di kamar. Selesai mandi, Raisa masuk ke dalam kamar si kembar dan disambut dengan pelukan oleh keduanya.

"Maaf ya, Mami sedikit terlambat pulangnya, tadi ada kendala di jalan."

"Iya tidak apa-apa Mi. Yang penting Mami sudah pulang dan bersama kita," jawab Kia.

Sejujurnya, ia pulang terlambat karena mencetak foto Edgar lebih dulu untuk diberikan ke si kembar.

"Mami mau kasih kalian sesuatu."

"Apa Mi?" tanya keduanya dengan antusias.

"Tara!" Raisa menunjukkan selembar foto Edgar pada si kembar. Mia langsung meraihnya dan melihat wajah papinya dengan senyuman. Tapi ada satu hal yang membuatnya keheranan. Ada sebuah tangan yang digandeng oleh papinya. Foto orang tersebut tak ada disana tapi tangannya ada. Kia yang juga melihat itu langsung mengemukakan pendapatnya.

"Mi, lain kali kalau Mia minta foto papi lagi. Jangan diturutin Mi. Aku nggak mau kehadiran kami jadi penghalang bagi papi."

Raisa yang tidak mengerti ucapan Kia hanya bisa menaikan salah satu alisnya sambil bertanya alasannya.

"Kenapa? Apa yang kamu pikirkan memangnya? Kalian itu bukan penghalang."

"Kemarin Cana cerita ke aku, kalau papa dan mamanya memutuskan untuk berpisah, karena papanya memiliki kekasih lagi dan katanya, Cana pun melihat langsung papanya dan kekasihnya bergandengan tangan di depan matanya sendiri. Kita nggak apa-apa kok kalau nggak bisa lihat foto papi yang baru lagi. Kata Cana, kebahagiaan papanya ada bersama kekasihnya itu, jadi dia pun merestui dan tak ingin jadi penghalang kebahagiaan papanya."

Sedetik kemudian Raisa terkejut mendengar perkataan yang keluar dari mulut Kia. Bukan, si kembar bukanlah penghalang, mereka adalah penyemangat hidupnya. Dirinya yang salah, salah karena sengaja menyembunyikan keberadaan si kembar karena rasa takutnya.

Raisa memeluk Kia dan menjelaskan, "Kalian bukan penghalang. Papi mungkin memang bahagia bersama kekasihnya, tapi tidak mungkin menganggap kalian sebagai penghalang. Jadi jangan berpikiran seperti itu. Nggak boleh ya!"

"Kalau begitu, kenapa selama ini Papi tidak pernah menemui kita Mi?" kini giliran Mia yang bertanya.

Sejujurnya Raisa sudah bingung mau menjawab bagaimana lagi. Tapi, Kia langsung menjawab pertanyaan Mia.

"Aku paham kok Mi. Mami dan Papi pasti sudah berpisah kan? Makanya kita tidak tinggal bersama dengan Papi. Tapi Mami nggak perlu sedih atau takut lagi. Aku janji akan membuat Mia tak menanyakan tentang Papi lagi."

Entah harus bahagia atau bersedih, Raisa hanya bisa terdiam dengan matanya yang sudah mendung tinggal menunggu hujannya saja. Tapi tentunya ia tak mau memperlihatkan itu di depan anak kembarnya.

"Mi, apa Papi nggak menginginkan kita?" tanya Mia lagi yang membuat Raisa tak mampu lagi membendung tangisnya. Dia segera memeluk kedua putri kembarnya dan menangis tanpa suara agar si kembar tak curiga. Kemudian setelah puas menangis, Raisa mengusapnya.

Tak banyak kata yang terucap dari bibir Raisa, dia hanya berkata akan membuatkan makan malam untuk keduanya.

Selepas Raisa keluar dari kamar si kembar, keduanya jadi berdebat satu sama lainnya.

"Gara-gara kamu sih! Mami jadi sedih, kan? Sudah aku bilang jangan terus minta ini itu tentang papi."

Kia tahu betul kalau mami mereka tadi menangis. Dia hanya pura-pura tidak tahu saja supaya maminya merasa lega.

