Part 2

"Yee! Bolunya udah matang!" sorak Mia yang senang ketika maminya membawakan sepiring bolu rasa pandan kesukaannya.

"Ya ampun Anggika! Perutmu itu perut karet ya! Padahal tadi kamu sudah menghabiskan semangkuk bubur ayam masih aja mau makan bolu. Jadi gendut baru tahu rasa kamu!"

"Hih! Larisa! Dia kamu! Lagian badan aku udah cocok banget jadi model. Kalau nanti gendut tinggal olahraga aja biar langsing, wle!"

Mia menjulurkan lidahnya kemudian mengambil piring berisi bolu itu ke depan televisi. Ia berniat untuk menonton sambil nyemil.

Tok tok tok

Pintu rumah diketuk dari luar.

"Mi, ada yang ketuk pintu!" teriak Mia ke Raisa.

"Iya sayang," jawab Raisa yang bergegas pergi dari dapur ke depan.

Ketika membuka pintunya, rupanya yang bertamu adalah Roni, adik dari Raisa sendiri.

Bukannya senang dengan kedatangan adiknya, Raisa malah merengut, karena Roni membawakan banyak sekali bingkisan untuk anak-anaknya.

"Padahal sudah aku kasih tahu berulang kali, jangan manjakan anak-anakku. Kenapa kamu masih ngeyel sih!"

"Kenapa sih kak?! Orang mereka aja suka kok."

Roni menerobos masuk ke dalam rumah Raisa dan menyapa kedua keponakan kembarnya. Raisa hanya bisa menghela napasnya lalu menutup pintu rumahnya.

"Hai Kimi," sapa Roni.

Kimi itu singkatan dari Kia dan Mia. Roni suka malas menyebut nama keduanya, jadi ia sengaja menggabungkannya supaya lebih efesien.

"Aaaaa, Om Roni! I miss you, itu bawa apa Om?"

Mata Mia langsung tertuju ke bingkisan yang di bawa oleh pamannya.

Roni langsung mengeluarkan apa yang dia bawa dari wadahnya.

Ada satu set mainan Barbie dan beberapa buku sains kesukaan Kia. Di saat Mia heboh kegirangan mendapatkan mainan itu, Kia malah biasa saja tapi terlihat jelas senyuman di wajahnya pertanda bahwa Kia pun menyukainya.

"Om Roni emang the best pokoknya. Tau aja kalau Mia mau itu. Tapi mami nggak pernah beliin, soalnya mahal katanya. Lebih mahal dari biaya sekolah kami berdua."

Mendengar salah satu gadis kecilnya mengadukannya ke Roni, Raisa langsung mendelik. Putrinya itu memang selalu mengadu ke Roni ataupun ke Pamela, sahabat baiknya. Biasanya keduanya selalu memanjakan anak-anaknya kalau bertemu. Raisa pun cuma bisa menghela napas saja.

Sejujurnya, bukan tak bisa membelikan keduanya mainan mahal atau mainan kesukaan mereka, hanya saja Raisa ingin mengajarkan untuk berhemat dan tau mana yang lebih dibutuhkan.

"Mami kalian emang pelit orangnya. Makanya kalau mau apapun, mintanya sama Om aja."

"Sama Aunty Lala juga dikasih Om. Bahkan suka dibelikan lebih banyak dari ini Om," celetuk Mia lagi.

Roni langsung mendengus sebal. Ia lupa kalau ada satu saingan untuk merebut perhatian keponakannya, yaitu Pamela atau yang biasa mereka panggil Aunty Lala. Ya wajar saja, kalau Pamela lebih memberikan banyak, orang wanita itu adalah seorang influencer terkenal. Pasti uangnya banyak.

"Kalau disuruh pilih nih ya, kalian pilih Om Roni, Aunty Lala atau Mami kalian?"

Si kembar langsung melirik ke Raisa berpindah melirik Roni kemudian saling lirik-lirikan berdua untuk menentukan jawabannya.

"Aunty Lala dong!" jawab keduanya kompak.

