Chapter 06

"Apa sih maksudnya?" Viona dengan heran, Celvin membuka matanya dan dia terkejut melihat Viona yang sangat dekat dengannya, "Kau ini ngapain disini?" Celvin dengan kesal, "Inikan kamarku, tidurnya jangan disini dong!" Jawab Viona dengan kesal. Celvin menghela nafas lalu dia berjalan keluar.

Saat keluar Celvin melihat dapur yang berantakan, padahal hanya buat mie tapi sangat kotor, dan Celvin membersihkan itu.

"Besok mama ngajak kita mengunjungi makam kakek," Ucap Viona sambil mengunyah mie nya. Celvin hanya diam.

"Pak CEO dengar enggak sih?" Viona.

Celvin duduk di sebelah Viona, "Kakek itu orangnya bagaimana?" Tanya Celvin, dia juga penasaran dengan kakeknya sendiri. "Aku tidak tahu, aku lahir kakek sudah tidak ada. Tapi mama bilang kakek itu tegas, tidak ada yang berani dengannya. Oh iya mama juga bilang kalau dulu mama punya kakak yang, kakek sayang sama kakaknya mama tapi kakaknya mama malah kabur karena nikah sama orang miskin, makanya aku tidak mau nikah sama orang miskin." Viona.

"Aku kaya tenang saja. Kenapa kakaknya mama mu kabur? apa hubungan mereka tidak direstui?" Celvin.

"Mungkin begitu. Kata mama suami bibi itu hanya pekerja kantoran biasa, dan ternyata dia itu karyawan perusahaan kakek dulu," Viona dengan heboh.

"Apa bibimu pernah berkunjung ke rumahmu?"

"Eum... aku tidak tahu, mama bilang bibi sudah meninggal, dan sampai sekarang mama sama anak-anak buahnya itu mencari keluarga bibi."

"Kenapa mencari keluarganya?"

"Banyak nanya deh," Viona dengan kesal, Celvin menghela nafas, "Tinggal jawab kenapa sih," Omelnya.

"Iya iya... oh iya ya kalau di pikir-pikir aku juga tidak tahu kenapa mama mencari keluarga bibi," Viona dengan bingung.

"Gadis ini tidak ada gunanya sama sekali," Gumam Celvin dengan kesal.

Keesokan harinya.

Calvin sedang sibuk di ruang kerjanya, lalu Jery masuk dan dia menunjukkan pesan dari Zara.

"Dia ingin anda makan malam dengan istri anda pak," Jery.

"Berarti aku di undang di rumahnya kan," Calvin sambil tersenyum sinis.

"Kau belum tahu bukti dia membunuh mamaku?" Calvin.

"Saya ke rumah sakit saat anda di lahirkan, saya tanya beberapa dokter kandungan yang mengurus persalinan mama anda tapi tidak ada satu orang pun tahu mama anda, bahkan di daftar buku pasien tidak ada. Saya juga ke kantor polisi tapi tidak ada kasus pembunuhan saat itu." Jelas Jery.

Celvin berdecih tersenyum, "Tentu saja dia menghapusnya. Baiklah aku akan datang nanti malam, tidak ada jadwal kan aku sampai nanti?" Celvin.

"Tidak ada pak. Untuk donasi yang anda minta sudah saya kirimkan ke panti asuhan." Jery.

"Terimakasih ya," Celvin. "Oh iya donasikan 12 M untuk pembangunan panti juga, tolong urus ya.. " Celvin.

"Siap pak," Jery.

Celvin keluar dari kantornya untuk makan siang ke restoran Hendrik, dan ada beberapa cewek-cewek SMA yang mendatanginya dan meminta foto, Celvin kebingungan melihat mereka semua lalu Jery datang dan langsung membawa Celvin masuk ke dalam.

"Ada apa ini?" Celvin dengan heran.

"Karena wawancara itu anda jadi terkenal di kalangan anak-anak SMA pak," Jawab Jery.

"Aku? kenapa?" Celvin dengan heran. Lalu Jery menunjukkan artikel ke Celvin, Celvin terkejut karena banyak artikel muncul tentang dirinya, banyak juga komenan orang-orang yang memujinya.

"Wah apa sehebat itu aku," Gumam Celvin dengan heran.

