ayo menikah

Ashraf pov.

Pagi ini cuaca cerah sekali sangat mendukung suasana hatiku. Aku melihat kembali pantulan diriku di cermin.

Aku mengenakan kemeja dan celana pendek sebab kami akan ke pantai berdasarkan ucapan Amat kemarin.

Di sela-sela waktu saat Danis dan Dika bercerita kemarin, Amat membisikkan padaku bahwa mereka akan memakai pakaian atasan putih dan bawahan biru langit. Aku tentu mengerti kode dari Amat dan memberikan tos untuk berterima kasih.

Mengingat kejadian kemarin membuatku kembali panas. Ingin rasanya kutelan hidup-hidup si Danis itu. Beraninya dia memegang tangan Lila. Aku saja sangat ingin menggenggam tangan itu tapi harus bermain halus.

"Tidak akan kubiarkan pria jelek itu merebut hati Lila."

Melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 8, aku bergegas turun dan hendak keluar.

"Ashraf!" panggil seseorang yang kuyakini adalah Bunda. Suara nyaring dan cempreng itu adalah ciri khas sang ibunda.

"Sh*it!" Aku lupa seharusnya pergi diam-diam. Habis sudah Bunda akan marah.

"Mau ke mana kamu pakai baju begitu?" tanya Bunda.

"Em mau ke pantai, Bun," jawabku ragu-ragu karena tidak yakin akan mendapatkan izin. Tapi aku tidak bisa berbohong pada Bunda.

"Bunda 'kan sudah bilang kalau kita mau ke rumah rekan bisnis Ayah. Kamu nggak boleh pergi!" titah Bunda.

Seperti yang kuduga, tidak mungkin dapat izin.

"Tapi, Bun, Ashraf 'kan juga sudah bilang berapa kali kalau Ashraf nggak mau dijodohkan. Ashraf sudah punya calon istri pilihan Ashraf sendiri."

"Whattt!! Kamu punya calon? Kenapa nggak kenalin ke Bunda sama Ayah? Kalau gini 'kan Bunda jadi nggak usah susah payah cariin kamu pasangan!" cecar Bunda dengan suara nyaring membuatku menggosok telinga sampai panas. Sakit sekali rasanya.

"Maka dari itu Bunda berhenti paksa aku buat kencan lagi. Ashraf akan bawa menantu Bunda secepatnya," balasku dan bergegas pergi sebelum Bunda mulai bersuara kembali.

"Ashraf pamit, Bun." Aku mencium punggung tangan Bunda dan langsung berjalan dengan langkah yang besar agar bisa pergi secepatnya.

*

Sesampainya di pantai pria jelek itu melihatku dengan tatapan tak suka. Sangat puas sekali melihatnya seperti itu.

"Pak Ashraf pakaiannya bisa pas sekali dengan kami benar-benar kebetulan," ujar Lila yang sepertinya sadar dengan tatapan Danis melihat pakaian kami serasi sedang ia berbeda sendiri mengenakan kemeja coklat dan celana pendek berwarna biru.

"Om Ashraf ayok buat istana pasir," ajak Amat dan langsung kuiyakan.

Selama membuat istana pasir aku melirik dan melihat Danis sedang duduk di samping Lila terlihat mereka sedang mengobrol. Ingin sekali aku duduk di tengah-tengah meraka tapi Amat sedang bermain dengan happy.

"Amat kenapa bantuin Om?" tanyaku iseng pada Amat.

"Om Ashraf baik. Amat mau lihat Mommy bahagia dengan memiliki sosok suami yang bisa jadi tempat Mommy bersandar," jawab anak kecil ini membuatku sungguh tidak menyangka. Di umur sekecil ini dia sudah bersikap dewasa dan memikirkan sang ibu. Bersikap dewasa kala berusia balita, benar-benar ironis.

"Jadi Amat mau Om jadi Daddy Amat?" tanyaku memastikan lagi.

"Semua itu tergantung Mommy."

