"Memang benar Lila mengandung anak saya di luar pernikahan," ujar Ashraf membuat para tamu undangan menjadi lebih heboh bergosip samping kanan dan kiri. Sedangkan Siska masih ditahan oleh penjaga.
"Tapi Lila bukanlah wanita seperti yang dia bilang, semua itu adalah ulah orang yang tak bertanggung jawab. Kami sama-sama dijebak oleh oknum itu," tambah Ashraf setelah menjeda sedikit menunggu suara-suara ricuh tamu undangan menjadi hening.
"Dan wanita itu ..." Ashraf menunjuk Siska hingga semua fokus berpindah padanya. "Anda harus bertanggung jawab atas tindak kejahatan yang kamu lakukan. Saya akan menuntut kamu atas tuduhan pelaku tabrak lari dan atas pencemaran nama baik!" imbuh Ashraf.
"Tabrak lari? Percuma parasnya cantik kalau ternyata ia memendam jiwa penjahat dalam dirinya!"
"Saya percaya pada Tuan Ashraf. Kami sudah menjalankan kerja sama selama bertahun-tahun sejak ia masih menjadi ceo di perusahaan Arsaka Group sampai saat ini menjadi presdir di perusahaan miliknya sendiri."
"Ya benar. Saya juga setuju."
Kali ini yang mendominasi bisikan-bisikan itu adalah rekan-rekan bisnis Ashraf. Sedangkan sebelumnya yang mendominasi adalah istri-istri dari pejabat.
"Ti-Tidak! Aku nggak bunuh siapa pun!" jerit Siska sambil memegang kepalanya dan menggeleng-geleng dengan kuat.
"Tolong penjaga amankan wanita itu!" perintah Tuan Arsaka.
"Tidak! Lepaskan aku! Kakak!" Siska memberontak saat dibawa pergi dan memanggil sang manajer.
Sang manajer yang tadi membuat keributan agar Siska dapat masuk kini mengejar gadis itu. "Lepaskan tangan kalian!" marah sang manajer mencoba melepaskan Siska namun tenaga para penjaga jauh lebih kuat. Dia pun ikut diseret sebab mengganggu atas perintah Tuan Arsaka.
"Mohon maaf semuanya atas kejadian yang baru saja terjadi. Acara ini akan kita lanjutkan kembali," ucap sang Mc.
"Mommy jangan sedih, Mom," ucap Amat menggoyang tubuh Lila. Gadis itu termenung sejenak tadi.
"Nggak kok, Sayang. Mommy baik-baik aja," balas Lila lembut membelai pipi sang anak.
Ashraf yang juga menyadari itu menggenggam erat tangan gadis yang telah sah menjadi istrinya. Lila sontak kaget dan menatap Ashraf.
Sorot mata Ashraf menyiratkan Lila agar kuat dan Lila peka akan hal tersebut. Ia pun menyunggingkan senyuman menutupi kegundahan dalam hatinya.
*
Malam telah tiba. Seluruh rangkaian acara sudah selesai menyisakan keluarga mempelai wanita dan pria yang akan menginap di hotel. Hotel itu adalah properti milik keluarga Arsaka.
Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Ashraf dan Lila kini berada di presidential room. Suasana di kamar itu sangat sunyi, Lila sama sekali tak mengucapkan sepatah kata pun sejak kejadian kedatangan Siska tadi siang.
"Maaf ..."
Lila tersadar dari lamunannya dan terkejut melihat Ashraf yang sudah duduk di hadapannya dengan jarak yang sangat dekat.
"Mas nggak perlu minta maaf. Ini juga salahku gampang dibodohi waktu itu," jawab Lila kembali menatap kosong.
Cup.
Sebuah ciuman mendarat di bibir mungil Lila membuatnya tersentak dan menyadari wajah Ashraf yang tepat berada di depannya tanpa jarak bahkan hidungnya yang mancung saling menempel.
"Kamu tidak perlu memikirkan perkataan orang-orang. Yang penting adalah saat ini kita sudah bersama. Aku tidak akan membiarkan siapa pun mengganggu keluarga kecilku. Dan mengenai kejadian malam itu aku sama sekali tidak menyesal. Berkat itu aku bisa bertemu denganmu dan Amat pun hadir," tutur Ashraf berbicara sambil menatap dalam mata Lila.
Benar apa yang dikatakan Ashraf. Kalau bukan karena kejadian itu ia tidak akan bertemu dengan malaikat kecilnya.
"Kamu benar, Mas. Aku minta maaf sudah menjadi lemah di depanmu. Aku janji ini yang terakhir kalinya," ucap Lila menatap dalam kembali mata Ashraf. Tatapan sendunya telah hilang menjadi tatapan semangat yang berkobar.
Adegan saling tatap-menatap itu perlahan-lahan menjadi intens. Perlahan namun pasti, wajah keduanya saling mendekat dan Lila mulai menutup matanya.
Jantung keduanya saat ini berdegup dengan sangat kencang mengisi kekosongan suara di kamar itu. Saat jarak antara keduanya mulai hilang, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dengan sangat keras.
Lila dan Ashraf terkejut dan kembali memberi jarak. Lila dengan wajahnya yang sudah memerah berjalan menuju pintu.