Hal tersebut membuat Roni kesal, tapi ya ia akan berusaha jadi paman yang baik untuk keponakan-keponakannya sementara Raisa, dia sudah tahu kenapa anak-anaknya lebih memilih Pamela. Tentunya, karena wanita itu selalu memanjakan mereka.

"Mi, aku ke kamar dulu ya," pamit Kia.

"Iya sayang, jangan lupa dibawa barang yang dikasih Om Roni nya. Nanti dia marah."

"Iya Mi."

Kia pun pergi ke kamarnya dengan membawa buku yang diberikan oleh Roni sementara Mia, gadis itu malah asik memainkan Barbie nya yang sudah dibuka dari tempatnya.

"Kamu nggak ke kamar juga Mia?" tanya Roni.

"Nggak Om. Palingan Kia ke kamar itu mau baca buku yang dikasih Om. Dia kan kalau lagi baca nggak mau diganggu. Kaya harimau pokoknya yang diganggu langsung menggigit."

Roni hanya menggelengkan keduanya. Ia kadang masih terheran-heran saja dengan kedua ponakannya. Sifat dan kelakuan mereka berbeda 180 derajat. Yang satu sukanya kesunyian dan tak banyak minta ini dan itu. Tapi yang satunya udah kaya reog, senang bicara sama orang, agak sedikit narsis dan juga banyak permintaan.

"Om, kok nggak dibeliin sekalian Ken nya, biar si Barbie ada temennya," ucap Mia yang membuat Roni terdiam.

Ketika Mia pergi dari hadapannya pindah ke sofa, Roni mendekat ke Raisa yang ada di dapur.

"Sukurin! Makanya jangan keseringan beliin anak-anak aku mainan mahal."

"Ya gimana ya Mba, aku kan nggak tega biarin mereka cuma punya mainan itu-itu aja sementara teman-teman mereka yang lain punya banyak mainan yang mahal dan bagus-bagus."

"Mainan mahal dan bagus nggak menjamin kehidupan mereka akan bahagia, Ron. Tapi kasih sayang, dan perhatian dari orang tua mereka lah yang paling dibutuhkan. Mainan itu cuma alat bantu untuk menjaga mereka."

"Iya deh iya Mba."

"Ngomong-ngomong kamu disini bakalan berapa lama? Datang nggak bilang-bilang, kebiasaan tahu!"

"Hehe, maaf Mba. Aku aja bisa pulang karena emang dapat jatah cuti 5 hari dari kantor. Daripada disana tanpa melakukan apa-apa dan bingung mau apa. Mending pulang kan, main sama keponakan."

Raisa pun mengangguk. Ia juga senang kalau seperti itu. Kehadiran Roni di rumah bisa membantunya menjaga si kembar. Ia jadi tidak usah izin untuk menjemput keduanya ketika mereka pulang sekolah.

"Mba," panggil Roni.

"Hm? Ada apa?" tanya Raisa yang sedang membuat adonan bakwan.

"Sampai kapan Mba mau bersembunyi? Sampai kapan Mba mau menyembunyikan adanya si kembar dari Mas Edgar? Mereka butuh tahu papinya Mba. Bukan sekedar foto aja yang selalu Mba perlihatkan."

Seketika Raisa langsung berhenti mengaduk adonan bakwannya dan melirik ke arah Roni.

"Kamu cukup bantu aku menjaga mereka Ron. Urusan gimana sama Edgar nya, itu urusan aku. Lagipula, belum tentu keluarga mereka bisa menerima anak-anakku, wanita yang sudah dibenci oleh keluarga itu."

Roni tak bisa menanggapi ucapan Raisa lagi. Raisa memang terlalu keras kepala soal apapun. Bahkan untuk anak dia sendiri. Yang Roni yakini, sejujurnya kedua keponakannya itu menginginkan bertemu ayahnya.

"Terserah deh Mba. Tapi Mba juga perlu tahu. Meskipun sosok papi bisa Mba berikan ke mereka, tapi Mba nggak bisa menyamakannya. Seorang papi dan mami perannya berbeda. Bahkan gender nya saja juga beda. Sekuat apapun Mba mencoba dan berusaha, tetap aja pasti ada celahnya, ada bedanya."

