Part 12

Sepulangnya Raisa di rumah, ia merasa sangat kesepian. Tak ada suara ceria dan senyum manis yang menyambutnya pulang kerja. Tak ada suara-suara pertengkaran yang biasanya ia dengar setiap harinya. Raisa menyadari, kalau hidupnya kini adalah untuk si kembar, tanpa kehadiran mereka, dia merasa hampa. Kalau dulu, ia sampai tega menggugurkan janinnya, mungkin saat ini ia akan menyesalinya.

"Terima kasih, kalian sudah hadir dalam hidup Mami. Mewarnai hidup mami yang awalnya cuma ada warna hitam dan putih. Maafkan Mami, karena dulu hampir menggugurkan kalian."

Di saat sendiri, Raisa selalu rapuh, bahkan kini dia terduduk lemas di lantai rumahnya sambil memeluk lututnya. Untungnya, si kembar tak ada di rumah, jadi dia bisa menumpahkan isi hatinya sepuasnya. Selama ini ia hanya pura-pura kuat, pura-pura baik-baik saja, dan pura-pura ceria di hadapan si kembar, padahal kenyataannya, ada banyak sekali yang dipikirkan oleh Raisa.

Hidupnya, masa lalunya, orang yang ia sayangi tapi membencinya, orang yang ia sayangi tapi meninggalkannya, dan orang yang menyayanginya dan harus ia bahagiakan.

Apa dia bisa membahagiakan orang yang ia sayangi di saat dirinya pun belum bahagia, dan belum bisa berdamai dengan masa lalunya?

Kenangan buruk ketika kecil dulu selalu terngiang-ngiang di pikiran Raisa. Bagaimana tidak, hampir setiap harinya, dia dijadikan objek pukulan oleh ibu kandungnya sendiri. Entah apa salahnya, ia pun tak tahu. Padahal dirinya selalu menuruti apapun keinginan ibunya. Sampai pada saat dia menginjak usia 10 tahun, dia pun tahu kenapa ibunya begitu membencinya. Ternyata dia hanyalah anak dari hasil hubungan gelap ibunya di dunia malam. Dia tak tahu siapa ayahnya.

Setiap harinya, di sekolahnya, Raisa selalu mendapatkan hinaan, ejekan dari teman-temannya kalau dia adalah anak haram yang lahir di luar pernikahan. Tak punya ayah dan tidak tahu siapa ayahnya.

Sudah tak mendapat kasih sayang di rumah, Raisa pun tak mendapatkan simpati di luar rumah. Seolah-olah dirinya ini adalah sampah yang harus dibuang dan diludahi setiap harinya. Tapi, dia berusaha kuat menjalani hidupnya meski pada akhirnya ia pun mengalami trauma. Trauma yang ingin Raisa hilangkan ketika bersama Edgar. Sayangnya, belum juga traumanya pulih dengan sempurna, Edgar malah memilih melepaskannya. Sejak saat itu, Raisa tak pernah lagi memeriksakan diri ke psikiater. Di hanya mencoba baik-baik saja dan menahan rasa sakit di batinnya.

Berharap kedua anaknya bisa tumbuh dengan cinta dan kasih sayang dan berlimpah. Ia benar-benar tidak ingin, apa yang dialaminya, dialami oleh kedua putri kembarnya. Jangan sampai, Raisa tak mau itu terjadi.

Alasan kenapa awalnya dirinya tak ingin memiliki anak adalah karena ia sadar diri kalau dia belum sanggup dan mentalnya masih sakit. Ia takut, sangat takut, akan menjadi ibu yang buruk nantinya. Bahkan sampai sekarang pun, Raisa selalu menganggap dirinya ibu yang buruk. Sampai ketika dia sendirian, dia selalu menangis sambil menatap kedua anaknya yang tertidur di atas ranjang.

Tangisan Raisa mulai mereda, dia harus kembali kuat demi si kembar. Memikirkan masa lalu, hanya akan membuatnya lemah.

Matanya melihat ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 9 malam. Pastinya si kembar pun sudah tidur. Raisa pun memutuskan untuk tidak menelpon Pamela meskipun dia ingin.

*

*

"Mba Raisa, si kembar jadi datang, kan?" tanya Rani sambil memotong-motong sayuran.

"Iya Ran. Fokus aja sama kerjaan kamu. Nanti kalau jari kamu terpotong kan pasti sakit," ucap Raisa sambil menasehati Rani.