"Sh*it!" umpat Ashraf dalam hati.
"Ada apa?" tanya Ashraf dingin.
"E-eh anu Tuan, sa-saya ingin memberi laporan tentang Siska sudah dibereskan, Tuan," jawab Jimmy dengan terbata-bata. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal untuk mengalihkan rasa takutnya.
Bagaimana tidak takut, saat ini Ashraf menatapnya seperti seekor hyena menatap mangsanya lapar.
"Lalu bagaimana dengan Ayah?" tanya Ashraf kali ini pada sang ayah yang berada di belakang Jimmy.
"Ayah mau berbincang dengan Lila sebentar. Ayah tidak punya kesempatan tadi di acara," jawab sang ayah dengan wajah polos tak berdosa.
Ashraf mengalihkan pandangannya menatap Dika yang juga berada di sana.
"Abang juga mau bicara sama Lila," jawab Dika sebelum Ashraf bertanya. I mengerti jelas maksud dari tatapan itu.
Ashraf merasa dongkol saat ini. Adegan panas yang sudah ia nanti-nantikan menjadi tertunda sebab kedatangan ketiga pria itu. Padahal sang adik sudah terbangun di bawah sana.
Menatap wajah kesal Ashraf, Tuan Arsaka mengulum senyum berusaha menahan tawanya. Ia memang sengaja untuk mendatangi kamar pengantin baru itu di tengah malam. Tak ingin jatuh sendiri, pria paruh baya itu juga menyeret Jimmy dan Dika yang sebelumnya bersama dengannya menyesap kopi di kolam renang.
Sudah 1 jam lamanya Tuan Arsaka bercerita dengan Lila. Lebih tepatnya ia yang bercerita mengenai kehidupan cintanya bersama sang istri.
Ashraf selalu bergerak seperti cacing kepanasan. Ia membuka beberapa kancing atas kemejanya dan mengipas-ngipasi tubuhnya menggunakan tangan.
"Kamu kepanasan, Mas?" tanya Lila menyadari suami barunya itu tak tenang dari tadi.
"Bagaimana kamu bisa panas? Padahal AC-nya menyala lho," tanya Tuan Arsaka dengan nada mengejek.
Sedangkan Dika dan Jimmy yang ikut terseret di ruangan itu berusaha menahan tawa mereka.
"Maaf, Tuan. Saya benar-benar tak bisa menahan diri. Saya sudah ikhlas akan mendapatkan hukuman nanti," ucap Jimmy membatin sambil terus berusaha menahan ekspresinya sebab wajah bosnya itu saat ini sudah benar-benar kusut.
"Ayah rasa ini sudah terlalu larut. Sebaiknya kalian istrahat sekarang," ucap Tuan Arsaka melihat jam di tangannya.
"Memangnya dari tadi siapa yang membuat kami begadang?!" Ashraf berteriak dalam hatinya.
Setelah menjauh dari kamar Lila dan Ashraf, tawa ketiga pria itu seketika pecah.
"Mission complete," seru Tuan Arsaka.
"Apa kalian lihat wajah tertekannya tadi? Benar-benar memprihatinkan, hahaha..." lanjut Tuan Arsaka tertawa dengan lantang.
"Saya memang setuju tadi sangat seru. Tapi, itu sama saja membuka pintu neraka bagiku," balas Jimmy mengeluh namun ia tidak dapat berbohong bahwa ia memng terhibur terlihat dari tawanya yang tak kalah keras dari Tuan Arsaka.
"Saya permisi deluan," pamit Dika setelah melihat pesan dalam ponselnya yang baru saja masuk.
*
Lila menutup pintu setelah kepergian Jimmy dan yang lain. Saat berbalik, Ashraf berdiri tepat di hadapannya dan meletakkan tangan kanan dan kirinya tepat di samping kepala Lila.
"Sekarang pengganggu sudah pergi," ucap Ashraf langsung menyosor bibir Lila.
Lila terkejut namun tetap menutup mata menikmati indahnya permainan lidah Ashraf.
Dari ciuman lembut berubah menjadi ******* dalam. Tangan Ashraf mulai menjalar ke dua gundukan kembar itu dengan pelan namun pasti.
Sebuah erangan lolos dari mulut Lila membuat Ashraf semakin ganas memainkan lidahnya.
"Aku tidak tahan lagi," ucap Ashraf sambil ngos-ngosan seperti habis berlari. Ia kemudian mengangkat tubuh Lila dan membawanya ke ranjang king size hotel itu. Lila meletakkan tangannya di punggung Ashraf dan membalas ciuman panas dari Ashraf.
Ashraf berada di atas Lila membuka kancing baju Lila dengan perlahan tanpa melepaskan ciumannya. Saat kancing baju Lila sepenuhnya terbuka, Ashraf menatap takjub pada gunung kembar itu.
Ashraf menelan ludahnya. Kemudian memindahkan ciumannya dari bibir perlahan-lahan turun ke leher dan berhenti di sana untuk sejenak membuat sebuah jejak kepemilikan.
Ashraf kembali melanjutkan ciumannya saat ini mulai turun kembali.
Tok ...
Tok ...
"Mom ..."
"Shitt!!!"
*
*
_bersambung_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Muthy
hmm saya mencium aroma the second couple
2023-08-26
0