Presdir dingin itu pemilik benih dalam rahimku
Di suatu malam yang indah dan tenang. Pancaran sinar rembulan menemani beragam aktivitas malam. Meski sudah memasuki pukul dini hari, kota itu masih nampak ramai tanpa ada tanda-tanda kesunyian. Salah satunya di sebuah tempat yang bagi beberapa orang adalah tempat untuk melepaskan penat dengan menikmati keindahan dunia malam.
Di salah satu ruangan VIP tempat itu.
"Ashraf come on, let's have fun. Nikmati semuanya. Di sini banyak wanita cantik yang bisa puasin kamu," ucap seorang pria paruh baya yang dikelilingi beberapa wanita penghibur.
"Saya sudah bilang bahwa saya tidak mau, Paman," tolak lelaki berumur 25 tahun itu. Tadinya ia datang ke tempat itu untuk bertemu rekan bisnis yang memang memaksa untuk bertemu di sana. Namun saat hendak pulang, ia bertemu dengan pamannya yang sedang bersenang-senang di sana.
"Setidaknya kamu harus minum 1 gelas ini. Hargailah Paman." Pria paruh baya itu menyodorkan segelas wine kepada Ashraf.
Ashraf benar-benar ingin segera pergi dari tempat itu. Ia pun mengambil minumannya dan ditenggak habis dalam satu tarikan nafas.
"Sudah ya, Paman. Ashraf pergi dulu."
Pria yang dipanggil paman itu menatap kepergian Ashraf sambil menyeringai kemudian menarik wanita di sampingnya untuk duduk di pangkuannya.
Di tempat juga waktu yang sama tepatnya di meja bartender, terdapat dua orang gadis seumuran yang terlihat sedang duduk menikmati beberapa minuman. Salah satu gadis itu telah menghabiskan beberapa gelas sedangkan yang satu lagi bahkan belum habis segelas.
"Kenapa dunia jahat banget sama gue, Rin. Mama udah ninggalin gue, Papa nikah lagi, dan sekarang pacar gue selingkuh. Gue capek, Rini," keluh gadis itu yang adalah Lila. Wajah meweknya sudah tak dapat ia tahan lagi.
Beberapa jam yang lalu gadis itu masih berada di rumah. Meskipun sebenarnya ia merasa malas dan tak betah di rumah itu namun ia juga merasa malas untuk keluar. Moodnya sedang tak bagus sebab baru saja bertengkar dengan sang ayah yang untuk kesekian kalinya menyuruh dirinya untuk melanjutkan sekolah ke London atau membantu sang kakak di perusahaan.
"Lo di mana? Gw mau curhat nih." Lila menekan send kemudian menunggu balasan. Ia sedang chattingan dengan satu-satunya teman sekaligus sahabatnya.
"Pas banget lo chat, La. Gw tadi liat cowo lo lagi jalan bareng cewe jadi gw ikutin." Balasan dari Rini sahabat Lila yang juga kemudian mengirimkan sebuah foto yang menampilkan sesosok pria memasuki hotel sambil merangkul mesra seorang wanita.
Lila menatap foto itu dan bergumam.
"Danis …"
Orang yang berada dalam foto itu tidak kelihatan wajahnya namun Lila sangat mengenal pria itu. Dia adalah Danis pacar Lila.
"Shareloc, Rin. Gw otw."
Setelah mengirim balasan terakhir, Lila tanpa menunggu lagi langsung mengambil jaket jeans miliknya dan kunci motor bergegas menuju parkiran.
Sesampainya di hotel Lila langsung disambut oleh Rini sahabatnya dan mereka memasuki hotel tersebut.
"Di mana?" tanya Lila tanpa menghentikan langkahnya. Wajahnya datar tanpa ekspresi dengan sorot mata yang berapi-api.
"Kamar B-03."
Sesampainya di depan pintu kamar B-03, Lila langsung membuka dengan kasar pintu yang ternyata tidak dikunci itu. Di dalamnya Lila melihat lelaki yang sangat ia sayangi melebihi keluarganya sendiri itu sedang bercumbu mesra dengan seorang wanita dalam keadaan sudah bertelanjang dada.
Lila hanya berdiri dan menatap dengan kecewa. Sedangkan Danis pacarnya hanya mengabaikannya seakan tak peduli dengan sekitarnya.
Lila yang tak dihiraukan kemudian memutuskan pergi dengan air mata yang telah berlinang.
*
"Kan masih ada gue." Rini menyodorkan segelas minuman dan langsung ditenggak habis oleh Lila. "Udah, La ... jangan dipikirin cowok brengsek kaya dia. Masih banyak yang lebih baik di luar sana," tambah Rini mengusap punggung Lila.