"Kok jadi salahin aku? Kamu juga ingin lihat foto papi yang baru kan? Pasti kamu juga penasaran dengan papi kenapa dia tak pernah terlihat sekalipun di depan kita. Bohong! Kalau kamu bilang mami aja sudah cukup! Bahkan aku sering dengar kamu mengigau mau ketemu sama papi."

Kia masih menyangkalnya karena ia benar-benar tak sadar.

"Aku benci kamu Larisa!" ungkap Mia yang kalau sudah kesal dan marah ke kembarannya pasti menyebut nama panjang dari Kia. Tak hanya itu, dia pun menaiki ranjang dan tidur dengan memunggungi Kia.

Kia yang diabaikan kembarannya pun memilih untuk keluar dari kamar dan mendapati maminya bukannya memasak malah duduk meringkuk di pojokan dapur. Ingin mendekat, tapi entah kenapa ia ragu. Ia takut maminya akan marah. Alhasil, Kia pun masuk kembali ke dalam kamar dan duduk di ranjangnya sambil terus melihat ke Mia yang tak berubah posisinya.

"Mia," panggil Kia.

"Mia! Mia! Mia!" panggil Kia lagi dengan sedikit keras.

"Mami nangis," ucapnya lirih yang sontak saja membuat Mia terbangun dan langsung duduk di ranjang juga.

"Kita cuma punya Mami. Aku hanya tidak mau mami bersedih. Bisakah kamu bekerjasama denganku untuk tidak terus menanyakan tentang papi?"

"Apa Mami menangis gara-gara itu?"

"Mungkin saja," jawab Kia.

*

*

Raisa merasa dirinya telah gagal menjadi ibu yang baik. Dia pikir kehadirannya saja sudah cukup untuk si kembar. Ternyata, itu salah, mau bagaimana pun, si kembar tetap membutuhkan sosok ayah mereka. Dia kini bingung mau melakukan apa untuk kedepannya. Rasanya tidak mungkin, ia tiba-tiba datang ke keluarga Gautama dan mengatakan kalau mereka memiliki cucu dan Edgar memiliki anak darinya. Raisa belum siap untuk melihat reaksi mereka. Ia takut kebencian akan semakin besar kepadanya.

"Bagaimana aku melewati ini semua? Sementara aku saja hanya menjadi ibu yang rapuh."

Pintu rumah Raisa terbuka dengan sendirinya, rupanya yang datang adalah Pamela, sahabat baiknya. Pamela yang melihat Raisa tak berdaya langsung memeluknya.

"Keluarkan semuanya, jangan ditahan-tahan terus. Nanti kalau sudah lebih baik, kamu harus ceritakan ke aku."

Kehadiran Pamela selalu pada waktu yang tepat. Dia memang membutuhkan seseorang untuk ada di sisinya saat ini. Setidaknya untuk menjaga anak-anaknya di saat dirinya rapuh.

Setelah sekian lama, tangisan Raisa pun mulai reda. Pamela membawa Raisa duduk di sofa supaya lebih nyaman saat bercerita.

"Aku adalah mami yang buruk, La. Aku, aku, aku tak bisa mempertemukan mereka dengan papi mereka. Aku belum siap, aku ... "

Raisa hampir menangis lagi, tapi Pamela langsung memeluknya lagi. Sebagai sahabat Raisa sejak SMK, Pamela banyak tahu tentang penderitaan yang Raisa alami.

Pamela sangat bangga ke Raisa karena bisa melewati semuanya hingga sekarang.

"Kamu bukan mami yang buruk. Kamu mami yang sangat baik. Apa kamu tidak melihat mereka tumbuh jadi gadis kecil yang sehat dan cantik-cantik? Bahkan mereka tumbuh lebih baik dari anak lain yang memiliki orang tua yang utuh. Mereka tidak nakal, mereka lucu dan mudah berbaur. Itu semua berkat didikan kamu. Yang artinya kamu berhasil jadi mami yang baik. Entah apa yang membuat kamu begini, tapi ingatlah satu hal, kamu sudah sampai sejauh ini, kamu harus bahagia, supaya si kembar pun bahagia."

