Part 4

Roni merasa gelisah, ia bimbang antara mau cerita ke Raisa atau tidak tentang pertemuannya dengan Elsa tadi. Kalau dilihat dari reaksinya sih, Elsa tidak curiga. Tapi tetap saja kalau mau membicarakan salah satu anggota keluarga dari Gautama, rasa-rasanya begitu mencekam.

Tepukan tangan di bahu Roni menyadarkan dari lamunannya sendiri.

"Kamu lagi mikirin apa sih, Ron?" tanya Raisa yang tiba-tiba duduk di sampingnya.

"Nggak mikirin apa-apa kok, Mba," jawab Roni yang masih menutup mulutnya.

"Kimi udah pada tidur, Mba?" tanya Roni lagi untuk membuka topik obrolan.

"Udah, ini kan sudah jam 8 lewat. Aku juga tidak akan izinkan mereka tidur malam-malam. Nggak bagus masih kecil tidurnya malam. Sebenarnya walaupun kita sudah dewasa pun, tidur malam tetap tidak bagus."

Roni mengangguk-angguk setuju.

"Berapa uang yang tadi kamu habiskan untuk bermain seharian dengan anak-anakku?" tanya Raisa.

"Apa sih Mba tanya-tanya begitu. Pokoknya aku nggak mau jawab kalau Mba malah ingin bayar uang yang tadi aku habiskan untuk mereka. Mereka keponakanku, jadi sudah sewajarnya kalau aku menyenangkan mereka."

"Tetap aja Ron, kamu itu juga harus punya tabungan, emangnya kamu nggak ingin menikah? Nggak mau punya rumah sendiri? Uang kamu selalu kamu habiskan untuk menyenangkan mereka kalau kamu kesini."

"Umurku masih muda, Mba. Baru juga 32 tahun. Kalau soal tabungan mah, aku ada. Tapi untuk urusan menyenangkan keponakanku itu juga sudah aku bedakan. Jadi aman semuanya Mba. Lagipula aku juga belum ingin menikah."

Raisa pun tak bisa berkata apa-apa lagi. Karena untuk menasehati tentang pernikahan, ia pun rasanya tak pantas karena pernikahannya pun kandas. Ia hanya berharap adiknya punya keluarga baru, alih-alih terus selalu mengkhawatirkan dirinya dan juga si kembar.

"Mba," ucap Roni lagi. Sepertinya Roni berubah pikiran. Ia tak mau kakaknya jadi semakin tertekan dan khawatir kalau Tidka tahu apapun.

"Tadi di mall aku tidak sengaja bertemu dengan Mba Elsa."

Lihat, baru menyebut namanya saja, Raisa langsung tersentak dan raut wajah ketakutan terlihat begitu jelasnya.

"Tenang aja Mba, Mba Elsa nggak tahu kok kalau Kimi adalah anak-anak Mba. Dia ngiranya Kimi anak-anak aku. Jadi, Mba nggak usah khawatir. Aku juga cerita kalau aku tidak tinggal disini lagi."

Hanya saja, tanggapan Raisa masih belum bisa terlihat tenang. Susah payah dia selalu bersembunyi dari keluarga Gautama, tapi kenapa pada akhirnya pertemuan kembali selalu ada?

Satu hal yang menjadi kekhawatirannya, Elsa tidak mungkin tidak mengira kalau si kembar adalah anak-anak dari Edgar. Apalagi wajah bule keduanya dan rambut berwarna pirang anaknya persis sekali dengan Edgar ditambah lagi ada lesung pipit di pipi si kembar. Kalaupun tidak tahu, mungkin hanya sekilas, pasti kalau Elsa terus mengamati wajah anak-anaknya, Elsa akan tahu kalau Edgar memiliki anak darinya.

"Kamu yakin dia tidak sadar dan curiga? Bisa saja dia hanya menyembunyikan keterkejutannya Ron. Gimana kalau dia memberitahukan itu ke keluarga besar Gautama. Aku takut, aku takut mereka akan mengambil si kembar dariku."

Itulah ketakutan dan kekhawatiran terbesar dalam hidup Raisa. Takut kehilangan dua buah hatinya. Meski awalnya sempat menolak tapi seiring berjalannya waktu, ternyata kehadiran si kembarlah yang mampu menguatkan dirinya untuk tetap menjalani hidup.

Masih teringat dengan jelas di ingatan, memori ketika Edgar meminta Raisa untuk memiliki seorang anak.

"Ca," panggil Edgar padanya. Caca adalah panggilan dari keluarga Edgar untuknya.