Raisa terdiam mendengarkan kata-kata Roni. Ia menatapi kepergian adiknya yang berjalan mendekat ke Mia.

"Nggak kok, apa yang Roni katakan tidak benar. Karena selama ini, anak-anak tidak pernah bilang, mereka mau bertemu secara langsung dengan papi mereka."

*

*

TBC

Terpopuler

Comments

Siti Sumarni

Siti Sumarni

sukaaaaaa Thor SM ceritamu

2025-03-27

0

Wawan Prasetyo

Wawan Prasetyo

3

2025-03-03

0

Julham Simatupang

Julham Simatupang

lanjut

2024-12-11

0

lihat semua
Episodes
1 Part 1
2 Part 2
3 Part 3
4 Part 4
5 Part 5
6 Part 6
7 Part 7
8 Part 8
9 Part 9
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 Part 13
14 Part 14
15 Part 15
16 Part 16
17 Part 17
18 Part 18
19 Part 19
20 Part 20
21 Part 21
22 Part 22
23 Part 23
24 Part 24
25 Part 25
26 Part 26
27 Part 27
28 Part 28
29 Part 29
30 Part 30
31 Part 31
32 Part 32
33 Part 33
34 Part 34
35 Part 35
36 Part 36
37 Part 37
38 Part 38
39 Part 39
40 Part 40
41 Part 41
42 Part 42
43 Part 43
44 Part 44
45 Part 45
46 Part 46
47 Part 47
48 Part 48
49 Part 49
50 Part 50
51 Part 51
52 Part 52
53 Part 53
54 Part 54
55 Part 55
56 Part 56
57 Part 57
58 Part 58
59 Part 59
60 Part 60
61 Part 61
62 Part 62
63 Part 63
64 Part 64
65 Part 65
66 Part 66
67 Part 67
68 Part 68
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71
72 Part 72
73 Part 73
74 Part 74
75 Part 75
76 Part 76
77 Part 77
78 Part 78
79 Part 79
80 Part 80
81 Part 81
82 Part 82
83 Part 83
84 Part 84
85 Part 85
86 Part 86
87 Part 87
88 Part 88
89 Part 89
90 Part 90
91 Part 91
92 Part 92
93 Part 93
94 Part 94
95 Part 95
96 Part 96
97 Part 97
98 Part 98
99 Part 99
100 Part 100
101 Part 101
102 Part 102
103 Part 103
104 Part 104
105 Part 105
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Part 1
2
Part 2
3
Part 3
4
Part 4
5
Part 5
6
Part 6
7
Part 7
8
Part 8
9
Part 9
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
Part 13
14
Part 14
15
Part 15
16
Part 16
17
Part 17
18
Part 18
19
Part 19
20
Part 20
21
Part 21
22
Part 22
23
Part 23
24
Part 24
25
Part 25
26
Part 26
27
Part 27
28
Part 28
29
Part 29
30
Part 30
31
Part 31
32
Part 32
33
Part 33
34
Part 34
35
Part 35
36
Part 36
37
Part 37
38
Part 38
39
Part 39
40
Part 40
41
Part 41
42
Part 42
43
Part 43
44
Part 44
45
Part 45
46
Part 46
47
Part 47
48
Part 48
49
Part 49
50
Part 50
51
Part 51
52
Part 52
53
Part 53
54
Part 54
55
Part 55
56
Part 56
57
Part 57
58
Part 58
59
Part 59
60
Part 60
61
Part 61
62
Part 62
63
Part 63
64
Part 64
65
Part 65
66
Part 66
67
Part 67
68
Part 68
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71
72
Part 72
73
Part 73
74
Part 74
75
Part 75
76
Part 76
77
Part 77
78
Part 78
79
Part 79
80
Part 80
81
Part 81
82
Part 82
83
Part 83
84
Part 84
85
Part 85
86
Part 86
87
Part 87
88
Part 88
89
Part 89
90
Part 90
91
Part 91
92
Part 92
93
Part 93
94
Part 94
95
Part 95
96
Part 96
97
Part 97
98
Part 98
99
Part 99
100
Part 100
101
Part 101
102
Part 102
103
Part 103
104
Part 104
105
Part 105

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!