*

*

TBC

Terpopuler

Comments

Ilma Suryani

Ilma Suryani

episode ini mengandung bawang😭😭😭😭😭

2025-03-20

0

Rafinsa

Rafinsa

aku juga ikutan bagus bacanya...

2025-03-06

0

snow Dzero

snow Dzero

mewek aku Thor😭😭😭😭

2025-03-04

0

lihat semua
Episodes
1 Part 1
2 Part 2
3 Part 3
4 Part 4
5 Part 5
6 Part 6
7 Part 7
8 Part 8
9 Part 9
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 Part 13
14 Part 14
15 Part 15
16 Part 16
17 Part 17
18 Part 18
19 Part 19
20 Part 20
21 Part 21
22 Part 22
23 Part 23
24 Part 24
25 Part 25
26 Part 26
27 Part 27
28 Part 28
29 Part 29
30 Part 30
31 Part 31
32 Part 32
33 Part 33
34 Part 34
35 Part 35
36 Part 36
37 Part 37
38 Part 38
39 Part 39
40 Part 40
41 Part 41
42 Part 42
43 Part 43
44 Part 44
45 Part 45
46 Part 46
47 Part 47
48 Part 48
49 Part 49
50 Part 50
51 Part 51
52 Part 52
53 Part 53
54 Part 54
55 Part 55
56 Part 56
57 Part 57
58 Part 58
59 Part 59
60 Part 60
61 Part 61
62 Part 62
63 Part 63
64 Part 64
65 Part 65
66 Part 66
67 Part 67
68 Part 68
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71
72 Part 72
73 Part 73
74 Part 74
75 Part 75
76 Part 76
77 Part 77
78 Part 78
79 Part 79
80 Part 80
81 Part 81
82 Part 82
83 Part 83
84 Part 84
85 Part 85
86 Part 86
87 Part 87
88 Part 88
89 Part 89
90 Part 90
91 Part 91
92 Part 92
93 Part 93
94 Part 94
95 Part 95
96 Part 96
97 Part 97
98 Part 98
99 Part 99
100 Part 100
101 Part 101
102 Part 102
103 Part 103
104 Part 104
105 Part 105
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Part 1
2
Part 2
3
Part 3
4
Part 4
5
Part 5
6
Part 6
7
Part 7
8
Part 8
9
Part 9
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
Part 13
14
Part 14
15
Part 15
16
Part 16
17
Part 17
18
Part 18
19
Part 19
20
Part 20
21
Part 21
22
Part 22
23
Part 23
24
Part 24
25
Part 25
26
Part 26
27
Part 27
28
Part 28
29
Part 29
30
Part 30
31
Part 31
32
Part 32
33
Part 33
34
Part 34
35
Part 35
36
Part 36
37
Part 37
38
Part 38
39
Part 39
40
Part 40
41
Part 41
42
Part 42
43
Part 43
44
Part 44
45
Part 45
46
Part 46
47
Part 47
48
Part 48
49
Part 49
50
Part 50
51
Part 51
52
Part 52
53
Part 53
54
Part 54
55
Part 55
56
Part 56
57
Part 57
58
Part 58
59
Part 59
60
Part 60
61
Part 61
62
Part 62
63
Part 63
64
Part 64
65
Part 65
66
Part 66
67
Part 67
68
Part 68
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71
72
Part 72
73
Part 73
74
Part 74
75
Part 75
76
Part 76
77
Part 77
78
Part 78
79
Part 79
80
Part 80
81
Part 81
82
Part 82
83
Part 83
84
Part 84
85
Part 85
86
Part 86
87
Part 87
88
Part 88
89
Part 89
90
Part 90
91
Part 91
92
Part 92
93
Part 93
94
Part 94
95
Part 95
96
Part 96
97
Part 97
98
Part 98
99
Part 99
100
Part 100
101
Part 101
102
Part 102
103
Part 103
104
Part 104
105
Part 105

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!