"Aku tahu, ini sangat berat untuk kamu. Tapi aku juga nggak ingin mengecewakan mama dan keluarga besarku. Mereka benar-benar mengharapkan keturunan dariku. Apalagi aku ini satu-satunya laki-laki dalam keluargaku. Apa tidak bisa, kita miliki satu anak saja?"

Raisa tersenyum kecut mendengarnya. Padahal Edgar sudah tahu penderitaannya. Sudah tahu rasa takutnya. Raisa takut, kalau tidak bisa membahagiakan anaknya, takut tidak bisa menjadi ibu yang baik untuk anaknya. Terlebih ia memiliki kenangan pahit tentang ibunya. Ia sadar diri, kalau dirinya tidak sempurna. Terlalu banyak kepiluan dan kesedihan dalam hidupnya. Ia rasa, ia tidak mampu untuk melihat anaknya menangis. Makanya ia tak ingin memiliki anak sama sekali. Seharusnya Edgar mengerti.

"Kamu sudah tahu alasanku, sudah tahu prinsipku. Tapi kenapa kamu justru memaksaku? Kamu ingin aku jadi gila?"

"Bukan, bukan begitu Ca. Aku hanya ingin menyenangkan keluargaku."

"Lalu bagaimana dengan aku? Kamu tahu aku tidak siap untuk itu. Aku bahkan masih terus menjalani pemeriksaan ke psikiater."

"Maaf Ca."

Ingatan itu membuat Raisa tak bisa untuk tidak menangis. Rasa takut, khawatir, kalut, gelisah, bercampur jadi satu. Mungkin kalau tidak ada Roni dan Pamela yang berada di sisinya juga. Raisa tak tahu apa di awal-awal kelahiran si kembar bisa ia jalani atau tidak.

Roni yang melihat ketakutan dari kakaknya pun hanya bisa mengelus punggung kakaknya untuk memberikan dukungan dan memberitahukan kalau dia akan selalu ada.

"Ada aku, ada Mba Pamela, kami pasti tidak akan membiarkan Mba ketakutan dalam kesendirian. Berdoa aja semoga Mba Elsa benar-benar tidak curiga di kembar anak Mba. Bohongi diri untuk kewarasan itu tidak apa-apa Mba."

Hanya isak tangis yang bisa Roni dengar dari kakaknya. Selama hidupnya, hanya Raisa satu-satunya keluarga yang dia punya. Raisa bahkan selalu mengunci pintu kamar di saat ibu mereka dulu mengamuk dan memukul-mukuli Raisa. Ia tidak melihatnya, tapi ia mendengar semua keributan itu. Sayangnya, ia masih terlalu kecil saat peristiwa itu terjadi. Kalau saja dia sudah besar sedikit, mungkin ia akan menolong kakaknya supaya kakaknya tidak memiliki trauma sebesar itu sampai sekarang.

Apapun yang membuat Mba bahagia. Aku akan selalu mendukung. Jadilah kuat Mba. Kalau Mba rapuh, Kimi pasti bisa merasakan itu. Mba mungkin hanya menganggap mereka anak kecil. Tapi Mba salah, mereka justru dewasa sebelum waktunya. Mereka begitu menjaga perasaan Maminya. Tidak ingin membuat Mba menangis atau terluka. Makanya mereka selalu jadi anak yang baik dan penurut.

*

*

"Ron, aku berangkat kerja dulu. Jangan telat antar si kembar ke sekolahnya. Aku sudah siapkan sarapan juga bekal mereka di meja makan."

"Iya Mba, hati-hati di jalan."

Raisa harus berangkat lebih pagi dari biasanya karena di restoran tempatnya bekerja sedang ada acara ulang tahun dari salah satu pelanggan disana. Jadi dia harus menyiapkan banyak makanan.

"Kalau lagi ada acara begini, upah lemburan kita jadi banyak Mba. Cuma tenaga yang kita keluarkan pun lebih besar. Ya sebanding sih sama upahnya. Aku kadang suka mikir, kapan ya aku bisa bikin acara begini, ngerayain ulang tahun sama keluarga dan teman-temanku di restoran mewah. Mikirinnya aja yang seneng, tapi abis itu langsung pusing sama duit yang harus dikeluarin."

Raisa yang mendengar curhatan Rani cuma bisa geleng-geleng kepala.