"Iya Mba, tenang aja aku akan berhati-hati."

Raisa dan Rani pun mengerjakan tugas mereka masing-masing sampai jam istirahat. Mereka bergantian memasak di dapur dengan koki yang lainnya yang sudah istirahat lebih dulu.

"Mami!" panggil si kembar yang duduk di kursi dekat dengan jendela.

Senyum Raisa langsung mengembang ketika melihat sapaan dari anak-anaknya. Sehari tidak bertemu, rasanya sudah seperti setahun.

"Kalian dibelikan apa sama Aunty Lala?" tanya Raisa yang langsung to the point' ketika duduk di hadapan si kembar.

"Banyak Mi," jawab Mia.

"Udah bilang makasih belum?"

"Udah dong, Mi. Mami kan selalu ngajarin kita, kalau dikasih sesuatu sama orang harus mengucapkan terima kasih sebagai tanda kalau kita menghargai pemberiannya."

"Pintarnya anak-anak Mami."

"Iya dong!" jawab keduanya dengan bangga.

"Mana Om Kendra, Mi? Katanya mau kasih kami permen lolipop," ucap Mia yang sedari tadi terus celingukan mencari keberadaan Kendra.

"Om Kendra masih kerja sayang, tunggu sebentar lagi."

"Kalian nggak nanyain Tante?" Rani yang sebenarnya sedari tadi datang bersama Raisa malah tak dianggap kehadirannya oleh si kembar. Jadinya, dia cuma bisa menyimak doang.

"Eh, ada Tante Rani rupanya. Maaf ya Tan, Mia nggak lihat, hehe."

Raisa dan Pamela hanya bisa geleng-geleng kepala. Mana bisa orang sebesar Rani tidak kelihatan, dasar si kembarnya aja yang nggak sadar.

"Tante marah loh ini." Rani mulai merajuk.

"Maaf ya Tante cantik, tapi Mia beneran nggak sadar, hehe."

"Iya deh."

Tak lama kemudian, Kendra datang dengan membawakan dua buah permen lolipop untuk si kembar, dia duduk di samping Rani.

"Wah, lolipop!" si kembar begitu senang dan antusias menerima permen lolipop itu dari Kendra.

Di saat ingin memakannya, Raisa langsung melarang.

"Nggak boleh makan itu dulu kalau belum makan siang. Nanti perut kalian bisa sakit."

"Tapi Mi ... "

Mia ingin membantah tapi langsung diambil permennya oleh Raisa.

"Makan dulu, baru setelah itu Mami izinkan. Kamu juga sama Kia."

"Iya Mi," jawab keduanya dengan wajah yang tertunduk.

Walau begitu, keduanya selalu menurut. Bahkan ketika makan pun mereka sangat lahap sekali. Apalagi menunya ayam goreng kesukaan si kembar, Mia dengan ayam goreng bagian pahanya dan Kia dengan ayam goreng bagian dadanya.

Suasana makan siang di hari itu sangat ramai karena banyak sekali obrolan random yang diperbincangkan. Apalagi kehadiran si kembar yang selalu membuat keceriaan dimana pun mereka berada. Membuat orang yang tadinya lelah bekerja jadi memiliki semangat lagi untuk mulai bekerja.

"Tante Rani, Mami pasti sangat galak, kan ketika sedang bekerja. Soalnya kalau di rumah pun kalau aku dan Mia malas mengerjakan PR pasti langsung bunyi alarm berbahayanya."

Seketika mata Raisa langsung mendelik, sementara Pamela, Rani dan Kendra malah tertawa. Setiap kata yang keluar dari mulut si kembar selalu ada saja kosa kata yang bikin perut tergelitik.

"Bukan alarm berbahaya lagi Kia, tapi sudah kaya bom, yang siap meledak begitu saja," jawab Rani yang sengaja melebih-lebihkan.

"Bahkan tak hanya itu, cuma salah naruh sayuran aja bisa diomelin di jam istirahat. Om sering sekali kena marah Mami kalian," adu Kendra yang ingin meminta pembelaan dari si kembar.

"Hihi, kasiannya Om Kendra. Tapi, walaupun Mami suka ngomel dan marah, itu artinya Mami peduli Om. Mami ingin Om Kendra berusaha lebih baik lagi. Benar kan, Mi?"