"Jadi anda tidak bisa keluyuran sendirian sekarang, saya akan mengantar anda makan siang pak," Jery.

Lalu mereka berada di restoran Hendrik. Orang-orang di restoran itu melihat kagum ke arah Celvin.

"Mereka benar-benar seperti terbius olehmu," Bisik Hendrik.

"Ya begitulah," Celvin dengan canda. Hendrik melirik Celvin dengan kesal.

"Jadi kapan kita liburan?" Hendrik.

"Entahlah aku masih bingung, oh iya Hendrik apa mama papa mu masih di desa? mereka tidak ke rumahmu?" Celvin.

"Kenapa?" Hendrik.

"Aku ingin menanyakan sesuatu ke mama papamu,"

"Hm? tanya apa?" Hendrik dengan heran.

"Nanti saja, kalau mama papamu kesini telepon aku!"

"Sebenarnya weekend nanti aku mau jenguk mereka, kau mau sekalian ikut?" Hendrik.

"Boleh, nanti aku telepon ya.. "

Malam harinya.

Celvin menjemput Viona ke apartemennya karena mereka akan makan malam ke rumah Zara.

"Apa kau tidak punya dres lain? kenapa terbuka sekali?" Celvin dengan heran. Viona memakai dres yang bagian atasnya hanya sampai di atas dada, dan dresnya juga pendek.

"Kenapa sih, cantik gini kok. Ayo cepat! jangan lama-lama pokoknya aku malas ketemu orang rumah." Viona dengan kesal.

Celvin menghela nafas.

Sampai di rumah Zara, mereka di sambut baik oleh orang-orang rumah. Dan sekarang mereka sedang makan malam bersama.

"Mama harap kalian segera punya momongan ya," Zara sambil tersenyum.

"3 anak cukup oke," Frans sambil tersenyum.

Celvin hanya tersenyum.

"Kenapa aku harus punya anak, aku tidak mau!" Viona dengan kesal. Celvin tersenyum kecil.

"Maaf ya Celvin, Viona ini masih kekanak-kanakan," Zara.

"Iya enggak apa-apa kok ma," Celvin sambil tersenyum.

Viona berdecih kesal, dia benci situasi yang penuh kebohongan ini, "Bagaimana? apa saham kalian semakin menaik karena pernikahan ku? aku dengar dari asisten mama naik loh," Viona.

"Viona!" Zara.

Celvin hanya diam.

"Ayo lakukan lagi apapun, aku siap menerima kok. Mau aku punya anak? terus apa lagi?" Viona sambil tersenyum sinis.

"Viona makan dulu ya," Frans.

"Udah lah, ngapain sih pakai acara makan malam bareng segala, kan tujuan nikah bukan membangun rumah tangga tapi menaikan saham iya kan, buang-buang waktu ku saja....." Viona dengan kesal, lalu dia beranjak pergi keluar.

Zara menahan emosinya karena tingkah Viona itu, "Biar aku yang urus ma, maaf ya, aku permisi dulu," Celvin sambil tersenyum lalu dia keluar.

"Anak itu," Geram Zara.

Celvin masuk ke mobilnya, dan dia melihat Viona yang meneteskan air mata di dalam.

"Kau ini kenapa?" Celvin dengan heran.

Viona diam.

"Bukannya kau juga banyak untungnya karena pernikahan ini?" Celvin.

"Aku lapar! belikan aku makan!" Viona.

Celvin menghela nafas.

Dan mereka mampir ke kedai mie, Viona makan sangat lahab di sana, Celvin melihat para cowok-cowok disana yang memandangi tubuh Viona, lalu Celvin melepas jasnya dan memberikan ke Viona.

"Pakai!"

"Kenapa?" Viona dengan heran.

"Pakai saja!" Tegas Celvin, dan Viona memakainya dan lanjut makan.

Dan setelah selesai makan Calvin mampir ke supermarket untuk membeli minuman sedangkan Viona menunggunya di luar.

"Hai kak," Sapa cowok-cowok SMA itu.

Viona menatap mereka dengan kesal.

"Cantik banget sih kak, beliin kita rokok dong," Goda mereka.

"Paan sih beli aja sendiri," Omel Viona.

"Heih jangan gitu dong," Salah satu dari mereka menyentuh pundak Viona, dan....

Dukkkkk!

Celvin memukul anak itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!