Reuni Part 3

Setelah beberapa waktu kemudian kedua orang tua Wilona sudah sampai di Amerika bersama Julian, mereka langsung ke rumah Wilona karena Wilona memaksa pulang dan Farhan tidak bisa berbuat apapun.

Wilona memeluk ibunya sambil menangis, ibunya langsung menenangkan Wilona.

Di ruang tengah mereka berkumpul, Fernandez dan Julian tidak bisa tinggal lama di Amerika karena masih banyak kerjaan yang harus mereka urus, mungkin mereka berdua hanya akan tinggal dua atau tiga hari saja.

"Apapun yang kalian katakan sekarang, itu tidak akan merubah keputusan ku untuk melahirkan anak ini," Wilona mengusap perutnya.

"Tapi Wilona," ucapan ibunya bahkan ia potong begitu saja.

"Kalau kalian datang ke sini hanya untuk membujuk ku, itu semua akan sia-sia, aku yakin anak ini pasti kuat dan aku akan berjuang sekuat tenaga untuk melahirkannya," potong Wilona berlinang air mata, Farhan mencoba menenangkan Wilona.

"Wilona jangan keras kepala," bentar Fernandez sambil bangun, ia tidak mau nyawa putrinya kenapa-napa.

"Tapi Pa aku tetap tidak akan merubah keputusan ku," Kekeh Wilona.

"Sudah! Jangan membuat Wilona tambah banyak pikiran," Julian ikut berdiri untuk membujuk ayahnya tenang, kita pikirkan cara lain.

Fernandez mengibaskan jasnya dan kembali duduk, "Papa lakukan ini karena Papa tidak mau kau kenapa-napa Wilona, pikirkan itu!"

"Aku juga melakukan ini untuk anak pertama dan satu-satunya ini ayah," tambah Wilona kekeh.

"Kita istirahat saja dulu untuk hari ini," timpa Julian lagi.

___________

Sementara itu di Indonesia Queen dan teman-temannya sudah sampai di malam terakhir mereka di bogor, mereka tengah menikmati pesta kecil-kecilan untuk acara perpisahan malam ini, dimana mereka mengadakan acara bakar-bakar di taman belakang Villa.

Queen yang sedang duduk santai di sofa tiba-tiba memikirkan kakaknya Wilona, Niana yang melihat Queen diam saja langsung menghampiri Queen, "Kenapa? Nih minum," Niana menyodorkan segelas Wine ke Queen.

"Makasih," Queen menerimanya.

"Keliatannya lu murung gitu?" tanya Niana kembali.

"Entah kenapa dari kemarin gue mikirin Wilona terus," jelas Queen, ikatan batin antar keluarga memang tidak perlu di ragukan.

"Coba telpon aja, tanyain kabarnya gimana atau apa kek, kayaknya lu kangen deh sama Wilona, yah walaupun gue tau sekarang hubungan lu sama Wilona kayak gimana tapi ikatan batin antar adik kakak kan kuat."

"Enggak ah, gue malu."

Drian menghampiri Queen sambil membawa piring berisi sosis dan daging yang telah ia bakar barusan, "Nih makan," ia menyodorkan piring itu pada Queen.

Queen mengambil piring tersebut dan memakan sosis juga dagingnya.

"Ngapain sih berduaan aja? Yang lain pada asik karoke tuh di sana," Drian menunjuk yang lainnya menggunakan sorot mata.

"Biasa istri lu kepikiran kakaknya tapi gengsi buat telpon, kangen kali," ledek Niana.

"Julian?" tanya Drian.

"Wilona, orang yang sebelumnya calon istri lu," lanjut Niana.

"Eh tapi kayaknya kalau gue jadi sama Wilona enak yah, Wilona keliatan banget dewasanya dan bisa di andalkan gak kayak adiknya," Drian melirik Queen sekilas menggunakan ujung matanya.

"Dih lu pikir gue nikah sama lu adalah sebuah keistimewaan gitu? Kagak kali," timpa Queen tidak terima.

"Yah lu beruntung tau bisa nikah sama gue, cewek-cewek di luaran sana malah banyak yang pengen di posisi lu," Drian mengagungkan dirinya sendiri.

"Ya udah sana nikah sama cewek lain," sinis Queen.

"Ya bakal, nanti setelah kita cerai gue bakal langsung nikah kok sama yang lain. Tenang aja, gue bakalan langsung dapet pengganti nya."