"Gue makasih banget sama, lo. Cuma lo yang setia temenin gue, Rin," ucap Lila tulus dan dibalas senyuman tipis dari sang sahabat.
Kemudian wajah gadis itu tiba-tiba menjadi pucat membiru menahan luapan isi lambungnya yang memaksa keluar. "Gue ke WC dulu." Lila beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan Rini.
"Nggak tau aja, lo." Rini menatap kepergian Lila dengan tatapan yang tak dapat diartikan.
5 menit kemudian Lila kembali dengan langkah yang tergontai.
"Gue balik dulu deh kayaknya. Kepala gue berat banget," ucap Lila kepada Rini sambil memegang kepalanya kemudian duduk dan menjatuhkan kepalanya ke meja. Gadis itu sudah tak sadarkan diri.
"Rasain, lo. Sebenarnya semua ini rencana gue. Gue iri sama, lo. Lo anak orang kaya, pacar lo dokter kaya juga, sedangkan gue harus banting tulang buat dapetin apa yang gue mau. Lo nggak berhak bahagia," ucap Rini setelah Lila tak sadarkan diri kemudian memapahnya.
Setelah tiba di depan sebuah kamar, Rini membuka pintu dan membawa Lila ke atas kasur. Rini memeriksa kembali apakah ia telah berada di tempat yang tepat, setelahnya ia pun pergi meninggalkan Lila dan tak lupa menutup pintu.
Selang beberapa menit setelah kepergian Rini, seorang pria keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk. Badan atletis juga wajah tampan yang menjadi incaran banyak wanita itu, ditambah rambut yang basah meneteskan air membuatnya terlihat semakin menggoda.
Dia adalah Ashraf. Setelah pergi meninggalkan pamannya tadi ia merasakan pusing luar biasa dan memutuskan untuk kembali ke bar dan memesan kamar. Ia tahu telah diberikan obat oleh pamannya sebab ini bukan pertama kali. Akhirnya ia memutuskan untuk mandi agar pengaruh obat tersebut berkurang.
Namun setelah mandi ia masih merasakan efek obat tersebut yang masih kuat. Ia menjadi lebih tidak dapat menahan hasratnya kala melihat seorang gadis cantik tengah berbaring di kasurnya.
Ashraf mendekati Lila yang tak sadarkan diri dan menaikkan tubuhnya di atas kasur sehingga Lila berada tepat di bawahnya. Dengan perlahan ia memajukan wajahnya hingga tak ada lagi jarak antara keduanya. Secara tak sadar Ashraf telah mencium bibir mungil Lila. Perlahan namun pasti ciuman itu berubah menjadi ******* dan akhirnya Ashraf tak sanggup lagi menahan hasrat lelakinya dan mulai menanggalkan pakaiannya.
"Kamu sendiri yang datang kepadaku jadi jangan salahkan Aku," ucap Ashraf dengan suara yang sudah berat dan kembali ******* bibir Lila. Terjadilah hubungan suami istri antara keduanya pada malam itu yang memang tak dapat dihindari lagi.
Saat waktu menjelang pagi, Lila terbangun dan merasakan perih di area sensitifnya. Ia pun mendudukkan dirinya dan mulai mengingat apa yang terjadi semalam.
"Semalam gue ingat habis dari wc gue pingsan. Gue nggak nyangka satu-satunya orang yang paling gue percaya ternyata selama ini dialah musuh gue."
Sebenarnya Lila masih mendengar perkataan Rini semalam walau hanya samar-samar. Ia mulai menyusun semua yang terjadi ke dalam otaknya dan menemukan jawabannya.
"Pasti di minuman semalam Rini masukkin sesuatu ke dalamnya. Gue nggak mungkin mabuk hanya dengan beberapa gelas. Apalagi minuman yang gue pesan semuanya minim alkohol."
Lila kemudian bangkit dari kasur dan mulai memungut pakaiannya yang berhamburan di mana-mana dan memakainya tanpa menyalakan lampu. Ia tak ingin melihat wajah orang yang telah mengambil kesuciannya. Lila berpikir bahwa itu pastilah om-om mata keranjang sebab ia tahu pekerjaan Rini adalah wanita simpanan lelaki beristri atau yang dikenal dengan sebutan sugar baby.
Setelah selesai mengenakan pakaiannya, Lila langsung bergegas meninggalkan Ashraf yang masih tertidur pulas
"Dari mana saja kamu semalam tidak pulang!"
*
*
_bersambung_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments