Love Vs Blood

Love Vs Blood

1.Love vs Blood

Seorang Perempuan duduk di kursi kerja. Dua kancing teratas kemeja berwarna peach sengaja dibiarkan terbuka memperlihatkan bel*han d*danya. Mengacak sedikit rambutnya yang terurai, dibuatnya berantakan di arahkan searah.

Seorang laki-laki tinggi, tampan, berkulit bersih dengan rahang dipenuhi rambut-rambut kecil. Begitu gagah berjalan memasuki ruangan menghampiri perempuan yang duduk sudah menanti kedatangannya.

"Pagi sayang ...." Sapanya.

Tanpa aba-aba disamb*rnya b*bir berlipstik merah merona itu tanpa permisi, dilum*tnya secara liar. Membuat perempuannya terenggah mencari pasokan oksigen.

"Aaahh ...." Erangnya terdengar erot*s ditelinga sang kekasih. Bibir itu masih saling m*lum*t, saling memberikan kenikmatan.

Dreeettt .... Dreeettt .... Dreeettt ....

Getar ponsel berbunyi berkepanjangan mengganggu. Lelaki itu menghentikan aktivitasnya. Dengan lembut dilepaskan paut*n dua b*bir yang masih menyatu. Diambil lah ponsel yang berada di saku celananya.

"Yes, baby." ucapnya, menjawab panggilan telepon.

"Uncle where are you?Aku udah di Bandara."

Lelaki itu melihat jam yang bertengger di tangan kirinya.

"Tunggu, Uncle segera datang." Pesannya.

Lelaki itu segera mematikan sambungan telepon.

"Sorry sayang, nanti kita lanjutkan lagi. I Miss you so much," ucapnya kembali menc*um b*bir kekasihnya singkat.

Perempuan itu hanya tersenyum, sebelum menjawab "Aku gak bisa lama, banyak kerjaan."

"Oke, maaf nanti aku jemput." Ucap sang lelaki lagi.

Di k*cupnya b*bir itu lagi secara singkat, sebelum meninggalkan perempuan itu sendiri di dalam ruang kerjanya.

Lelaki itu segera berlalu, berjalan dengan gagah memakai setelan, dengan jas hitam yang masih berada di tangannya.

Pintu tertutup, dengan cepat perempuan itu menutup dua kancing kemejanya dan merapikan rambutnya kembali. Matanya mengarah ke kamera kecil berbentuk jarum yang sengaja ditancapkan tersembunyi di bingkai sebuah lukisan yang nempel di dinding menghadap ke arah meja kerja, perempuan itu mengarahkan j*ri tengahnya.

Di ruangan lain yang tersembunyi. Seorang laki-laki menyaksikan adegan panas itu di layar komputer.

"Sialan Tania hot," Umpatnya.

 

Tin tin tin ....

Tin tin tin tin tin ....

Tin tin tin ....

Klakson mobil dan motor bersahutan. Traffic light mendadak error tidak bergerak. Kemacetan terjadi.

Semua pengendara dibuat cemas. Apalagi bertepatan dengan pagi di hari Senin. Semua jalur berantakan. Saling mengumpat karena keterlambatan.

"What the f*ck?" umpat lelaki mengendarai mobil berwarna hitam pekat.

Di barisan lain dalam mobil berwarna putih seorang wanita harus menahan kontraksi. Memegangi perutnya yang besar merasakan sakit setengah mati.

"Sabar sayang ku," suaminya terlihat cemas menenangkan.

"Perasaanku gak enak." Jawab sang istri.

"Udah jangan bilang gak enak gak enak ,cemas ini!" cekcoknya.

"Telepon Arya bodo!" Perintah sang istri sudah tidak tahan lagi.

Tanpa ba bi bu si suami menuruti, mencari keberadaan ponsel setelah segera menekan tombol memanggil, benda berbentuk pipi segera dirampas tanpa permisi oleh sang istri.

"Arya ini kelakuan kamu bukan?" Tanyanya sambil berteriak.

Si lelaki yang di sampingnya baru menyadari dan merebut kembali ponselnya.

"Jangan bilang ini kelakuan kamu, istriku kontraksi bodoh. Sampai istriku kenapa- kenapa awas saja kamu. Burungmu yang ku potong biar gak punya masa depan!" ucapnya emosi.

"Apa sih kak?Masih pagi juga." Jawab seorang lelaki di balik telepon.

"Kamu tuh yang masih pagi, semenit lagi gak di benerin awas saja kau!" ancamnya.

"1 jam lagi kak," Jawabnya bercanda.

"Emang nih anak ya , Minta dipotong beneran." 

Di sampingnya si istri semakin merintih kesakitan.