"Ulang tahun itu kan dimana kita bertambahnya usia. Mau dirayain secara besar-besaran atau sederhana sebenernya sama aja. Emang ngaruh sama usia kita nantinya? Nggak kan? Yang ngatur usia kita sampai usia berapa ya Tuhan. Yang kebanyakan orang cari dari perayaan ulang tahun ya momen kebersamaannya dan euforia ketika itu."

"Ah, Mba Raisa mah terlalu lempeng jadi orang. Sekali-kali mimpi dirayain besar-besaran lah Mba. Ya minimal sekali seumur hiduplah."

"Sekali seumur hidup?" gumam Raisa sambil teringat kenangannya bersama Edgar.

*

*

TBC

Terpopuler

Comments

Kostum Unik

Kostum Unik

Raisa yg egois lah. Ketakutan atau trauma itu di hadapi diobati bukan malah jadi bagian hidup. Kalau gk mau pny anak ya jgn menikah.

2025-03-11

2

Julham Simatupang

Julham Simatupang

iya dong

2024-12-11

0

by shyfa

by shyfa

ketakutan itu menjadi pelengkap ceritanya 😁

2024-11-21

3

lihat semua
Episodes
1 Part 1
2 Part 2
3 Part 3
4 Part 4
5 Part 5
6 Part 6
7 Part 7
8 Part 8
9 Part 9
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 Part 13
14 Part 14
15 Part 15
16 Part 16
17 Part 17
18 Part 18
19 Part 19
20 Part 20
21 Part 21
22 Part 22
23 Part 23
24 Part 24
25 Part 25
26 Part 26
27 Part 27
28 Part 28
29 Part 29
30 Part 30
31 Part 31
32 Part 32
33 Part 33
34 Part 34
35 Part 35
36 Part 36
37 Part 37
38 Part 38
39 Part 39
40 Part 40
41 Part 41
42 Part 42
43 Part 43
44 Part 44
45 Part 45
46 Part 46
47 Part 47
48 Part 48
49 Part 49
50 Part 50
51 Part 51
52 Part 52
53 Part 53
54 Part 54
55 Part 55
56 Part 56
57 Part 57
58 Part 58
59 Part 59
60 Part 60
61 Part 61
62 Part 62
63 Part 63
64 Part 64
65 Part 65
66 Part 66
67 Part 67
68 Part 68
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71
72 Part 72
73 Part 73
74 Part 74
75 Part 75
76 Part 76
77 Part 77
78 Part 78
79 Part 79
80 Part 80
81 Part 81
82 Part 82
83 Part 83
84 Part 84
85 Part 85
86 Part 86
87 Part 87
88 Part 88
89 Part 89
90 Part 90
91 Part 91
92 Part 92
93 Part 93
94 Part 94
95 Part 95
96 Part 96
97 Part 97
98 Part 98
99 Part 99
100 Part 100
101 Part 101
102 Part 102
103 Part 103
104 Part 104
105 Part 105
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Part 1
2
Part 2
3
Part 3
4
Part 4
5
Part 5
6
Part 6
7
Part 7
8
Part 8
9
Part 9
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
Part 13
14
Part 14
15
Part 15
16
Part 16
17
Part 17
18
Part 18
19
Part 19
20
Part 20
21
Part 21
22
Part 22
23
Part 23
24
Part 24
25
Part 25
26
Part 26
27
Part 27
28
Part 28
29
Part 29
30
Part 30
31
Part 31
32
Part 32
33
Part 33
34
Part 34
35
Part 35
36
Part 36
37
Part 37
38
Part 38
39
Part 39
40
Part 40
41
Part 41
42
Part 42
43
Part 43
44
Part 44
45
Part 45
46
Part 46
47
Part 47
48
Part 48
49
Part 49
50
Part 50
51
Part 51
52
Part 52
53
Part 53
54
Part 54
55
Part 55
56
Part 56
57
Part 57
58
Part 58
59
Part 59
60
Part 60
61
Part 61
62
Part 62
63
Part 63
64
Part 64
65
Part 65
66
Part 66
67
Part 67
68
Part 68
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71
72
Part 72
73
Part 73
74
Part 74
75
Part 75
76
Part 76
77
Part 77
78
Part 78
79
Part 79
80
Part 80
81
Part 81
82
Part 82
83
Part 83
84
Part 84
85
Part 85
86
Part 86
87
Part 87
88
Part 88
89
Part 89
90
Part 90
91
Part 91
92
Part 92
93
Part 93
94
Part 94
95
Part 95
96
Part 96
97
Part 97
98
Part 98
99
Part 99
100
Part 100
101
Part 101
102
Part 102
103
Part 103
104
Part 104
105
Part 105

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!