"Benar sekali. Anak Mami emang pintar."

Kini Raisa bisa tersenyum lagi. Kedua anak kembarnya memang selalu pintar membuatnya kesal tapi pintar juga dalam meredakan rasa kesalnya itu.

"Kalian jadi anak Om aja mau nggak?" tawar Kendra.

"Nggak mau! Om Kendra duitnya kurang banyak!"

Kendra jadi merengut sementara yang lainnya malah tertawa.

*

*

TBC

Terpopuler

Comments

Mayyuzira

Mayyuzira

hahahahaha pinter si kembar

2025-02-13

1

Erni Fitriana

Erni Fitriana

love u twin's😘😘😘😘😘😘😘😘

2024-08-02

1

Andi Wahyu918😘

Andi Wahyu918😘

dasar kembar mata duitan🤣🤣🤣

2024-07-15

0

lihat semua
Episodes
1 Part 1
2 Part 2
3 Part 3
4 Part 4
5 Part 5
6 Part 6
7 Part 7
8 Part 8
9 Part 9
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 Part 13
14 Part 14
15 Part 15
16 Part 16
17 Part 17
18 Part 18
19 Part 19
20 Part 20
21 Part 21
22 Part 22
23 Part 23
24 Part 24
25 Part 25
26 Part 26
27 Part 27
28 Part 28
29 Part 29
30 Part 30
31 Part 31
32 Part 32
33 Part 33
34 Part 34
35 Part 35
36 Part 36
37 Part 37
38 Part 38
39 Part 39
40 Part 40
41 Part 41
42 Part 42
43 Part 43
44 Part 44
45 Part 45
46 Part 46
47 Part 47
48 Part 48
49 Part 49
50 Part 50
51 Part 51
52 Part 52
53 Part 53
54 Part 54
55 Part 55
56 Part 56
57 Part 57
58 Part 58
59 Part 59
60 Part 60
61 Part 61
62 Part 62
63 Part 63
64 Part 64
65 Part 65
66 Part 66
67 Part 67
68 Part 68
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71
72 Part 72
73 Part 73
74 Part 74
75 Part 75
76 Part 76
77 Part 77
78 Part 78
79 Part 79
80 Part 80
81 Part 81
82 Part 82
83 Part 83
84 Part 84
85 Part 85
86 Part 86
87 Part 87
88 Part 88
89 Part 89
90 Part 90
91 Part 91
92 Part 92
93 Part 93
94 Part 94
95 Part 95
96 Part 96
97 Part 97
98 Part 98
99 Part 99
100 Part 100
101 Part 101
102 Part 102
103 Part 103
104 Part 104
105 Part 105
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Part 1
2
Part 2
3
Part 3
4
Part 4
5
Part 5
6
Part 6
7
Part 7
8
Part 8
9
Part 9
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
Part 13
14
Part 14
15
Part 15
16
Part 16
17
Part 17
18
Part 18
19
Part 19
20
Part 20
21
Part 21
22
Part 22
23
Part 23
24
Part 24
25
Part 25
26
Part 26
27
Part 27
28
Part 28
29
Part 29
30
Part 30
31
Part 31
32
Part 32
33
Part 33
34
Part 34
35
Part 35
36
Part 36
37
Part 37
38
Part 38
39
Part 39
40
Part 40
41
Part 41
42
Part 42
43
Part 43
44
Part 44
45
Part 45
46
Part 46
47
Part 47
48
Part 48
49
Part 49
50
Part 50
51
Part 51
52
Part 52
53
Part 53
54
Part 54
55
Part 55
56
Part 56
57
Part 57
58
Part 58
59
Part 59
60
Part 60
61
Part 61
62
Part 62
63
Part 63
64
Part 64
65
Part 65
66
Part 66
67
Part 67
68
Part 68
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71
72
Part 72
73
Part 73
74
Part 74
75
Part 75
76
Part 76
77
Part 77
78
Part 78
79
Part 79
80
Part 80
81
Part 81
82
Part 82
83
Part 83
84
Part 84
85
Part 85
86
Part 86
87
Part 87
88
Part 88
89
Part 89
90
Part 90
91
Part 91
92
Part 92
93
Part 93
94
Part 94
95
Part 95
96
Part 96
97
Part 97
98
Part 98
99
Part 99
100
Part 100
101
Part 101
102
Part 102
103
Part 103
104
Part 104
105
Part 105

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!