"Arya cepet jangan bercanda Sabilla udah mulai mau lahiran cepet Ar." Ucapnya memohon.

Menyaksikan istrinya yang merintih kesakitan nada bicaranya kini terdengar rendah khawatir dan memohon .

"Wkwkwk wkwkwk siap kak." Jawab Arya, seseorang di balik telepon.

"JANGAN KETAWA B*GO!" Bentaknya.

"Iya ini udah kak." Jawab Arya santai.

"B*doh cepat jalan, Udah pada jalan!" kini Sabilla yang mengomel kepada suaminya.

Mobil di belakangnya tidak berhenti membunyikan klakson tanda menyuruhnya melajukan mobil. Segera dirinya menutup telepon, membanting setir cepat cepat.

 

Situasi bandara begitu ramai, lalu lalang keluar masuk para penumpang. Seorang perempuan tinggi, hanya memakai celana jeans, kaos polos putih, flat shoes dan rambut panjang yang menjuntai bak Rapunzel. Di balik kaca mata hitam terlihat cantiknya begitu natural tidak seperti tujuh tahun silam, yang wajahnya tertutup make up tebal tidak beraturan.

Brukk ....

"Aduh …." Rintihnya

"Sorry girl." Ucap Lelaki itu.

"Iya gak papa." Jawabnya sambil memegangi bahunya. 

Seorang lelaki tampan dengan sengaja menabrak, terlalu fokus memainkan ponsel dijadikan alasan.

Perempuan itu terus memegangi bahu meringis sedikit nyeri, efek benturan lengan besar seorang lelaki bertubuh atletis.

Lelaki itu memperhatikan lekat, berjalan lebih dekat.

"Apa perlu ke rumah sakit?" Tanyanya pada sang perempuan cantik.

"Ah tidak usah!" Tolaknya tanpa basa-basi.

"Hmmmmmm, boleh kenalan?" Seketika menjadi kesempatan yang ditunggu-tunggu. Sebelum ada jawaban lelaki itu mengulurkan tangannya.

"Putra." Katanya

"Arika." Perempuan itu membalas jabatan tangannya. Enam tahun meninggalkan Indonesia tidak ada salahnya memulai mencari teman baru. Ah, kalau dipikir siapa juga yang akan menolak jika ada seorang lelaki tampan mengajaknya berkenalan.

"Lagi nunggu seseorang?" Tanya Putra.

"Nunggu jemputan." Jawab Arika, celingukan melihat kanan kiri.

"Kalau tidak keberatan, boleh aku antar sekalian?" Ucap Putra tanpa basa-basi.

Arika terlihat berpikir mempertimbangkan tawaran Putra.

"Sepertinya tidak bisa, Uncle sudah dijalan." Tolaknya sebelum pada akhirnya dering telepon berbunyi.

"Baby, uncle telat. Jalanan macet entah lampu lalu lintas error." Ucap seseorang dibalik sambungan telepon, terdengar emosi.

Putra yang masih berdiri di sebelahnya mendengar percakapan itu.

"Oke, aku pulang sendiri Uncle."

"Hati-hati Baby, Uncle secepatnya sampai rumah!"

"Oke uncle." Jawabnya jengah. 

"Sorry, sepertinya aku menerima tawaranmu." Ucap Arika setelah menutup sambungan teleponnya.

Putra tersenyum menang.

 

Seorang perawat keluar ruangan memberikan kabar bahagia kepada Bayu yang mondar mandir tidak karuan.

Prosedur Rumah Sakit tidak mengizinkan suami menemani sang istri melahirkan.

Emosi Bayu membara, ingin rasanya mencekik semua pekerja. Jika perlu detik itu juga dirinya membeli rumah sakit supaya bisa menemani Sabilla yang sedang berjuang antara hidup dan mati.

Melihat Sabilla merintih kesakitan, Dirinya saja tidak mampu. Andai bisa, biarkan dirinya sendiri yang mengandung dan melahirkan.

"Selamat Pak, Ibu dan Bayi sehat. Semuanya berjalan lancar, jenis kelamin Perempuan." tutur seorang Dokter 

Sekujur tubuh Bayu lemas, berucap syukur ketika anak pertamanya laki - laki dan kini perempuan, Lengkap sudah. Air matanya berlinang kebahagiaan.

 

Mobil sedan berhenti tepat di pelataran rumah yang cukup mewah dan unik. Gaya modern klasik membuat orang yang melihat mengagumi keindahannya.

"Thanks." Arika mengucapkan terima kasih pada Putra untuk tumpangannya.

"No problem." Putra menyodorkan ponselnya sebelum Arika membuka seat belt untuk turun.

Muka Arika bingung, lalu bertanya "Why?"

"Gak ada yang gratis, nomer telepon kamu?" Putra tersenyum smirk, meminta nomor ponsel Arika. 

Arika geleng-geleng kepala, menerima ponsel dan memencet beberapa angka kemudian dikembalikan lagi ponsel itu ke Putra.

"Thanks girl." Ucap Putra setelah mendapatkan keinginannya.

"You're welcome Boy." Arika memberikan senyuman sedikit terpaksa.

Arika turun, Putra segera melajukan mobilnya cepat-cepat sebelum si Jamie datang.

Sesuai dugaan, jarak beberapa menit mobil Jamie sudah terparkir, segera keluar berlari menyambut keponakan kesayangannya.

"Hai baby, welcome back to home." Sambutnya.

"Uncle …." teriak Arika  meloncat ke pelukan Jamie.

"Kabar Paris gimana?"

"Bosen, Capek." Jawab Arika manyun masih memeluk samping tubuh Jamie.

Jamie mengacak puncak kepala rambut Arika.

"Kalau gak mau capek ya tidur aja di rumah." tuturnya

"Capek uncle, photoshoot sana sini. Maunya disini liburan panjang dulu." Keluh Arika.

"Ambil cuti berapa lama?" Tanya Jamie yang masih merangkul keponakan tersayangnya.

"Aku bilang ke Rebecca buat menolak semua tawaran sampai mood ku membaik." Tutur Arika.

"Idih yang udah jadi model internasional, songong ya sekarang." Goda Jamie, mengusap puncak kepala Arika.

Kini mereka berdua duduk di sofa menghadap ke taman. Jamie berdiri mengambil air minum untuk dirinya dan Arika.

"Uncle …." Panggil Arika

"Iya." 

"Arika gak denger kabar Mom and Dad. Arika sempat nyari juga di Paris tapi gak ketemu." Cerita Arika, memperhatikan Jamie yang sedang meminum. Perkataan Arika membuat Jamie tersedak.

"Mungkin mereka sibuk,"

"Mandi sana!" Perintahnya kemudian sebelum Arika mengajukan pertanyaan - pertanyaan lainnya.

Arika selalu mencoba stay positive thinking ketika Jamie memberikan pengertian atas keberadaan orang tuanya.

"Iya Uncle." Arika menuruti. Tubuhnya juga gerah, menempuh perjalanan lama, tubuhnya juga butuh istirahat.

 

Brum Brum Brum Brum

Brum Brum Brum Brum Brum

Deretan mobil mobil mewah yang sudah termodifikasi berjejer rapi di lapangan luas, jauh dari hiruk pikuk keramaian kota. Tempat dimana menjadi ajang balapan mobil-mobil mewah, anak konglomerat.

"Kali ini kita taruhan mobil. Siapa yang kalah akan serahkan mobilnya?" Ujar Carlos salah satu pembalap dan ketua dalam komunitas mobil mewah.

"Deal." Tanpa pikir panjang seorang laki-laki mengindahkan permintaannya.

Mereka berdua masuk ke dalam mobilnya masing - masing. Grid girl sudah berada di tengah antara mobil satu dan mobil dua, untuk memberikan aba - aba.

One

Two

Three

Brum ….

Brum ….

Mobil melaju meliuk-liuk di jalanan. Di jam dini hari membuat mobil dengan kecepatan tinggi bebas menerjang jalanan. Saling mengejar satu sama lain merebutkan kemenangan.

Beberapa menit berlalu terlihat dari kejauhan mobil berwarna hitam abu memimpin hingga garis finis.

"Yes." Seorang lelaki yang menantikan harap-harap cemas, melayangkan kepalan tangan ke udara.

"Wow." Lelaki itu keluar dari dalam mobil dengan wajah bahagianya.

Bukan hanya kebahagiaan akan menerima mobil mewah sebagai tanda kemenangan. Melainkan misi yang dirinya lakukan berjalan dengan baik.

"Selamat My twin." Ujar laki-laki yang dari tadi menunggu, memberikan pelukan singkat.

Carlos keluar dari mobilnya dengan muka sedikit masam, melemparkan kunci mobilnya kepada si pemenang.

"Gue orangnya suportif, gue akui Lo emang keren." Pujinya pada Riki

"Thanks brother, jadi kesepakatan kita sebelum ini deal." Riki mengingatkan.

"Deal ,Lo keren. Welcome in My community." Sahabatnya dengan bangga, bertemu si Kembar yang hebat. Si kembar Raka dan Riki tersenyum penuh kemenangan.

Mission success.

Bersambung ….

Terpopuler

Comments

Ifa _

Ifa _

rik lu keren
waaw

2023-09-17

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!