"Oke. Kalau begitu berarti Amat mau bantuin Om 'kan?"

"Bantu apa, Om?" Aku membisikkan rencana yang baru saja terlintas di kepalaku.

Setelah menyelesaikan istana pasir, aku mengajak Amat kembali ke Lila yang berada tak jauh dari kami.

"Mana pria itu?"

"Pria itu memiliki nama, namanya Danis. Dia buru-buru pergi tadi setelah mendapat telepon darurat dari rumah sakit. Apa kalian sudah selesai?"

"Hm. Sebaiknya kita mencari makan dulu. Amat juga sudah lapar," ujarku dan disetujui Lila.

Kami makan di restoran seafood pinggir pantai. Rasanya hangat sekali dapat berjalan bertiga seperti ini. Akhirnya nyamuk pengganggu itu sudah pergi.

Pov Ashraf end...

Ashraf mengantar Lila dan Amat pulang menggunakan mobilnya. Sesampainya di rumah Lila, seperti biasa ia tak langsung pulang melainkan singgah terlebih dahulu.

Jeni menyajikan secangkir kopi panas untuk Ashraf dan ingin kembali ke kamar namun ditahan oleh Ashraf.

"Tolong duduk sebentar. Ada hal yang ingin saya bicarakan," pinta Ashraf dan Jeni duduk di sofa bersama Lila bertanya-tanya dalam hati apa yang ingin dibicarakan oleh Ashraf.

"Saya ingin menikahi Lila."

Satu kalimat itu sukses membuat Jeni terkejut dan Lila menumpahkan gelas teh miliknya hingga tertumpah.

"Maksud Tuan Ashraf apa?" tanya Jeni ingin memastikan kembali.

"Saya ingin menjadikan Lila sebagai istri saya. Oleh karena itu saya ingin meminta restu dari Ibu Jeni dan Pak Tom agar menyetujui pernikahan kami," jelas Ashraf sekaligus meminta restu.

"Kami menyerahkan semua keputusan kepada Lila. Kalau Lila sendiri setuju maka kami pun akan setuju," jawab Jeni.

"Alasan apa Bapak ingin menikahi saya?" tanya Lila benar-benar tidak habis pikir dengan bosnya ini. Pertama ia tidak ingin membantu perusahaan ketika Dika yang meminta. Ketika ia yang meminta maka diterima oleh Ashraf. Tiba-tiba disuruh menjadi asisten dan sekarang tidak ada angin tidak ada hujan dia bilang ingin meminang? Yang benar saja.

"Karena saya ingin menikahi kamu. Dan juga Amat membutuhkan sosok ayah di sisinya. Saya yakin kamu sendiri juga tahu itu," jawab Ashraf. Dia tidak berani atau belum bisa memberitahu kebenaran akan ia yang merupakan ayah biologis dari Amat.

Lila diam sejenak. Apa yang diucapkan Ashraf benar adanya. Sebelumnya ia tak ingin mencari pendamping hidup sebab kehadiran Amat sudah cukup baginya. Namun belakangan ini melihat Amat yang terlihat lebih happy membuat hati kecil Lila mengatakan bahwa sudah saatnya untuk ia mencari ayah buat putra semata wayangnya itu. Tapi ibu anak satu itu bingung. Siapa ayah dari Amat ia tidak tahu dan tak ingin mencari tahu. Sebab orang itu mungkin sudah mati? Jujur Lila berharap pria tua yang mengambil kepolosannya mati saja. Ia benar-benar bimbang.

"Mommy ... Amat mau kok Om Ashraf jadi Daddy Amat," ujar Amat melihat sang ibu memandangnya mencari jawaban dari dirinya.

"Baiklah ..." Lila menarik nafas perlahan dan membuangnya berharap kebingungan dalam dirinya ikut terbuang.

*

*

_bersambung_

Terpopuler

Comments

Muthy

Muthy

tetap up❤‍🔥

2023-08-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!