"Iya gampang dapet pengganti, kan lu emang murahan jadi gampang," Queen tersenyum sinis.

"Mulai-mulai berantem lagi, lu berdua di rumah kayaknya bikin tetangga pusing yah, berisik, kerjaannya adu mulut aja tiap hari," timpa Niana.

"Biarin," balas keduanya berbarengan.

Niana tersenyum miring, "Wah udah mulai kompak nih kalian berdua."

"Enak aja," Queen dan Drian kembali menjawab dengan bersamaan.

"Tuh kan tuh kan," Niana kembali meledek mereka berdua.

"Tau ah terserah lu ajalah."

Selesai acara bakar-bakar semuanya istirahat di kamarnya masing-masing, Queen agak terpengaruh minum beralkohol membuatnya agak tidak sadarkan diri, Drian memapah Queen ke kamar lalu menidurkan Queen di kasurnya.

"Udah gue ingatkan berkali-kali jangan minum terlalu banyak, ujung-ujungnya nyusahin gue kan," bentak Drian setelah menidurkan Queen di kasur.

Queen membuka matanya walaupun sangat berat, ia menatap Drian, "Kalau gue gak minum punya lu juga gue gak bakalan semabuk ini," balas Queen.

"Lagian ngapain minum punya gue juga?"

"Kalau gue gak minum punya lu yang ada lu masuk rumah sakit lagi, nanti penyakit lu kambuh. Lagian gak usah sok kuat deh jadi orang, udah tau penyakitan masih aja maksa minum," bentak Queen, ia berusaha berdiri tapi sayangnya ia terlalu pusing hingga membuatnya kembali terjatuh dan menarik baju Drian.

Membuat Drian kini ikut terjatuh dan menimpa Queen, Queen mulai tidak sadarkan diri keringat membasahi tubuhnya karena hawa panas dari minuman alkohol.

Drian menelan ludahnya sendiri saat melihat tubuh Queen yang kini begitu panas di matanya, ia berulang kali menggelengkan kepalanya dan menahan dari, Drian langsung berdiri dan membenarkan posisi tidur Queen, "Tahan Drian tahan," ucapnya sambil berjalan ke arah sofa untuk tidur.

Ia mulai tiduran di sofa dan mengontrol dirinya, "Jangan terpancing Drian, dia itu wanita bodoh dan musuh lu jangan tertipu," lanjut Drian sembari memejamkan matanya.

____________

Paginya Queen bangun duluan dan langsung duduk sembari mengocok matanya dan mencoba melihat ke arah sekitar, "Di kamar ternyata," ucapnya setelah semua nyawanya terkumpul, kemudian sudut matanya menangkan Drian yang sedang tidur di sofa.

"Sebentar! Semalam gue mabuk berat jadi apa yang gue lakuin semalam yah?" Queen mencoba mengingat-ingat kejadian semalam, tapi sekuat apapun ia mencoba mengingatnya tetap saja ia tidak mengingat apapun.

"Ah lagian mana mungkin Drian ngapa-ngapain gue, orang dia sendiri yang bilang gak nafsu sama gue. Yah emangnya, orang punya gue kecil," Queen menatap dadanya sendiri.

"Ih apaan sih Queen? Ah udah ah pusing," Queen langsung berlari kecil ke kamar mandi, pikiran negatif di otaknya harus segera di cuci agar tidak semakin negatif.

Selesai dari kamar mandi ia langsung keluar kamar untuk sarapan, di dapur ia malah melihat Niana dan Juan sedang bucin di dapur, "Pagi-pagi liat yang bucin jadi pen muntah," sindir Queen.

"Yah muntah aja kalau mau muntah mah, lah elu semalam sama Drian juga bucin banget," sindir Niana.

"Bucin?" Queen kaget, ia langsung mendekat ke arah Niana.

"Gue ngapain semalam? Sumpah gue gak inget apapun," lanjut Queen penasaran.

"Lu tanyain aja sama suami lu," goda Niana.

"Ah Niana yang bener dong, gue semalam ngapain aja?" Queen merengek.

"Mending lu gak usah tau deh, soalnya kalau lu sampai tau bakal ngebuat lu malu banget sih," ledek Juan.

"Ah dengan lu berdua ngomong kayak gitu makin bikin gue penasaran tau," Queen masih merengek meminta mereka menjelaskan semuanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!